Sexy
Sexy
Namun aku masih sering menemukan dia sedang menatapiku diam-diam walau sudah menjaga jarak dariku. Hal ini juga yang membuatku masih berusaha menghindarinya semampuku. Aku akan bertanya pada oma nanti apakah tadi pagi dia masih datang ke rumah, mengingat dia selalu datang selama seminggu ini walau dia tahu aku akan berangkat lebih dulu.
"How was your day, Honey?" Astro bertanya melalui video call saat aku menyetir untuk pulang. Sepertinya dia sedang berada di apartemen.
"Masih biasa aja. Tugasku belum banyak." ujarku sambil melirik jam di lengan, pukul 13.52. "Kamu udah makan?"
"Udah. Aku bikin sushi. Kamu udah makan?"
"Nanti aku makan di rumah aja. Tadi ga sempet. Aku masih ngindarin Zen seharian ini."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Kamu ga nanya aku diikutin berapa perempuan selama di sini?"
"Aku ga mau tau, Astro. Jangan coba-coba bikin aku cemburu. Kamu kan pernah bilang kalau aku ga perlu mikirin perempuan lain."
Astro tertawa, "Itu kamu lagi cemburu, kamu tau?"
Aah, laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
Namun Astro memang benar. Sejak kepergiannya ke Surabaya, aku memang berkali-kali memikirkan perempuan yang sama dengan yang mengiriminya pesan tak senonoh. Terlebih, sejak Zen menyebutkan bahwa Astro mungkin saja sudah berselingkuh. Aku hanya mencoba mengganti pikiran itu dengan pikiran yang lainnya.
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Seneng banget ya kalau aku cemburu?"
Astro menggumam mengiyakan, "Emang ga banyak sih karena di sini kebanyakan laki-laki, tapi mereka sexy banget."
"Astro, jangan paksa aku ke Surabaya."
Astro tertawa, "Kamu ga akan berani ke Surabaya, Honey. Opa ga akan ngijinin. Lagian kamu juga ga tau apartemenku di mana."
Lagi-lagi dia benar. Opa memang belum memberiku izin untuk membawa mobil terlalu jauh. Jangankan ke Surabaya, untuk ke rumah Kakek yang hanya di kota sebelah saja Opa tidak mengizinkannya. Aku bahkan harus meminta tolong pada Ibu untuk mengantarku.
"Oh ya, kamu bisa ke rumahku dulu? Beberapa berkasku ketinggalan. Nanti kirim pakai ekspedisi aja. Alamatnya aku kirim lewat chat."
"Ibu ga ada di rumah hari ini?"
"Ibu sama ayah lagi di Jakarta. Nanti kamu bilang aja sama mbok Lela kalau mau masuk kamarku."
"Berkasnya kamu taruh di mana?"
"Ada di laci meja kerja."
Entah bagaimana aku bisa membayangkan aku sedang membuka pintu kamarnya. Bahkan aku merasa bisa mencium aroma tubuhnya. Sepertinya isi kepalaku benar-benar di luar kendali hari ini.
"Aku siap-siap dulu ya. Ada pertemuan UKM robotik sebentar lagi."
"Hati-hati ya."
"Kamu juga, Honey. Muach."
Aku terkejut sekali. Aku tak salah mendengar Astro menciumku sebelum sambungan video call kami terputus, bukan? Jantungku sempat berhenti berdetak sesaat lalu.
Aku menepikan mobil, mengambil handphone dari holder dan mengetik pesan untuknya.
Aku : Kamu barusan nyium?
Astro : Iya. Abis kamu ga mau nyium aku, jadi aku aja. Kamu mau lagi?
Aku : Aku laporin Ayah ya
Astro : Coba aja. Aku kan di Surabaya dan ga bener-bener nyium kamu
Aku : Kamu nyebelin banget
Astro : Aku tau, tapi kamu cinta kan?
Aku akan mengabaikannya kali ini. Sepertinya pikiranku sedang benar-benar kacau. Beberapa hari ini dia memang selalu membahas tentang berciuman. Aku tak menyangka dia akan benar-benar berani bertindak seperti itu.
Aku melanjutkan perjalanan ke rumahnya untuk mengambil berkas yang dia minta untuk dikirimkan. Ada Mbok Lela yang membukakan pintu untukku.
"Mbok, Faza mau ambil berkas di kamar Astro ya." ujarku setelah Mbok Lela membuka pintu.
"Iya, Mbak. Naik aja langsung. Mau minum apa?"
"Ga usah, Mbok. Abis ini Faza langsung pulang kok."
"Kalau gitu saya lanjutin beres-beres ya."
Aku menggumam mengiyakan dan langsung naik ke lantai dua, lalu membuka kamar Astro yang tak terkunci. Entah bagaimana, tapi aroma tubuhnya masih tertinggal di sini walau sudah beberapa minggu kamar ini tak ditempati. Aromanya membuatku semakin merindukannya.
Aku baru saja akan menghampiri meja kerja saat melihat sebuah paper bag tergeletak di atas tempat tidur. Sepengetahuanku Astro tak mungkin meninggalkan benda penting sembarangan. Aku mengamit paper bag yang terasa berat dan menemukan tujuh bar coklat almond kesukaanku di dalamnya. Melihatnya membuatku tertawa.
Aku merebahkan tubuh di tempat tidur miliknya. Terasa nyaman sekali karena aromanya terasa lebih intens di sini hingga membuatku ingin berlama-lama menikmati aromanya.
Aku menoleh menatapi paper bag di sebelahku. Betapa bodohnya aku. Jika hanya meminta tolong untuk mengirim berkas, Astro bisa saja meminta Mbok Lela yang melakukannya. Astro pasti sengaja memintaku datang untuk memberiku coklat bulananku.
Aku mengamit handphone dari saku dan memberi Astro panggilan video call. Astro mengangkatnya tak lama kemudian.
"Udah terima coklat dariku?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa. Sepertinya dia baru saja sampai di kampus.
"Thank you."
"Harusnya aku ngasihnya kemarin."
Bagaimana dia bisa tahu kemarin adalah hari pertama menstruasiku?
Aku menggeleng dan tersenyum manis. Sepertinya aku akan memberanikan diri untuk bertanya, "Kamu punya kalender buat ngitung jadwal 'dapet'ku ya?"
"Menurut kamu?"
Kurasa dia memang memilikinya. Aku merasa malu sekali.
"Kamu mau nginep? Kamarku nyaman kan?"
Pertanyaannya membuatku mengingat percakapan kami kemarin soal tidur bersama. Ada sensasi menggeliat aneh di perutku setelah dia mengatakannya.
"Aku mau pulang. Aku ga akan bisa kerja kalau aku nginep di sini." ujarku sambil bangkit dan berpindah untuk duduk di kursi kerjanya.
"Tapi kayaknya kamu suka tempat tidurku. Kalau kita nikah nanti kamu pindah ke rumahku ya. Kamarku kan kedap suara, kita bisa lebih be ..."
Aku mematikan sambungan video call sebelum dia sempat melanjutkan kalimatnya. Aku tahu apa yang akan dikatakannya. Sepertinya wajahku memerah karena terasa panas.
Astro memang menjadi jauh lebih vulgar dengan kalimatnya sejak pindah ke Surabaya. Entah apakah karena dia merasa tak akan ada yang menegurnya atau karena dia tahu kami bisa saja menikah sebelum dia berangkat.
Alasan yang manapun aku tak peduli. Dia menjadi semakin menyebalkan dan sepertinya aku harus menghentikannya sebelum dia benar-benar bertindak lebih jauh. Aku tak ingin dia melanggar janjinya pada Opa atau usahanya beberapa tahun ini mungkin akan sia-sia.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-