Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Gaduh



Gaduh

3Aku baru saja berpikir akan memanggil anak kecil beraroma amis itu kembali saat mendengar suara gaduh. Seperti suara orang saling bicara dengan suara kencang, kemudian berubah menjadi lebih pelan, juga suara orang mengaduh dan sesuatu yang seperti dibanting. Aku membuka mata dan mendapati diriku sendiri sedang berbaring di tempat tidur, dengan Astro yang menutupi kedua telingaku. Aku mendongkak untuk menatapnya, tapi dia justru memberiku isyarat untuk menutup mulut.     

Ada apa sebetulnya? Apa yang terjadi selama aku tidur?     

Aku baru saja akan beranjak bangun, tapi Astro melarangku dengan sebuah isyarat. Dia bahkan memelukku lebih erat seolah sedang melindungiku dari entah apa di luar sana.     

Kami hanya saling diam selama beberapa lama hingga tak lagi terdengar suara gaduh apapun dari luar, lalu Astro turun dari tempat tidur dan menempelkan telinga di pintu. Dia terlihat sedang berpikir lama sekali sebelum akhirnya membuka pintu dan mengintip di sela yang sedikit terbuka, lalu memberiku isyarat untuk mendekatinya.     

Aku menghampirinya saat dia membuka pintu lebih lebar dan kami mendapati satu tubuh tak sadarkan diri sedang diikat dengan tali dan satu tubuh lain yang meronta dengan lemah. Namun orang itu tak sadarkan diri tak lama kemudian.     

"Kamu kasih mereka obat tidur juga?" aku bertanya pada Jian yang sedang cekatan membantu Kyle mengikat orang yang sesaat lalu sedang meronta.     

Jian mengangguk, "Ngerepotin banget. Padahal lebih efektif kalau mereka dibawa ke basecamp aja sekarang."     

Aku menatapnya tak percaya. Sudah ada lima orang yang tak sadarkan diri di rumah ini dan semuanya adalah hasil kerja Kyle dan Jian.     

"Kenapa ga dibawa ke basecamp sekarang?" Astro bertanya.     

"Sebenernya lebih aman kalau kita pindahin mereka besok bareng kita pergi dari sini, tapi kalau emang ga kondusif kita tunggu sampai bisa tangkep yang lainnya. Kalau yang lainnya ketangkep kita pindahin mereka. Kita tangkep sebisanya aja buat ngurangin jumlah." ujar Kyle.     

Aku menggelengkan kepala dan mendapati jam di dinding, pukul 03.47. Sepertinya aku tidur cukup lama sebelum terbangun karena suara gaduh. Aku bahkan baru menyadari Astro sudah tak berkutat dengan laptopnya saat terbangun tadi. Mungkin dia juga sempat menemaniku tidur entah berapa lama.     

Tatapan mataku menyapu seisi ruangan yang terlihat berantakan, sepertinya mereka sempat berkelahi di sini. Salah satu kaki kursi kerja Ayah hampir patah dan terlihat menggantung mengenaskan. Ada sebuah handphone khusus untuk pendaki dan ada sebuah belati yang teronggok di lantai. Aku baru saja akan mengamit handphone itu, tapi Jian melarangnya.     

"Biar aku yang pegang. Ini pasti alat komukasi mereka." ujar Jian sambil mengeluarkan sebuah sarung tangan dari saku celana dan mengamit handphone dari lantai sambil menatapku "Ga boleh ninggalin sidik jari di barang-barang mereka, Nona."     

Aku hanya mampu mengangguk. Mungkin memang lebih baik seperti ini. Lagi pula aku sama sekali tak mengerti tentang bagaimana cara mereka bekerja. Melihat lima tubuh bergelimpangan sepanjang malam ini sudah cukup membuat jantungku terpacu hingga adrenalinku meningkat, padahal aku hanya melihat dan tak melakukan apapun untuk membantu menangkap mereka.     

"Rilley masih jaga di depan?" Astro bertanya.     

"Lagi ngejar satu orang." ujar Kyle.     

"Gimana sama ojol gadungan yang dikejar Warsa?" aku bertanya.     

"Udah ketangkep di Bekasi dan lagi diinterogasi." ujar Jian.     

"Diinterogasi di mana?"     

"Di basecamp di perbatasan Jakarta-Bogor."     

Aku terdiam. Ada berapa banyak basecamp yang mereka miliki sebetulnya? Apakah mereka menggunakan sebuah tempat sebagai basecamp secara mendadak dan akan meninggalkannya jika tak lagi membutuhkannya?     

"Udah dapet informasi apa dari dia?" Astro bertanya.     

"Dia cuma preman cabutan, tapi kita masih coba gali informasi. Kalian kenapa ke luar kamar? Bukannya tadi Kyle bilang kalian harus istirahat?" Kyle bertanya.     

"Istriku penasaran sama suara berisik."     

Aku menatapnya sebal. Bukankah dia pun sama? Dia bahkan turun dari tempat tidur dan memperhatikan situasi lebih dulu sebelum membiarkanku ke luar kamar.     

Kyle menatap kami bergantian dengan tatapan serius, "Kyle harus jaga kalian dan kalian harus aman. Sekarang kalian lebih aman di kamar. Kalau ada kejadian kayak tadi lagi dan kalian ada di luar begini justru bikin kita susah gerak."     

"Atau kita bisa bantu kalian." ujarku sambil menarik kursi kerja milik Bunda dan duduk. "Jujur aja, aku ga bisa tidur lagi. Lagian ini hampir pagi. Ka ..."     

Suara seseorang menabrak sesuatu terdengar nyaring di telingaku dan aku yakin sekali suara itu datang dari pintu depan. Aku bangkit diiringi Astro, Kyle dan Jian. Kami mendapati seorang laki-laki babak belur dan sedang ditarik oleh Rilley masuk. Dia menatapku tajam walau sebelah matanya bengkak dan sebelah yang lain terpejam dengan sebuah sayatan di dekat kelopak matanya. Entah kenapa aku mendapatkan firasat kami pernah saling mengenal bertahun lalu.     

"Kamu kenal aku?" aku bertanya.     

Dia meludah dengan tatapan jijik walau tak mengatakan apapun. Aku sama sekali tak keberatan dengan ludahnya yang mengenai sebuah meja kecil yang menempel pada dinding, tapi tatapannya membuatku penasaran.     

Aku berjalan maju beberapa langkah dan memperhatikan wajahnya dengan lebih teliti. Aku memang mendengar Astro melarangku terlalu dekat dengannya, tapi kurasa jarak ini cukup aman.     

Kyle mendekati laki-laki itu dan meraih dagunya untuk mendongkakkan kepalanya, "Manta?"     

Dia meludahi wajah Kyle dan segera mendapatkan sebuah tamparan berbunyi nyaring. Aku hampir saja memejamkan mata, tapi aku justru menatapnya dengan gerakan yang seolah dibuat menjadi sangat lambat di depan mataku. Aku bahkan bisa melihat ke mana perginya beberapa bulir keringat yang terpental karena tamparan keras dari tangan Kyle.     

Kyle memberi isyarat pada Jian. Jian hampir saja mengarahkan inject vet, tapi aku melarangnya dengan sebuah isyarat.     

"Manta Harlan?" aku bertanya.     

Dia hanya menatapku dengan tatapan tajam tanpa berkedip. Tak menolak, juga mengiyakan. Namun sepertinya aku benar. Aku mengenalinya sebagai teman Gerard yang tak pernah menyukaiku. Seingatku, aku tak melihatnya di salah satu identitas yang terpampang di laptop Kyle berjam-jam yang lalu.     

"Kenapa kamu di sini? Kita kan ga pernah ngobrol sebelumnya."     

Manta menatapku jijik, "Aku tau dari awal kalau kamu bakal bikin masalah. Di mana Gerard? Kenapa dia ga pernah pulang, tapi justru kamu yang tiba-tiba nongol di rumah ini? Bukannya kamu sama keluarga kamu udah mati?"     

Aku menatapnya tak percaya dengan gemuruh yang membuat dadaku terasa panas, "Kenapa kamu nanya ke aku? Kamu bisa tanya keluarganya."     

"Dia ngilang abis dateng ke resepsi kamu, anj***!! Aku ud ..."     

Kalimatnya terpotong dengan sebuah pukulan di ulu hati oleh Astro dan Manta tiba-tiba tak sadarkan diri. Aku menatap Astro tak percaya dan hampir saja mengumpat tindakannya, tapi dia justru menatapku tajam dan memberi isyarat padaku untuk mengikutinya.     

"Dia mati?" pertanyaan itu muncul begitu saja saat aku melihat Rilley mengecek pernapasan dan nadi Manta.     

"Cuma pingsan, Nona, tapi bagusnya kita amanin juga. Panggil bala batuan sekarang, Jian. Mereka kayaknya bentar lagi gerak."     

Jian hanya mengangguk dan meraih handphone di saku, lalu menelepon seseorang yang entah siapa. Aku tak mampu mendengarkan dengan lebih baik karena Astro menarik lenganku untuk mengikutinya kembali ke kamar.     

Astro mengunci kamar dan mulai menyisir entah apa di lemari. Dia kembali padaku dengan dua pasang sarung tangan yang kukenali sebagai buatan Revi yang Astro berikan padaku sebelum resepsi kami diselenggarakan.     

"Kapan kamu bawa ini? Kamu taruh di mana? Kok aku ga liat di koper?" aku bertanya.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.