DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERAJUT KENANGAN



MERAJUT KENANGAN

1"Aku sangat mencintaimu Nadia, sangat mencintaimu." ucap Jonathan dengan suara lirih kemudian mencium bibir Nadia dengan penuh perasaan.     

Nadia memejamkan matanya merasakan kenikmatan ciuman demi ciuman dari bibir Jonathan yang telah mampu membawanya ke dalam dunia yang belum pernah dia rasakan selama ini.     

"Katakan Nadia apakah kamu juga mencintaiku dan tidak mencintai Jean?" tanya Jonathan dengan tatapan sayu.     

Kembali Nadia tenggelam dalam pertanyaan Jonathan yang tidak mampu dia jawab. Perasaan yang ada dalam hati Nadia timbul tenggelam antara perasaan cinta dan perasaan benci.     

"Katakan Nadia jangan selalu menggantung cintaku diatas awan yang tinggi. Aku tidak pernah merasakan cinta sedalam ini selain padamu." ucap Jonathan dengan suara lirih.     

Nadia menatap dalam ke dalam kedua mata Jonathan, hanya ada kesungguhan dan ketulusan di mata Jonathan.     

"Aku juga mencintaimu Jo." ucap Nadia berusaha meyakinkan dirinya kalau hatinya benar-benar telah mencintai Jonathan.     

"Benarkah itu Nadia? tidak ada cinta di hatimu selain hanya padaku? tidak ada untuk cinta yang lain, walau itu Jean ataupun pria lainnya?" tanya Jonathan berusaha untuk percaya mencintai seorang wanita yang benar-benar tulus mencintainya.     

"Apa aku harus membuktikan sebesar apa cintaku padamu Jo?" tanya Nadia dengan tatapan berkabut.     

"Aku tidak ingin pembuktian apa-apa darimu Nadia, hanya perasaanmu yang tulus yang aku inginkan. Selama ini, wanita yang selalu bersamaku hanya mencintai apa yang aku miliki bukan mencintai perasaan dan hatiku." ucap Jonathan dengan suara penuh kesedihan.     

"Percayalah Jo... kamu akan mendapatkan cinta yang tulus, karena kamu sangat baik." ucap Nadia dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Seandainya saja Jo, kamu bukanlah putra dari tuan Darren dan nyonya Anne mungkin aku akan memilihmu dan mencintaimu dengan tulus." ucap Nadia dalam hati sambil mengusap lembut wajah Jonathan.     

Jonathan tersenyum mendengar ucapan Nadia.     

"Aku sudah menemukan cinta yang tulus itu Nadia. Yaitu kamu, seorang wanita yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Wanita yang telah membuat aku kesal di awal pertama melihatnya. Dan ternyata aku sangat mencintainya sekarang." ucap Jonathan dengan wajah memerah.     

"Begitukah Jo? ternyata aku benar-benar telah membuatmu kesal di awal kita bertemu." ucap Nadia dengan tersenyum merasa bahagia Jonathan sudah tidak marah lagi padanya.     

"Itu sangat benar, kamu sangat cerewet dan keras kepala." ucap Jonathan sambil mencubit salah satu pipi Nadia.     

"Dan sekarang, apa wanita yang cerewet ini bisa membuat makanan untuk Tuan sombong tapi baik hatinya?" ucap Nadia seraya mengusap kening Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

"Kalau begitu ikutlah denganku sekarang. Aku ingin kamu menemani aku masak." ucap Nadia bangun dari pangkuan Jonathan dan mendorong kursi roda Jonathan masuk ke dalam rumah lewat pintu samping.     

"Nadia kamu kesini naik apa? apa kamu diantar Marcos atau Duck?" tanya Jonathan saat Nadia membawanya ke dapur.     

"Kamu tahu, semalaman aku tidak bisa tidur. Ingin sekali pulang agar bisa bicara denganmu. Dan tadi pagi, aku cepat-cepat bangun agar bisa bertemu dan bicara denganmu. Tapi kata Momy kamu pergi ke rumah danau bersama Tuan Marcos. Untung saja ada Tuan Duck yang mengantarku." ucap Nadia menghentikan kursi roda Jonathan saat tiba di dapur.     

"Di mana Duck sekarang? kenapa kamu tidak menyuruhnya masuk?" tanya Jonathan sambil melihat Nadia sedang membuka kulkas.     

"Aku menyuruhnya pulang." ucap Nadia dengan singkat sambil mengeluarkan beberapa telor dan sayur untuk sarapan pagi Jonathan.     

"Kamu menyuruhnya pulang? lalu bagaimana kamu pulang nanti?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Aku tidak akan pulang, aku akan tetap di sini bersamamu. Dan aku akan pulang kalau kamu pulang bersamaku." ucap Nadia dengan wajah serius.     

"Tapi Nadia, Kenapa kamu di sini? Bukankah sebentar lagi kamu akan menikah?" tanya Jonathan tidak mengerti apa maksud Nadia.     

"Aku akan menikah kalau kamu pulang bersamaku. Kalau kamu masih tetap tinggi di sini, aku juga akan tetap di sini. Sekarang semua terserah padamu, aku jadi menikah atau tergantung padamu." ucap Nadia menatap wajah Jonathan dengan tatapan sangat dalam.     

"Kenapa sekarang kamu bebankan padaku Nadia? Bagaimana aku bisa memutuskan hal itu? aku ingin tinggal di sini karena aku tidak bisa melihat kamu menikah dengan pria lain? tapi aku juga tidak ingin Tuan James kecewa dengan janjimu? Jangan pernah lagi mengingkari janji Nadia!" ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Kalau kamu tidak ingin aku mengingkari janji, pulanglah bersamaku sebelum aku menikah." ucap Nadia dengan sungguh-sungguh.     

"Kenapa kamu melakukan hal ini padaku Nadia?" tanya Jonathan dengan wajah penuh kesedihan.     

Nadia menatap Jonathan dari tempatnya, kemudian berlari ke arah Jonathan.     

"Maafkan aku Jo, maafkan aku." ucap Nadia memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

Jonathan mencengkeram pinggiran kursi rodanya dengan matanya terpejam rapat.     

"Aku akan pulang bersamamu Nadia." Ucap Jonathan dengan suara pelan.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap kedua mata Jonathan yang terpejam.     

"Terima kasih Jo, terima kasih." ucap Nadia dengan perasaan haru semakin mempererat pelukannya.     

"Kapan kamu kembali pulang Nadia?" tanya Jonathan membuka matanya menatap Nadia dengan mata perih seperih hatinya.     

"Sudah aku katakan aku akan tetap di sini dan menghabiskan waktu bersamamu sebelum aku menikah." ucap Nadia sambil menangkup wajah Jonathan.     

Jonathan melepas cengkramannya dan membalas pelukan Nadia dengan sepenuh hatinya.     

"Aku tidak bisa marah padamu Nadia, aku juga tidak bisa melihatmu bersedih. Cukup aku saja yang bersedih karena hal ini." ucap Jonathan dengan perasaan sedih yang sangat dalam.     

"Aku juga bersedih sepertimu Jo. Aku juga sangat sedih." ucap Nadia merasa bersalah pada Jonathan yang sudah sangat baik padanya.     

"Baru kali ini aku benar-benar mencintai seorang wanita dan baru kali ini juga aku merasa sakit yang sangat dalam." ucap Jonathan dengan suara penuh kesedihan.     

Tanpa berkata apa-apa Nadia menangkup wajah Jonathan dan mencium sedih bibir Jonathan dengan penuh perasaan dan cinta yang begitu sangat dalam.     

Jonathan memejamkan matanya dan membalas ciuman bibir Nadia dengan ciuman yang lebih dalam dari yang sebelumnya.     

Setelah begitu lama berciuman Nadia melepas ciumannya dan menautkan keningnya pada kening Jonathan.     

"Aku menyayangimu Jo." ucap Nadia dengan suara lirih.     

"Aku juga menyayangimu Nadia." ucap Jonathan sedikit merasa tenang dengan ciuman Nadia.     

"Kamu sudah mulai tenang kan?" tanya Nadia dengan penuh perhatian.     

Jonathan menganggukkan kepalanya seraya menghela nafas panjang mengeluarkan semua rasa sesak di dadanya.     

"Aku lanjutkan memasak dulu ya Jo, aku tahu kamu pasti kamu lapar sekali." ucap Nadia seraya mengusap air matanya yang tersisa.     

"Nadia bisa aku minta tolong ambilkan kanvas dan alat melukisku. Aku ingin melukismu saat kamu memasak. Aku ingin membuat banyak kenangan disini bersamamu." ucap Jonathan dengan nafas tertahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.