Langkah
Langkah
Aku menatapi pistol di tanganku dan mengalihkan tatapan ke mobil yang kami tinggalkan sambil terus mengikuti langkah yang lainnya. Aku akan meminta Rilley bertanggung jawab jika koperku tak kembali padaku. Aku sudah berjanji pada Oma akan membawakan kemeja Bunda dan kemeja itu ada di dalam sana.
Kami berjalan melewati tanah lapang yang ditumbuhi banyak ilalang. Sejauh yang kuketahui dari rencana kami adalah kami akan melewati jalan tol dan jalan alternatif secara bergantian. Namun jika kami mendadak mengubah rencana, pasti ada sesuatu, bukan? Bagaimana pula dengan rencana cadangan Astro? Akankah tetap berjalan?
"Tetep pakai sepatu kalian." ujar Rilley saat Kak Sendy akan membuka sepatunya saat kami sampai di sebuah sungai kecil dengan hamparan sawah di depan sana.
Kak Sendy membatalkan niatnya dan menaikkan bahu, "Fine. Kenapa kita lewat rute ini kalau aku boleh tau? Kalau kita bawa mobil aja harusnya sekitar dua puluh menit lagi sampai rumah opa Dewanto. Apalagi kalian bawa mobilnya kecepatan tinggi."
Rilley menatap Kak Sendy dengan tatapan dingin sambil menggiring kami melewati sungai dan menyusuri petak-petak sawah, "Kenapa kamu ikut kalau ga mau repot?"
"Aku ga bilang aku keberatan. Aku cuma nanya kenapa kita lewat jalur ini."
"Ada yang nunggu kita kalau kita lewat jalur itu. Akan lebih aman kita lewat jalur ini walau sedikit susah." ujar Kyle dengan senyumnya yang mempesona pada Kak Sendy sebelum menoleh padaku. "Maaf Nona harus ngalamin ini."
Aku menggeleng, "I don't mind (Aku ga masalah)."
Aku mengatakan yang sesungguhnya. Aku tak pernah keberatan berjalan kaki jauh hanya karena aku sering menggunakan mobil untuk berkendara. Sejujurnya aku menyukai suasana ini, di mana ada hamparan sawah terbentang dengan aroma segar. Walau harus kuakui aku memang penasaran dengan rute kami kali ini.
Aku melirik jam di lenganku yang sedang digenggam Astro, pukul 15.08. Jika aku tak salah menghitung, sepertinya kami akan sampai di rumah Oma sekitar satu jam lagi. Itu pun jika kami tak memakai jalan memutar.
Aku menoleh ke arah kami datang untuk mencari keberadaan Jian. Dia tak terlihat di mana pun, juga Genta dan Rendi. Mungkin mereka memiliki misi lain hingga tak membuntuti kami lagi.
Panas matahari masih terasa terik di jam seperti ini walau ada angin lembut yang datang beberapa saat sekali. Aku membuka kancing jaket karena peluh mulai membasahi punggung dan tengkukku. Aku berusaha menutup bagian yang menutupi senapan hadiah dari Kyle yang kusembunyikan di balik punggung dari Kak Sendy. Dia tak boleh tahu aku memegang sebuah senapan lain selain yang sekarang sedang kugenggam.
Astro menyodorkan sebuah botol berisi air padaku tanpa mengatakan apapun, tapi dari tatapannya aku tahu dia khawatir. Aku menerimanya dan meminum beberapa tegukan hanya untuk membuatnya tak menatapku dengan tatapan menderita seperti itu dan mengembalikan botol itu padanya. Dia mengecup puncak kepalaku sambil terus menarikku untuk mengikuti langkah kaki Rilley.
Kami sampai di sebuah jalan raya kecil dan menyeberang menuju deretan sawah yang lain, lalu masuk ke sebuah hutan yang kukenali. Hutan ini masih berada di satu area dengan rumah pohon milik Bunda. Hanya saja rumah pohon itu berada jauh di tengah sana. Aku sempat berpikir untuk mendatangi rumah pohon itu, tapi aku membatalkannya. Akan lebih baik jika kami sampai di rumah Oma lebih cepat untuk mengamankan diri. Lagi pula aku sangat penasaran dengan keadaan Opa karena hingga saat ini tak ada satu pun kabar yang datang pada kami.
Udara di hutan ini segar sekali, dengan angin yang berhembus lebih kencang. Bertahun-tahun aku mengenali area ini, aku tak akan tersesat walau kami datang ke sini malam hari. Namun sekarang suara daun yang bergesekan dengan angin dan suara hewan yang tak terlihat oleh mata memberikan sensasi tersendiri. Sinar matahari yang menerobos melalui dahan pohon yang menjulang tinggi pun memberikan pemandangan yang tak kalah menarik. Aku menyukainya.
Aku melirik jam di lenganku, pukul 15.44. Sebentar lagi senja. Aku sangat ingin melihat senja jika kami sampai di rumah Oma nanti. Mungkin aku akan membuat seteko teh hangat untuk menemani kami menikmati senja sore ini. Kami sudah cukup lelah berjalan jauh hari ini.
"Cap ..."
Sebuah tembakan mengenai sebatang pohon tepat di samping Kyle membuat Astro menghentikan kalimatnya. Kami segera berlindung di balik batang pohon yang lain untuk menghindari tembakan yang lain yang mungkin akan datang.
Astro menarikku dan memelukku untuk berlindung bersamanya di belakang batang pohon. Dia menatapku khawatir sambil meletakkan sebuah jari di depan bibirnya untuk memintaku tak mengeluarkan suara apapun. Dia menggerakkan bibir tanpa suara, "Jangan gegabah."
Aku hanya sanggup mengangguk. Jantungku berdetak kencang sekali, begitupun dengannya karena kami tak terpisah jarak walau hanya satu senti.
Astro mengecup puncak kepalaku dan membiarkan bibirnya berada di sana. Aku menoleh untuk mencari keberadaan yang lain, Kyle ada di balik pohon di sebelah kami. Kak Sendy berada di pohon lain di sebelahnya yang lain, jarak kami terpaut sekitar tujuh meter dari kami. Sedangkan Rilley berada di belakang pohon di depan kami.
Rilley mengamit senapan dari pinggangnya dan berusaha memberi Kyle aba-aba. Kyle menaikkan kedua tangannya ke atas kepala dan berjalan ke luar dari lindungan pohon dengan langkah pelan.
Satu langkah.
Dua langkah.
Langkah ketiga disambut tembakan yang entah kenapa mengenai pohon tempatku dan Astro berlindung. Aku mendongkak untuk menatap Astro saat dia mempererat pelukannya padaku. Dia terlihat tegang dengan wajah memerah karena marah. Ya, aku tahu dia marah.
Aku mengelus wajahnya dan mengecup bibirnya untuk meredam emosinya. Namun dia hanya menatapku dengan alis mengernyit mengganggu. Aku bicara tanpa suara, "I'm okay. We will be okay."
Astro menarik napas panjang dan mengecup dahiku dengan keras. Kami menoleh ke arah Kyle yang masih mematung di tempatnya. Anehnya tak ada tembakan lain yang datang pada kami, padahal Kyle sedang mengekspos dirinya dengan tangan telanjang tanpa memegang senjata apapun.
"Siapa kalian?" Kyle bertanya.
"Serahin Faza dan kita lepasin kalian!" ujar sebuah suara entah di mana. Dari suaranya sepertinya dia laki-laki.
Aku bertemu tatap dengan Rilley. Dia memberi isyarat padaku untuk pergi ke arah yang dia tunjuk, ke arah hutan yang lebih lebat. Dia memberi aba-aba dengan jarinya dan Astro menarikku untuk berlari dengan kencang saat hitungan ketiga.
Aku mendengar suara tembakan saling bersahutan di sekitarku, tapi aku tak mampu menoleh karena Astro menarik lenganku dengan kencang. Seolah tak akan rela melepasku darinya.
Napasku memburu. Jantungku berdetak kencang sekali. Keringat membasahi punggung dan tengkukku, juga lenganku. Yang membuatku menyadari bagian tanganku yang tertutup sarung tangan tak terasa mengganggu.
Aku melihat Kak Sendy berlari di sebelahku dengan mulut terbuka. Dia menunjuk ke depan dan entah bagaimana aku bisa melihat sebuah peluru meluncur di antara kami dan mengenai tanah beberapa meter di depan kami.
"Jangan noleh! Lari!" teriak Kak Sendy sambil mempercepat laju larinya.
Aku masih mendengar suara tembakan saling bersahutan walau samar saat masuk ke hutan yang lebih pebat. Jika kami mengikuti jalan ini, kami akan sampai di rumah pohonilik Bunda.
Haruskah kami berlindung di sana? Akankah rumah pohon itu mampu menopang beban tubuh kami bertiga? Atau haruskah kami berlari terus hingga sampai di rumah Oma walau harus memutar lebih dulu?
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL INI : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-