Kabar baik
Kabar baik
Semenjak Jamal pernah mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya, secara tidak langsung Jamal sudah memotivasi semua murid yang berada di kelas tersebut. Terutama murid-murid yang berjenis kelamin perempuan.
Sebagai murid perempuan, tentunya mereka merasa malu dong. Jamal saja yang notabenya anak paling tidak pintar, ditambah dengan kelakuannya yang paling badung, bisa mendapatkan nilai terbaik. Masa sih, mereka anak perempuan yang katanya lebih rajin dari anak laki-laki, bisa kalah sama anak seperti Jamal.
Sejak saat itu, ruang kelas 10-z memang selalu terlihat tenang disetiap jam pelajaran. Mereka terlihat sangat fokus dan antusias menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru mapel.
Ditengah ketenangan suasana kelas, tapi sekarang Jamal justru malah terlihat sangat gelisah dan tidak bisa fokus. Di otaknya hanya diisi tentang Rio yang akan menjalani operasi cesar hari ini. Semua penjelasan dari guru mapel, tidak mampu ia serap dengan baik. Kepalanya malah terasa pusing saat melihat catatan pada buku pelajarannya. Hari ini Jamal seperti kembali pada saat ia belum mengenal Rio. Bebal.
Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Jamal hembuskan secara perlahan. Siswa itu berusaha menyingkirkan kegelisahannya, agar otaknya bisa dengan baik menyerap mata pelajaran. Namun sayang, hasilnya sia-sia.
Tiba-tiba saja, Jamal merasakan ada getaran pada bagian paha yang berasal dari HP yang ia selipkan di kantung celana abu-abunya. Jamal merogoh kantung celana, guna mengambil HP tersebut. Setelah ia berhasil mengeluarkan HP pintar miliknya, Jamal melihat pada layar, tertera tulisan satu pesan masuk dari ibu Hartati.
Tanpa berpikir panjang ibu jari Jamal menyentuh tulisan pesan pada layar HP bagian atas, hingga menampilkan sebuah kalimat;
Layar HP Jamal.
#ibu mertua.
Nak jems, belajarnya yang fokus ya. Semua baik-baik aja. Rio udah selesai operasi. Kedua anak kamu lahir sehat dengan selamat. Rio juga baik-baik aja.
Bola mata Jamar berbinar, rona wajahnya yang lesau, kini berubah menjadi sangat bahagia setelah ia menerima kabar baik dari ibu Hartati. Namun sayang, kabar baik itu justru malah membuat Jamal semakin tidak bisa fokus. Rasa ingin cepat-cepat melihat Rio dan kedua bayinya, semakin menggebu.
Jangan salahkan Jamal kalau ia tidak menuruti kata-kata mertuanya. Salah sendiri ibu Hartati yang terlalu buru-buru memberi kabar kepada cowok itu.
Bukan Jamal namanya kalau ia harus sabar dan tidak bisa nekat. Kemudian, tanpa membalas pesan dari mertuanya, Jamal memasukkan kembali HP miliknya ke tempat semula. Siswa itu terlihat buru-buru merapikan buku pelajaran di atas meja, lalu ia masukan ke dalam tas miliknya.
Tanpa berpamitan kepada guru mapel yang sedang menulis di whiteboard, Jamal beranjak, lalu keluar dari bangku nya. Ia berjalan tergesa menuju pintu, sambil mengayunkan tas gendong, hingga tas gendong tersebut, mendarat di punggung kokoh milik Jamal.
"Jems...! Kamu mau kemana?" Tegur guru mapel ditengah perjalanan Jamal menuju pintu kelas.
Hal itu membuat seluruh siswa dan siswi menatap heran ke arah Jamal.
Jamal menghela napas. "Pulang!"
Setelah menyampaikan itu Jamal melanjutkan perjalanannya, mengabaikan guru dan juga teman sekelasnya.
Menarik napas dalam-dalam kemudian ibu guru mapel menghembuskannya secara perlahan. Ibu guru tersebut memegang dadanya--mengajaknya supaya bersabar, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap kepergian Jamal.
Jamal tetaplah Jamal, walaupun sudah menjadi pintar, tapi watak atau sifatnya yang brutal dan susah diatur, masih melekat kuat dalam dirinya. Tidak bisa dirubah.
Sesampainya diluar kelas, senyum Jamal mengembang, rona wajahnya menggambarkan bahwa ia sedang merasa sangat bahagia. Kemudian, lantaran ingin segera melihat Rio dan kedua anaknya, cowok berlari cepat menuju parkiran sekolah.
~☆~
Di tempat parkir, Jamal mengurungkan niatnya yang akan menghidupkan mesin motor. Di ujung parkiran, cowok itu tidak sengaja melihat Irawan sedang berboncengan motor bersama Heru. Mereka--Heru dan Irawan baru saja keluar dari area parkir, dan sepertinya akan menuju ke luar area sekolah.
Kening Jamal berkerut saat bola matanya melihat keakraban tidak wajar, yang tengah terjadi antara Irawan bersama Heru. Yang membuat Jamal merasa heran, lantaran Heru terlihat begitu erat memeluk pinggang Irawan yang sedang membawa motornya. Tidak hanya itu, Heru juga menidurkan kepalanya di punggung Irawan--dengan mode manja.
"Lu kapan mau nginep tampat gue lagi?"
Samar-samar Jamal mendengar suara Heru, saat motor Irawan melintas di dekatnya--dengan kecepatan sedang. Terlalu asik dengan suasana, sepertinya kedua siswa berseragam abu-abu itu tidak melihat keberadaan Jamal di tempat parkiran tersebut.
Keduanya terlihat seperti merasa, bahwa tidak ada makhluk lain di dunia ini, selain mereka.
"Kalau dikasih kaya gitu lagi, entar malem gue nginep."
Suara Irawan terdengar pelan, lantaran motor yang membawanya sudah sedikit menjauh dari Jamal.
Heru tersenyum nyengir sambil memncubit kecil pinggang Irawan--hingga membuatnya terjengkat kaget.
Dengan kening yang berkerut, Jamal memutar kepala, mengikuti pergerakan motor Irawan yang sudah semakin menjauh.
Jamal melebarkan bola mata, sambil menggelangkan kepalanya--heran, saat melihat, dari kejauhan Heru mencium ceruk leher Irawan.
Jamal menghela setelah motor yang membawa kedua siswa itu, menghilang di tikungan gerbang sekolah. Cowok itu terdiam, ia sedang memikirkan keakraban antara Irawan dengan Heru yang baru saja dilihat olehnya.
Sebenarnya Jamal tidak kepo, ia juga tidak peduli 'ada apa' di dalam keakraban tidak wajar yang telah terjadi antara Irawan dengan Heru. Tiba-tiba saja Jamal merasa sedikit iri dengan apa yang ia saksikan barusan. Cowok itu jadi ingin agar Rio juga bisa bersikap manja padanya. Memeluknya erat dari belakang--bahkan mesra, saat berboncengan motor dengannya, seperti yang dilakukan oleh Heru kepada Irawan, barusan.
Jamal meghela napas, merasa pesimis. Sepertinya apa yang ia harapkan itu tidak akan pernah menjadi nyata. Selain sifat Rio yang jauh dari kesan manja, masa lalunya yang sangat buruk membuat cowok itu tidak percaya diri mewujudkan keinginannya. Rio terlalu baik, tidak memiliki catatan yang kelam, dan terlalu sempurna dimatanya. Jamal cukup tahu diri untuk berharap cintanya akan berbalas.
Memendam, dan menyimpan rapat perasaan itu, sepertinya akan menjadi pilihan tepat yang harus ia ambil. Cowok itu tidak ingin dikecewakan oleh sebuah kenyataan.
Untuk saat ini, selama Rio dan anak-anaknya masih selalu berada di dekatnya, baginya itu lebih dari cukup.
Lagi, cowok itu membuang napas kasar. Memakai helm full facenya, kemudian ia melanjutkan niatnya menghidupkan mesin, yang sempat tertunda. Setelah mesin motor menyala, Jamal menarik handle gas motornya perlahan, mengeluarkannya dari area parkir.
Setelah motornya berada di jalan raya, Jamal menarik kuat gas, membuat motornya melesat dengan kecepatan tinggi.
Jamal sudah tidak sabar ingin segera melihat kedua bayinya yang baru saja lahir ke dunia. Tidak hanya itu, Jamal juga ingin melihat keadaan Rio pasca operasi. Remaja itu ingin memastikan kalau keadaan Rio baik-baik saja.