Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Gelombang



Gelombang

3Keringat membasahi tubuhku saat aku terbangun. Gelombang arus air keruh masih terbayang di mataku saat aku terduduk. Aku memimpikan arus sungai itu lagi.     

Tunggu, bukankah aku sedang berbincang dengan Astro melalui video call sebelumnya?     

Aku menyambar handphoneku yang tergeletak ditopang bantal. Sepertinya aku tertidur dan Astro yang mematikan sambungan video call kami.     

Aku mengecek aplikasi pesan dan mencari nama Astro. Dia memberiku beberapa pesan dan mengingatkanku untuk makan jika terbangun. Aku membalas pesannya dan beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajah, lalu menatapi pantulan diriku sendiri di cermin. Aku yakin sekali aku baru saja memimpikan suara bundaku memanggil namaku.     

Aku menyambar handuk untuk mengeringkan wajah sebelum ke luar kamar mandi, lalu mengamit handphone di tempat tidur dan memasukkannya ke saku celana saat ke luar kamar. Aku melangkahkan kaki menuju dapur dan mendapati tatapan terkejut Zen yang membeku saat baru saja menaruh piring di hadapannya.     

"Aku ga tau kamu di rumah." ujar Zen yang menatapku tanpa berkedip.     

"Ada yang kangen sama aku."     

Zen tertawa canggung, "Aku ga kangen sama kamu."     

Aah....     

Aku menghampiri Opa yang masih duduk di kursi dan memeluk bahunya, "Opaku kangen sama aku. Jadi aku nginep di sini sampai hari minggu."     

Zen mengerjapkan mata beberapa kali dan duduk. Sepertinya dia tahu dia baru saja salah mengartikan maksud kalimatku.     

Aku duduk di kursi di dekat Oma karena Zen duduk di kursiku yang biasa, "Kapan kamu dateng?"     

"Beberapa menit yang lalu."     

Aku hanya mengangguk dan mengamit sebuah piring, "Kamu udah makan?"     

"Belum." ujarnya sambil melirik ke arah Opa.     

"Mafaza temani Zen makan ya." ujar Opa yang langsung bangkit.     

Aku baru saja akan bangkit untuk membantu Opa, tapi Oma sudah membantu Opa lebih dulu dan memberiku isyarat agar tetap duduk. Aku mengangguk dan menatapi mereka menghilang dari dapur sebelum menatap Zen yang sedang menatapiku dalam diam.     

"Opa yang minta kamu ke sini?"     

"Aku nganter titipan mama, tapi disuruh makan sebelum pulang."     

"Titipan apa?"     

Zen hanya diam. Entah kenapa aku mendapatkan kesan apapun titipan itu, mungkin bukanlah sesuatu yang aku boleh mengetahuinya.     

Aku mengalihkan tatapan darinya dan mengisi piring dengan nasi dan lauk pauk, lalu mulai makan dalam diam. Akan lebih baik jika aku tak berlama-lama di sini. Terlebih jika Astro tahu ada Zen di rumah ini.     

Aku bisa melihat gerakan Zen di sudut mataku. Dia juga melakukan yang kulakukan, dengan tatapan mata yang melirik ke arahku berkali-kali. Harus kuakui, dia terlihat sedikit lebih kurus dari berbulan lalu saat aku bertemu dengannya.     

Aku mengangkat piring bekas makan ke wastafel setelah selesai makan dan mencucinya. Zen berdiri di sebelahku dengan piring kosong di tangannya seolah sedang menungguku selesai mencuci piringku.     

"Sini biar aku yang cuci." ujarku sambil menegadahkan tangan padanya untuk meminta piring di tangannya.     

Zen menepis tanganku dan membuatku bergeser untuk memberinya ruang, "Aku bisa cuci piring sendiri. Sekarang aku juga bisa masak, kalau kamu mau tau."     

Begitukah?     

"Kamu harus minta resep rendang punya Oma dan coba bikin sendiri." ujarku saat mengelap tangan dengan handuk. Aku baru saja akan meninggalkannya di dapur saat mendengarnya bicara.     

"Gimana kabar kamu?"     

Aku menoleh padanya. Dia sedang menatapku dengan tatapan sendu dan canggung di saat yang sama. Sepertinya dia memang merindukanku.     

Namun bagaimana aku harus menjawabnya? Haruskah aku berkata padanya aku hampir terbunuh kemarin? Atau haruskah kukatakan padanya aku hanya ingin hidup tenang tanpa adanya gangguan dari siapapun selama-lamanya?     

"Kamu liat sendiri aku gimana. Aku ga perlu jelasin ke kamu, kan?" kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku.     

Zen tersenyum canggung yang segera hilang dan terlihat bingung, " Aku ... sorry, aku ga seharusnya begini."     

"It's okay." ujarku sambil beranjak ke teras belakang dan duduk di kursi panjang. Aku membutuhkan udara segar untuk membantuku berpikir lebih baik. Mimpi arus sungai itu masih terbayang jelas di depan mataku.     

Aku menaikkan kedua kaki dan bersila sambil memejamkan mata. Aku baru saja akan menggunakan mantra dari Astro saat mendengar langkah kaki Zen berhenti di ambang pintu, tapi dia tak mengatakan apapun.     

Aku membuka mata dan menoleh padanya, "Ada yang mau kamu bahas?"     

Zen menatapiku dalam diam dengan kedua tangan terlipat di dadanya dan punggung bersandar pada dinding, menghadap ke arahku. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Melihatnya seperti ini membuatku teringat pada Opa. Seolah aku sedang menatapi kolam berair jernih yang sama, tanpa benda apapun di dasarnya.     

"Kamu boleh duduk kalau kamu mau."     

Zen menggeleng, "Aku ga mau bikin suami kamu marah. Aku cuma mau nemenin kamu sebentar di sini, trus pergi."     

Aku hampir saja mengabaikannya dan kembali memejamkan mata saat mendengarnya bicara, hingga aku kembali menoleh padanya dan mendengarnya setiap kalimatnya. Entah kenapa kalimatnya kali ini terdengar seolah seperti rekaman sedang diputar dengan lambat.     

"Aku ke sini cuma nganter camilan titipan mama. Belakangan ini Opa suka makan camilan."     

Aku menatapnya dalam diam. Aku tak melihat camilan apapun sejak ke luar kamar. Mungkin camilan itu sudah disimpan oleh Oma di kulkas atau di kabinet kitchen set.     

"Aku belum tau alasan kak Liana ngasih boneka kangguru ke kamu waktu itu. Aku udah coba macem-macem cara, tapi kak Liana ga mau jawab."     

Aku lupa tentang boneka kangguru pemberian Kak Liana yang berisi alat perekam. Boneka itu ada di kamar. Opa sudah mengeluarkan alat perekamnya dan Astro meminta boneka itu ditinggal saja di sini.     

"Mama pasti seneng kalau tau kamu di rumah."     

"Aku cuma pengen di rumah seminggu ini, Zen. Aku mau ngabisin waktu bareng Opa sama Oma. Kalau kamu mau, kamu boleh ajak Mama ke sini, tapi kamu harus ijin Astro dulu."     

Zen mengangguk dan tak mengatakan apapun lagi, hingga membuatku penasaran dengan perkembangan cabang kafenya. Aku juga penasaran apakah dia tahu tentang Opa yang membantu papanya membangun rumah sakit, tapi aku menahan diri untuk tak menanyakan keduanya.     

"Kamu masih komunikasi sama Donny? Ada tanda-tanda dia mau bikin proyek baru lagi bareng kita?"     

Zen menggeleng, "Terakhir telpon aku beberapa minggu lalu waktu toko kamu kebakar. Sorry aku ga bisa bantu banyak karena aku lagi di rumah nenek."     

"Ga pa-pa. Kamu pasti sibuk."     

Zen menggeleng dan melepas kedua tangan dari dadanya, "Kamu harus istirahat. Kamu keliatan capek banget."     

Aku mengangguk dan tersenyum singkat, hanya untuk sopan santun.     

"Aku mau pulang. Kita ketemu lagi kapan-kapan." ujarnya sambil melangkahkan kaki kembali ke dapur walau langkahnya segera terhenti. "Kabarin aku kapan kamu berangkat ke Jerman. Mungkin nanti mama bisa nyempetin dateng ke bandara."     

"Aku ga mau ngerepotin."     

"Kamu ga pernah ngerepotin siapapun, Faza. Mamaku bakal seneng kalau bisa ketemu kamu sebelum kamu pergi jauh. Mamaku udah nganggep kamu anak sendiri, kalau kamu mau tau."     

Aku terdiam mendengar Zen mengatakannya. Aku tahu dia benar. Aku hanya tak ingin membuat mamanya mengharapkan apapun padaku lagi.     

"Kamu cantik." ujar Zen dengan suara lirih. Aku hampir saja mengira aku salah mendengar andai aku tak melihat bibirnya bergerak saat mengatakannya.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.