Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Holder



Holder

2"Apa tadi kamu bilang?" Astro bertanya padaku.     

Kami sedang melakukan sambungan video call setelah menyelesaikan pekerjaan. Aku melirik jam di sudut layar handphone, pukul 22.43.     

"Aku anter jemput Zen sementara sampai dia sembuh. Dia kan ga bisa bawa mobil atau motor ke kampus."     

Astro terlihat kesal sekali, "Dia bisa naik taksi atau ojek, Faza. Atau dia bisa dianter kakaknya."     

"Kakaknya lagi di Aussie, Astro. Lagian rumahnya deket. Aku ga masalah kok."     

"Buatku itu masalah. Aku ga suka." ujarnya yang jelas sekali sedang marah, tapi berusaha untuk tak terlihat terlalu berlebihan.     

"Cuma sampai dia sembuh, Astro. Sekitar dua minggu. Jahitannya sama jahitan di tanganku dulu mirip. Harusnya dua minggu ini dia udah bisa bawa mobil sendiri."     

"Kamu ga ngerti ya? Aku ga suka."     

"Aku udah terima lamaran kamu. Kamu ga perlu cemburu begitu sama Zen."     

"Kamu udah tau aku pasti cemburu, kenapa kamu masih juga begitu?"     

"Aku cuma bantu Zen. Dia sakit."     

Astro terlihat kehilangan kesabaran, "Terserah kamu. Aku mau tidur. Kepalaku sakit."     

Sambungan video call kami terputus tepat saat aku akan memberinya alasan. Aku mencoba memanggilnya kembali dengan memberi sebuah panggilan video call, tapi dia menolaknya. Aku menghela napas panjang sambil mengiriminya sebuah pesan.     

Aku : I love you, Astro     

Astro membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Sepertinya dia benar-benar marah padaku.     

Aku merebahkan tubuh di tempat tidur dan memejamkan mata. Aku harus memaksa diriku tidur walau hatiku gelisah. Aku masih memiliki pekerjaan yang harus kukerjakan tengah malam.     

***     

"Maaf ya, jadi ngerepotin Faza." ujar mama Zen saat aku menyalami dan mencium tangannya untuk berpamitan.     

"Ga repot kok, Tante. Kita berangkat ya."     

"Hati-hati ya." ujar mama Zen sambil mengelus bahuku.     

Aku mengangguk dan beranjak menuju mobilku. Zen mengikutiku beberapa langkah di belakang. Aku menyalakan mobil segera setelah Zen duduk, lalu meletakkan handphone di holder sebelah kemudi dan mencoba menghubungi Astro melalui video call lagi, tapi Astro tidak menerimanya.     

Sejak tengah malam saat aku melanjutkan pekerjaan, aku sudah berkali-kali mencoba menghubungi Astro melalui video call dan mengiriminya pesan, tapi dia sama sekali tidak merespon. Sepertinya dia benar-benar marah padaku.     

Aku menyalakan stasiun radio P hanya agar aku bisa mengalihkan pikiran. Lagi pula, stasiun radio ini yang selalu menemani perjalananku dengan Astro ke manapun kami pergi.     

"Waktu kita ke sana, aku ga nyangka bakal ada insiden sampai harus ke kantor polisi." ujar Zen tiba-tiba.     

Aku menoleh ke arahnya, "Kalau kamu ga ngajak ngebut, mungkin ceritanya bakal beda ya?"     

Zen terdiam sebelum menoleh ke arahku, "Maaf aku mikirnya pendek. Yang ada di pikiranku waktu itu cuma gimana caranya bisa bawa kamu pergi dari Donny."     

"It's okay. Udah lewat."     

Hening di antara kami. Hanya ada lantunan musik yang menemani selama perjalanan menuju kampus. Andai saja aku sedang bersama Astro, mungkin kami sedang saling bercanda atau menggoda satu sama lain.     

Aku merindukannya.     

Handphoneku yang berada di holder di samping kemudi bergetar. Ada panggilan video call dari Astro. Aku segera menerimanya.     

"Sorry, Honey. Aku bangun kesiangan." ujar Astro sambil menatapku sesaat sebelum mengalihkan tatapan karena dia sedang mengemudi.     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Memangnya siapa yang sedang ingin dia bohongi? Dengan mata sayu yang terlihat jelas, sudah pasti dia belum tidur sejak sambungan video call kami yang terakhir.     

"Kamu udah sarapan?" aku bertanya karena tak mungkin membahasnya dengan keberadaan Zen di sampingku.     

"Udah. Kamu?"     

"Udah. Kamu ga lupa minum vitamin kan?"     

"Aku minum kok." ujarnya sambil menatapiku sesaat sebelum mengalihkan tatapannya kembali. "Kamu jadi berangkat sama Zen?"     

"Jadi." ujarku sambil mengamit handphone dari holder dan memperlihatkan Zen yang duduk di sampingku.     

"Hai, Zen. Tangan kamu gimana?"     

"Belum tau. Aku belum buka perban."     

"Cepet sembuh ya, Zen." ujar Astro dengan nada dingin.     

"Sure." ujar Zen sambil menatapku. Sepertinya Zen tahu apa yang dimaksud oleh Astro. Aku hampir saja tertawa, tapi menahannya.     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

"Honey, kamu udah siapin dress buat konser Teana?" Astro bertanya.     

"Belum. Kenapa?" aku bertanya sambil menaruh handphone kembali ke holder di sebelah kemudi.     

"Mau kamu yang cari sendiri atau aku yang cariin? Aku bisa minta butik kirim beberapa ke rumah."     

Aku menatapi sosoknya di layar. Aku tahu Astro sedang sengaja menunjukkan pada Zen tentang betapa perhatiannya dirinya padaku. Aku tersenyum lebar sekali, "Terserah kamu aja."     

Sepertinya Astro tahu aku sudah memahami apa yang terjadi. Dia memberiku senyum menggodanya yang biasa dan sepertinya senyumnya tak akan pergi dalam waktu dekat, "Mau warna apa, Honey?"     

"Terserah kamu, Astro."     

"Hijau? Ah, jangan. Maroon ya?"     

"Boleh. Jangan pilih yang terlalu berlebihan. Aku ga suka."     

"Anything you wish is my command (Apapun permintaan kamu adalah perintah buatku), Honey. Aku tau kok selera kamu."     

Aku mengangguk sambil menggumam mengiyakan, dengan senyum yang tak sanggup pergi. Entah apakah dia mendengarnya, tapi seharusnya dia mengerti karena melihatnya.     

"Kamu cantik."     

"Aku kan emang cantik."     

"I love you, Honey."     

Aku tertawa. Aku sudah tak sanggup menahan kepura-puraan Astro sekarang. Dia benar-benar sengaja bersikap begitu manis.     

"Hei! Aku serius."     

Aku melirik ke arah Zen. Dia sedang mengalihkan wajah ke jendela. Aku tak bisa menebak ekspresinya karena sedang tertawa.     

Astro tersenyum lebar sekali. Wajah kesalnya yang semalam seolah tak berbekas. Dia berhasil memaksaku mengikuti alur yang ingin dia ciptakan.     

"I love you too, Astro." ujarku setelah berhasil menguasai diriku sendiri.     

"Aku pulang agak telat ya hari ini. Deadline kemarin ketunda karena ada yang bikin moodku jelek semaleman." ujarnya sambil menggigit sedikit ujung bibirnya.     

"Jangan terlalu capek. Aku ga mau kamu sakit."     

"Kalau aku sakit aku bisa minta calon istriku ngurusin aku."     

Aku benar-benar tak bisa berhenti tersenyum, "Okay, Astro. Kamu menang."     

Astro tertawa puas sekali. Dia benar-benar tampan.     

"Udah ih." ujarku untuk menghentikan tawanya yang seolah tak akan berhenti. "Kamu lagi nyetir. Bahaya, kamu tau?"     

"Ehm, okay." ujar Astro setelah berhasil menguasai diri. "Kabarin aku sampai rumah jam berapa. Nanti aku minta butik kirim di jam itu."     

"Okay."     

"Nanti aku video call lagi."     

"Hati-hati ya."     

"Kamu juga, Honey."     

Aku tersenyum sebelum Astro menutup sambungan video call. Aku menoleh ke arah Zen yang masih mengalihkan wajah ke jendela, "Sorry ya, Zen. Astro emang gitu kalau bercanda."     

Zen menoleh padaku. Arti tatapan matanya tak bisa kutebak, tapi dia mengangguk.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.