Membidik
Membidik
Kenapa aku?
Aku menatapnya tanpa berkedip dan sebuah peluru menghampiri jendela tepat di depan mataku, tapi peluru itu terjatuh sesaat setelahnya dan meninggalkan sedikit retak pada jendela. Aku membeku dengan jantung berdetak kencang sekali. Aku bahkan bisa merasakan bulir keringat membasahi tengkukku. Dia berusaha membunuhku.
Astro menarikku mendekat padanya hingga kami duduk di sudut joknya, "Jangan bikin dia lebih gampang nembak kamu begitu."
Aku menatapnya dalam diam. Aku sama sekali tak tahu harus mengatakan apa padanya karena peluru yang hampir mengenai mataku beberapa saat lalu masih terbayang jelas di depan mataku.
"Lebih cepet Kyle!" ujar Astro dengan gusar.
Mobil kami memang melaju lebih kencang hingga mobil yang tadi berada di samping kami tertinggal di belakang. Mobil Jian dengan cepat menyalip di antara mobil kami dan Genta yang duduk di jok tengah menyembulkan kepala di jendela untuk melepas satu tembakan ke belakang. Tembakan itu meleset karena mobil penguntit berkelit cepat, tapi tembakan kedua berhasil mengenai tangan laki-laki bertato yang berusaha menembakku.
Aku tak mampu melihat bagaimana keadaan tangan laki-laki bertato itu karena mobil kami melaju dengan sangat cepat. Aku hampir saja mengambil senapan di balik punggungku saat Astro menahan lenganku dan memberiku gelengan kepala.
"Not now (Ga sekarang)." ujarnya dengan tatapan tajam.
Aku hampir saja mendebatnya, tapi aku mendengar suara Kak Sendy sedang memuji cara Kyle mengendarai mobil dan membuatku menyadari aku tak boleh terlihat sedang memegang senapan di depannya. Aku mengangguk singkat dan kembali menoleh ke jendela belakang, yang terlihat di belakang sana adalah mobil Jian sedang berusaha membuntuti kami dengan kecepatan tinggi.
"Berapa lama dari sini ke rumah Sendy, Kyle?" Astro bertanya.
"Tiga puluh lima menit." ujar Kyle dengan tatapan lurus ke rute perjalanan kami.
"What? No! Aku ikut kalian ke Surabaya." ujar Kak Sendy.
"Ga bisa. Kita anter kamu pulang trus kita mau ke rumah opa." ujar Astro.
"Kalau gitu aku ikut ke rumah opa Dewanto. Ayah yang pesen aku harus sama kalian sampai kalian aman."
"Tapi Kakak yang akan kena masalah nanti." ujarku.
"Aku ga akan ikut kalian dari awal kalau aku takut kena masalah. Kalian harusnya tau itu." ujar Kak Sendy yang entah kenapa justru tersenyum lebar sekali.
Aku menatapnya tak percaya. Aku ingin mendebatnya, tapi dia memang benar. Dia tak akan mengambil resiko ikut menumpang dengan kami ke Jakarta dan pulang bersama kami jika tak tahu resikonya, maka aku menutup mulut dan menatap Astro. Astro hanya mengangguk singkat padaku dan sepertinya segalanya sudah ditetapkan.
Astro menukar sisi tempat duduknya denganku dan memeluk pinggangku seolah aku akan kabur darinya. Detak jantungnya yang kencang menjalar di lenganku dan membuatku mengelus lengannya untuk memberitahunya aku sedang baik-baik saja.
Aku menoleh ke jendela belakang sesekali dan yang ada di belakang sana hanya mobil Jian yang membuntuti kami. Namun saat aku menoleh ke jendela di samping, entah dari mana datangnya ada seorang pengendara bermotor mampu menyamai kecepatan mobil kami. Aku hampir saja mengira dia penguntit andai saja dia tak menoleh dan membuatku menyadari dia adalah Rilley.
Sejak kapan Rilley mengikuti kami dan berada di sampingku? Aku sama sekali tak melihat keberadaannya sejak kami keluar dari rumahku di Bogor.
Aku menatapnya lebih teliti. Ada sebuah sabuk di pinggangnya dengan tiga senapan dengan jenis yang berbeda. Astaga, apakah hal seperti ini legal dilakukan?
Aku tahu dia adalah agen rahasia. Dia bahkan adalah orang kepercayaan Opa. Namun memperlihatkan senjata api di muka publik bukankah hal yang riskan dilakukan? Lagi pula dia bukanlah aparat negara.
"Keren!" ujar Kak Sendy sambil menatap Rilley. "Dia bodyguard kalian juga kan?"
Astro hanya menggumam sambil mengeluarkan handphone dari saku dan mengetik cepat dengan sebelah tangan. Aku tahu ke mana pesan itu akan berlabuh walau tak mengatakan apapun. Sepertinya semua rencana mereka sudah siap dan akan bisa dijalankan sekarang.
Aku menarik napas panjang. Aku tak tahu apa yang akan terjadi di sisa hari ini. Aku hanya mampu berharap kami semua baik-baik saja. Juga Opa dan Ayah.
Sebuah mobil dari pertigaan menyalip kami. Andai aku tak melihat seseorang dengan senapan yang menyembul di atas mobil mereka, aku tak akan menyadari dia sedang mengincar kami juga. Dia membidik ke arah mobil kami dan sebuah peluru mengenai sisi jendela Kyle. Aku sempat melihat seseorang di sisi jalan berteriak memaki, tapi dia menghilang karena kami berpacu dengan jarak.
Mobil penguntit itu tertinggal beberapa meter di belakang kami, hampir sama jaraknya dengan mobil Jian. Aku menoleh untuk menatap Rilley yang sesaat lalu berada di sampingku, dia menurunkan kecepatan motornya dan mengamit sebuah senapan dari pinggang. Dia membidik ke arah mobil penguntit kami. Bukan ke arah jendela atau ke orang yang menyembul di atap, tapi ke arah ban mobil. Tiba-tiba saja mobil penguntit itu oleng dan mengenai sebuah bangunan di tepi jalan.
Astaga, aku tak pernah membayangkan berada di keadaan seperti ini seumur hidupku. Kupikir aku hanya akan melihatnya di film dan tak akan pernah mengalaminya sendiri.
"Kalian selalu begini?" pertanyaan itu datang dariku sambil menatapi Kyle yang sedang sangat fokus menatap ke depan.
"Ga selalu, Nona. Kyle minta maaf Nona harus ngalamin ini. Kyle usahain kita aman sampai rumah tuan."
Jendela di sebelahku diketuk dan membuatku menoleh. Rilley sedang memegang sebuah senapan dan memberi isyarat padaku untuk menurunkan jendela. Aku melakukan apa yang diminta dan dia melempar senapan di tangannya padaku.
Aku belum sempat mengatakan apapun saat Rilley menaikkan kecepatan motornya dan tiba-tiba berada di depan kami. Dia memberi isyarat pada Kyle untuk mengikutinya dan kurasa dia lah yang akan memimpin perjalanan kami sekarang.
Aku menatapi senapan di pangkuanku ragu-ragu hingga Astro lah yang menutup jendela. Senapan ini lebih panjang dibanding senapan pemberian Kyle sebelum resepsi pernikahanku berlangsung. Aku mengamitnya dan memperhatikannya dengan lebih teliti.
"Bodyguard emang punya barang-barang bagus ya?" Kak Sendy bertanya.
Aku menoleh padanya karena tak mengerti, "Maksudnya?"
Kak Sendy tersenyum lebar sekali, "Pistol di tangan kamu itu cuma dijual lima puluh satu pieces dan harganya ..."
"Hampir empat puluh juta." ujar Astro.
Aku menatap mereka berdua bergantian, "Kalian tau dari mana?"
"Aku pernah liat papa pegang salah satunya." ujar Kak Sendy sambil tertawa.
"Aku pernah liat papanya pegang salah satunya." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.
Astaga, yang benar saja?
"Rilley mungkin cuma pinjemin itu ke Nona. Nona harus jaga baik-baik. Setau Kyle itu pistol kesayangannya." ujar Kyle sambil melirik padaku melalui spion tengah.
Begitukah?
Aku menatapi senapan di tanganku dengan gamang. Aku memang belum begitu mengerti tentang jenis senapan walau perusahaan senjata api milik Opa akan diwariskan padaku. Sejauh ini yang diajarkan Om Chandra hanyalah sebatas bagaimana aku harus mengelola perusahaan itu. Mungkin jika ...
Tiba-tiba mobil kami berhenti. Aku menoleh ke depan dan mendapati Rilley juga berhenti di depan sebuah tempat yang mirip dengan bengkel tak terawat. Dia sedang melepas helm dan menghampiri kami.
Rilley mengetuk jendela di sampingku, "Kita jalan kaki dari sini. Bawa pistol kalian dan tinggalin barang yang lain. Akan ada yang ngurus barang kalian nanti."
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-