Tebing Kaki Surga (8)
Tebing Kaki Surga (8)
Wajah Qiao Chu memperlihatkan senyuman lebar.
"Kau bersungguh-sungguh?"
"Tentu saja." Fan Zhuo mengangguk dan ia menoleh ke Jun Wu Xie. "Xie Kecil, kau bukan anak yatim yang terlantar dari Dua Belas Istana. Mengapa kau terlibat dalam hal ini?"
Jun Wu Xie menengadah dan menjawab pelan, "Untuk kembali pulang."
Fan Zhuo menatap bingung.
Jun Wu Xie tiba-tiba mengangkat tangannya dan kabut terlihat dari sela-sela jarinya, perlahan menjadi padat di sebelahnya, membentuk sebuah sosok mungil.
"Mbeekk!!" Tuan Mbek Mbek yang bergeser malas-malasan di sisinya tanpa membuat sedikit pun suara tiba-tiba berdiri melihat sosok yang mulai terbentuk, matanya menyala!
[Harum … sekali!]
"Argh! Jangan gigit aku!" Teratai Kecil baru saja muncul dan Tuan Mbek Mbek sudah menerkamnya, menekan tubuh gembulnya yang halus ke tanah. Mereka kemudian melihat gumpalan berbulu itu dengan gembira melompat ke atas Teratai Kecil, menjilat dengan lidahnya yang basah tanpa henti di wajah gembul Teratai Kecil.
Di saat itu, Teratai Kecil menangis keras karena "serangan" mendadak itu.
Ia dapat merasakan hasrat kuat untuk melahap dirinya yang terpancar kuat dari Tuan Mbek Mbek!
Roh cincin tanaman selalu sangat sensitif terhadap hasrat para pemakan tumbuhan.
Mata Fan Zhuo semakin lebar seraya menatap Teratai Kecil yang tak berdaya diserang oleh Tuan Mbek Mbek.
"Roh cincin Xie Kecil adalah jenis tanaman." Qiao Chu membantu menjelaskan.
Akhirnya itu membuat Fan Zhuo mengerti. Semua orang di Dua Belas Istana tahu persis bagaimana menariknya roh tanaman bagi orang-orang Dua Belas Istana. Orang-orang tak bersalah akan dianggap melakukan kejahatan hanya dengan memiliki benda berharga yang banyak diminati orang. Roh cincin tanaman Jun Wu Xie tidak diragukan lagi akan menjadi tuduhan kejahatan baginya.
Jika ia ingin hidup, ia harus menjadi lebih kuat daripada Dua Belas Istana dan membuat mereka takut hanya untuk berani tergoda dengan roh cincinnya.
Fan Zhuo tertawa lepas, matanya jelas bersinar.
"Setelah semua yang dikatakan, semua orang di ruangan ini adalah musuh Dua Belas Istana?"
"Itu benar." Hua Yao menjawab, mengangguk setuju.
"Kalau begitu, mari kita berburu harta karun di makam Kaisar Kegelapan dan menggunakannya dengan baik!" Setelah mengatakan hal itu, Fan Zhuo melepas tas brokat dari pinggulnya dan membukanya. Peta tua yang lusuh di atas kulit manusia terbentang lebar di atas meja.
Dari apa yang mereka lihat, peta itu terlihat sangat mirip dengan peta yang mereka miliki!
Fan Zhuo menjelaskan, "Ayahku telah menuruni Tebing Kaki Surga bersama mereka saat itu. Sebagian peta makam Kaisar Kegelapan telah dilukis di punggung ibuku juga. Setelah ayahku kembali ke Dua Belas Istana, ia tak kembali untuk waktu yang cukup lama. Ibuku menduga ada sesuatu yang tidak beres dan mengiris peta di punggungnya dan menyerahkannya padaku untuk disembunyikan dengan baik. Jadi, peta makam Kaisar Kegelapan tidak pernah lengkap sejak awal karena jumlah orang yang pergi ke makam Kaisar Kegelapan berjumlah delapan orang, bukan tujuh."
Dan potongan terakhir peta ke makam Kaisar Kegelapan berada di tangan Fan Zhuo, satu-satunya anak yang selamat dari pengejaran Dua Belas Istana.
Dengan fakta yang baru terungkap ini, Qiao Chu dan yang lain merasa sangat terkejut.
"Kita sebelumnya menemukan bahwa seseorang di Akademi Angin Semilir berhubungan dengan Dua Belas Istana. Dua Belas Istana memberikan bagian peta di tangan mereka pada kelompok kekuatan yang mereka bentuk di Dunia Bawah. Potongan peta yang kau miliki bukan berasal dari Dua Belas Istana, jadi … apakah ayahmu memiliki potongan yang lain?" Setelah mereka menyamakan tujuan, Hua Yao merasa tidak perlu lagi menahan keraguan mereka lebih lama.
Fan Zhuo menggelengkan kepalanya.
"Ayah angkatku tidak berhubungan dengan Dua Belas Istana. Ia tahu identitas asliku dan mustahil ia berhubungan dengan mereka. Jadi, jika informasi yang kau terima benar, maka orang yang memiliki hubungan dengan Dua Belas Istana adalah orang lain, bukan ayahku."
Jika bukan Fan Qi, lalu siapa?
Hua Yao dan kawan-kawannya merasa mereka tiba-tiba memikirkan kemungkinannya.