Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Schoolboy



Schoolboy

0"Opa ga enak badan?" aku bertanya karena Opa terlihat murung. Padahal kami baru saja selesai berdiskusi tentang pembukaan cabang toko kain baru di Jogja dan Opa terlihat baik-baik saja sebelum ini.     

"Opa sehat. Mafaza ga perlu khawatir. Opa ingin melanjutkan pembahasan kita yang lalu."     

Sepertinya aku tahu maksudnya. Aku akan diam saja menunggu Opa yang memulai pembahasan, tapi Opa justru terus menatapiku dalam diam. Namun aku tak berani untuk mengatakan apapun.     

"Mafaza pernah dengar cerita apa dari Danastri (Bunda) tentang rumah pohon?" Opa bertanya setelah terasa selamanya.     

"Bunda pernah bilang itu tempat Bunda main kalau butuh sendiri."     

Opa terlihat menimbang sesuatu sebelum bicara, "Mafaza tahu kenapa Danastri butuh waktu sendiri?"     

Aku menggeleng dalam diam. Bunda tak pernah menyebut apapun tentang itu.     

Opa mengangguk dan bangkit, lalu menghampiri salah satu meja kecil di sudut ruangan dan menggeser lampu meja. Sesaat kemudian turun sebuah tangga dari loteng.     

Aku tak terlalu terkejut melihatnya dibanding dengan saat pertama kali melihat ada belasan senapan tersembunyi di balik lemari buku Namun melihat tangga turun perlahan memberikan sensasi bergidik pada bulu halus di tengkukku.     

"Mafaza boleh naik. Nanti Mafaza bisa temui jawabannya di sana."     

Sebetulnya aku ragu-ragu apakah aku akan siap menghadapi apapun yang ada di atas sana, tapi sepertinya aku akan menyesal jika tak mengambil kesempatan ini.     

"Mulai sekarang Mafaza boleh ke ruangan ini kapan saja. Opa istirahat dulu." ujar Opa yang segera berlalu.     

Aku baru saja akan mendekati Opa untuk membantu memapah ke kamar, tapi Opa menolak dengan sebuah isyarat tangan. Mungkin Opa membutuhkan waktu untuk sendiri.     

Aku menunggu Opa keluar sebelum melanjutkan langkah ke loteng. Kupikir aku akan menemukan sebuah loteng penuh debu, tapi ternyata loteng ini sangat bersih. Seperti selalu didatangi secara berkala dan dirawat dengan baik.     

Ada banyak sekali barang di sini. Dua lemari buku yang terisi penuh. Dari judul di sampul bukunya, itu adalah buku-buku strategi bisnis, buku-buku perkembangan politik berbagai negara, beberapa buku berbahasa Belanda dan Jerman, juga ada satu sisi yang penuh dengan buku kumpulan foto.     

Aku mengambil salah satu buku kumpulan foto. Ada banyak foto-foto Opa, Oma dan Bunda saat masih kecil. Ternyata Bunda memang cantik sejak dulu.     

Aku beralih ke sebuah sudut yang berisi banyak foto tertempel di dinding. Foto Opa dan Oma saat muda, juga ada sebuah foto Opa dan Kakek sedang memegang senapan. Foto yang sama dengan yang pernah kulihat bersama Teana.     

Ada sebuah lemari berisi pakaian-pakaian lama. Dari ukuran dan desainnya, sepertinya itu adalah pakaian Bunda. Aku menemukan sebuah kebaya tua yang masih terlihat cantik. Itu adalah kebaya yang dipakai Bunda saat dilamar oleh Ayah. Aku tahu karena ada foto lamaran Bunda memakai kebaya itu di rumah peninggalan Ayah di Bogor.     

Aku mencoba memakainya. Sedikit kebesaran untukku. Haruskah aku menambah berat badan? Atau mungkin aku akan menambah massa ototku saja. Kurasa Astro tak akan keberatan.     

Aku mengamit handphone dari saku dan mengambil foto diriku sendiri di depan sebuah cermin besar. Cahaya di loteng ini remang-remang, tapi cukup untuk mengambil sebuah foto dan aku langsung mengirimkannya pada Astro.     

Sepertinya aku akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk menggeledah semua benda di sini. Bahkan sepertinya akan butuh waktu satu tahun atau lebih untukku membaca semua bukunya.     

Aku mengembalikan kebaya milik Bunda ke lemari. Kurasa akan lebih baik jika tersimpan di sini. Aku kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ada lukisan buatan Bunda, beberapa boneka lama yang masih terawat, mainan-mainan tua, juga ada manekin tanpa wajah yang memakai sebuah blazer dengan syal di lehernya dan sebuah topi schoolboy berwarna hijau lumut bertengger di kepala.     

Mungkinkah ini topi milik Ayah? Ayah dan aku memiliki warna favorit yang sama. Aku mencoba memakainya. Sedikit kebesaran untukku, tapi aku menyukainya dan memutuskan akan membawanya.     

Handphoneku bergetar. Aku mengambilnya.     

Astro : Cantik banget. Kebaya bunda?     

Aku : Iya, aku nemu di loteng. Kamu udah pulang?     

Astro : Baru sampai. Aku mandi dulu ya     

Aku : Okay     

Aku menghampiri sebuah meja dengan banyak buku di atasnya. Buku tentang memasak, merajut, menjahit, berbagai kerajinan dan ada lima diary dengan nama Bunda. Aku akan membawa semua diary itu bersamaku.     

Aku menyudahi pencarianku dan turun, lalu menggeser lampu meja ke posisi sebelumnya agar tangga kembali naik. Kemudian kembali ke kamar dan duduk di tempat tidur sambil meneliti diary milik Bunda. Ada tahun tertulis di depan setiap bukunya. Aku memilih satu dengan tahun paling awal dan membacanya.     

Sepertinya buku ini ditulis saat Bunda masih di sekolah dasar. Ada berbagai tempat yang Bunda datangi yang tertulis di sini. Mungkin Bunda sengaja membawaku ke berbagai tempat saat aku kecil karena ingin aku merasakan pengalaman yang sama dengannya.     

Aku membuka halaman selanjutnya dan terkejut melihat tulisan berantakan yang berbeda dari sebelumnya. Tertulis huruf besar dengan goresan kasar : ANA BENCI PAPA! KARENA PAPA ADIK BAYI MATI!! ANA BENCI PAPA!!     

Aku menutup mulut untuk menahan keterkejutanku sendiri. Aku hanya tahu bahwa Oma tak bisa memiliki anak lagi karena pernah tertembak di bagian rahim saat Bunda berumur satu tahun. Namun tak pernah tahu Oma pernah mengandung anak yang lain.     

Bagaimana Bunda bisa tahu Bunda seharusnya bisa memiliki adik? Diary ini ditulis bertahun-tahun setelahnya, bukan? Terlebih, sepertinya Oma enggan menceritakan hal itu pada siapapun.     

Aku baru saja akan membalik halaman saat handphoneku bergetar. Astro mengirimiku panggilan video call. Aku memasang earphone dan menerimanya.     

"Topinya bagus." ujarnya sambil menatapi topi yang kupakai.     

Aku lupa melepas topi yang kutemukan di loteng tadi. Aku berusaha tersenyum, tapi terasa aneh sekali.     

"Anything wrong?" Astro bertanya dengan tatapan khawatir.     

Aku tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Aku bahkan tak yakin apakah dia tahu tentang hal yang baru saja kutemukan.     

"Ga mau cerita?"     

Aku menggeleng. Aku tak yakin apakah aku bahkan bisa bercerita sekarang. Ada air mengenang di mataku yang sulit kutahan.     

"Kamu kenapa?"     

Aku bahkan tak mampu mengatakan apapun. Aku menggeleng dengan air mata membasahi pipiku yang terus berusaha kuhapus dengan lengan.     

"Segitu kangennya sama aku sampai nangis? Sabtu nanti aku pulang. Cuma dua hari lagi kok."     

Aah, Astro bodoh! Apa hanya itu yang terlintas di kepalanya?     

Astro terlihat bingung, "Aku nyanyi buat kamu ya, tapi kamu harus berhenti nangis. Katanya udah ga cengeng?"     

Entah bagaimana aku tersenyum mendengarnya. Ini terasa aneh sekali.     

Astro tersenyum sebelum menghilang dari layar dan kembali dengan sebuah gitar. Dia merapikan tampilan dirinya sendiri dan mulai memetik senar.     

=======     

Di draft pertama ada lirik lagu di chapter ini judulnya "Comethru" dari Jeremy Zucker, tapi udah nou edit. Silakan cari lagu itu di platform musik yang kalian punya.     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.