Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Ventilasi



Ventilasi

2Aku menatapnya tak percaya dan mengedarkan tatapan ke sekeliling dengan waspada, "Harusnya Kyle tau soal ini kan?"     

"Mungkin Kyle baru tau tengah malem nanti. Kita nginep di hotel aja, ya?"     

Tubuhku membeku. Aku tak tahu harus memberikan jawaban apa padanya. Aku sangat ingin tetap berada di rumah ini karena mungkin ini adalah kesempatan terakhirku sebelum kami pindah ke negara baru semester depan.     

"I need you to be safe (Aku butuh kamu aman), Honey." ujarnya dengan tatapan khawatir yang jelas sekali, yang mengingatkanku pada kalimatnya yang sama dua setengah tahun lalu saat mengajakku mengambil sesi latihan muaythai. Sayangnya aku tak bisa mengatakan jawaban yang sama padanya karena kami memang sedang berada dalam bahaya.     

"Aku mau tetep di sini."     

"Seriously?"     

Aku mengangguk dan menarik lengannya untuk duduk di tepi tempat tidur, "Kyle ga akan biarin kita kenapa-napa. Trust him (Percaya sama dia)."     

Astro menatapku gamang.     

"Lagian ada Jian sama Rilley dan ada orang suruhan Opa yang lainnya juga. Mungkin sekitar empat orang." ujarku sambil menaikkan bahu karena aku hanya asal menebak.     

Aku ingat Opa pernah memberitahu padaku ada lima orang yang berjaga tanpa terlihat yang menjaga rumah Oma, salah satunya adalah Kyle sebagai seorang sniper. Mungkin Opa juga meletakkan orang dengan jumlah yang sama di rumah ini. Jika aku tak salah menghitung, sudah ada tiga orang yang kuketahui sejauh ini. Warsa yang sedang mengejar ojek gadungan ke Bekasi, Bu Dewi yang membantu membereskan rumah ini dan Pak Iwan yang mengantar sarapan tadi pagi juga mungkin bukan orang sembarangan.     

"Di hotel lebih aman, Honey. Se ga nya ada security hotel yang pasti bantuin kita kalau ada apa-apa. Lagian mereka ga mungkin gerak sembarangan di area publik."     

"Aku ngerti, tapi aku mau tetep di sini."     

Astro menatapku gusar walau tak mengatakan apapun. Aku tahu dia khawatir padaku. Aku hanya tak ingin melewatkan kesempatan untuk berada di rumah ini sedikit lebih lama.     

Aku mengecup bibirnya sebelum bangkit dan mulai membereskan barang-barang bawaan kami, "Kita harus udah siap kalau harus pergi tiba-tiba kan?"     

Astro hanya mengangguk dalam diam dan membantuku membereskan barang-barang kami kembali ke koper. Entah apakah dia kecewa dengan keputusanku, atau justru akan membiarkanku tinggal dan mencari jalan keluar lain jika kami benar-benar dalam bahaya malam ini. Yang manapun sepertinya tak ada bedanya. Aku akan menyerahkan penjagaanku pada semua orang-orang kepercayaan Opa.     

Kami menaruh koper di mobil dan bertemu dengan tatapan mata Rilley yang sedang berjaga di jalan masuk. Aku bahkan baru ingat kami belum melanjutkan percakapan kami di dapur yang tertunda karena adanya insiden racun sianida. Aku hampir saja mengajaknya masuk untuk melanjutkan pembicaraan kami yang tertunda, tapi sepertinya akan lebih baik jika kami tak membahas apapun tentang papanya hingga dia bisa tetap berpikir jernih untuk melindungi kami.     

Astro mengamit tanganku dan mengajakku kembali masuk sambil berbisik, "Kita lebih aman di dalem."     

Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah kakinya. Kami kembali masuk dan duduk mengelilingi Kyle di meja yang kami tinggalkan beberapa saat lalu. Astro kembali berkutat dengan laptopnya seolah informasi dari Axelle hanyalah angin lalu, hingga membuatku berusaha bersikap senormal mungkin. Lagi pula cepat atau lambat Kyle pasti menyadari keadaan kami dan membuat rencana penyelamatan dengan cepat.     

Aku mengamit handphone dari saku dan kembali membenamkan diri dengan berbagai pesan. Denada dan Mayang memintaku menghubungi mereka jika ada sesuatu yang terjadi, mereka akan meminta keluarganya yang berada di area Jakarta untuk membantuku. Mayang bahkan menawarkan tempat untuk beristirahat jika kami memutuskan akan singgah di Bandung sebelum melanjutkan perjalanan.     

Detik, menit dan jam berlalu. Jian menghampiri kami dan meminta Kyle bergantian berjaga di belakang. Kyle menyanggupinya sambil membenahi posisi pistol di punggungnya dan bangkit.     

"Kalian harusnya istirahat." ujar Jian sambil duduk dan berkutat dengan laptop yang ditinggalkan oleh Kyle, tapi tatapannya tiba-tiba berubah menjadi kesal. "Kebiasaan banget Kyle."     

"Kenapa?" aku bertanya.     

Jian menggeleng gusar dan bangkit, "Kalian harus istirahat. Aku cari Kyle dulu sebentar."     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam sebelum Astro mengamit laptop yang ditinggalkan oleh Jian. Kami menatap layar laptop dan mendapati berbagai informasi identitas diri sekitar belasan orang. Astro mengoperasikan laptop dan aku baru menyadari orang-orang itu adalah orang-orang yang sedang mengepung kami.     

"Ternyata Kyle udah tau." ujar Astro sambil mengetik di laptopnya sendiri.     

Aku menatapnya penuh minat dan aku baru menyadari dia belum menjelaskan sesuatu padaku, "Bukannya kamu bilang mau mancing Abidzar bikin gerakan? Ini maksud kamu?"     

Astro mengangguk sambil memperhatikan berbagai informasi identitas diri di laptop Kyle, "Mereka orang-orangnya Abidzar, bukan orang-orangnya om Hubert. Kita harus ke kamar sekarang."     

Aku belum sempat mengatakan apapun saat Astro mengembalikan laptop Kyle ke tempatnya semula, lalu bangkit dan membawa laptop miliknya sambil mengamit lenganku. Aku hanya mampu mengikutinya dalam diam sambil menenteng handphone.     

Astro mengunci kamar dan mendudukkanku di tepi tempat tidur, "Kamu harus istirahat. Kita ga tau kapan kita pergi dari sini dan kamu butuh tenaga kamu buat kabur kalau kita emang harus kabur."     

Astaga, yang benar saja? Bagaimana mungkin aku bisa tidur di saat seperti ini? Lagi pula bagaimana dengannya?     

Astro duduk dan bersandar pada bantal sambil menepuk pangkuannya, "Sini. Aku sambil koordinasi sama Axe sebentar."     

Aku menghela napas dan tak mengatakan apapun. Akan lebih baik jika aku menuruti permintaannya kali ini karena aku tak ingin berdebat dengannya untuk hal yang tak perlu, maka aku merebahkan kepala di pangkuannya sambil menatapi wajahnya yang terlihat sangat serius.     

"Kamu harus tidur, Honey." ujarnya sambil mengelus puncak kepalaku.     

"Berapa lama kamu mau koordinasi sama Axe? Aku ga mau tidur sendirian. Kamu juga perlu istirahat, kamu tau?"     

"Setengah jam, ya?"     

Aku terdiam selama beberapa saat sebelum mengangguk, lalu mengelus wajahnya yang tak lagi menatapku. Tatapan matanya tertuju pada layar laptop, dengan jari mengetik dengan cepat.     

Laki-laki ini memang sangat menyebalkan, tapi selalu pandai menempatkan diri dengan baik. Bertahun-tahun aku mengenalnya sejak kami masih anak-anak, dia selalu bersikap konsisten dan bakatnya berkembang dengan sangat mengagumkan.     

"I love you, Honey."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "I love you too, My Honey."     

Aku tersenyum, "Salam buat Axe ya. Dia juga harusnya istirahat."     

Astro menyentil dahiku, "Sengaja bikin aku cemburu?"     

Aku menggeleng, "Aku serius. Dia juga harus istirahat. Aku ga tau kamu ngasih kerjaan apa aja sama Axe, tapi dia pasti kamu bikin kerja terus."     

Astro menatapku dalam diam sebelum bicara, "Nanti aku suruh dia bikin jadwal istirahat kalau kita udah pindah. Sekarang aku butuh dia."     

Aku menghela napas, "Fine. Sampaiin salamku. Bilang dia nanti aku bikinin brownies kalau kita nginep di mansion."     

Astro hanya mengangguk dan kembali fokus pada layar laptopnya, "Kita beruntung kamar ini ga ada jendela dan cuma punya lubang ventilasi. Kalau ada jendela mungkin kita mati di sini."     

Aku mencubit pipinya, "Jangan ngomong begitu. Aku ga suka."     

Astro hanya menggumam dan tiba-tiba terdengar suara sesuatu di banting, yang membuat kami saling menatap selama beberapa lama sebelum turun dari tempat tidur. Kami ke luar dari kamar dan mendapati Kyle dan Jian sedang menatapi dua tubuh tak berdaya di lantai dekat meja kerja Ayah.     

"Maaf Kyle bikin kalian bangun. Mereka dua orang yang ngumpet di tebing belakang rumah. Masih ada satu di belakang." ujar Kyle dengan senyumnya yang menawan saat Jian berlalu meninggalkan kami.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.