KEMBALI PULANG
KEMBALI PULANG
Nadia menatap wajah Jonathan yang masih terlelap dalam tidur lelahnya.
Merasa ada yang mengamati wajahnya, perlahan Jonathan membuka kedua matanya.
"Ada apa Nadia? apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya Jonathan dengan tatapan dalam.
Seketika wajah Nadia memerah saat melihat Jonathan terbangun dan menatapnya.
"Em... tidak! tidak ada Jo." ucap Nadia jadi salah tingkah dan gugup.
"Lalu kenapa kamu menatap wajahku?" tanya Jonathan masih mengejar Nadia dengan pertanyaannya.
"Itu...ada nyamuk di wajahmu." ucap Nadia semakin salah tingkah dengan tatapan Jonathan.
"Benarkah?" tanya Jonathan dengan tatapan tak berkedip.
"Benar." ucap Nadia seraya turun dari pangkuan Jonathan dengan menahan senyum.
"Aku tidak percaya padamu, kamu pasti sedang mengerjaiku lagi kan?" tanya Jonathan sambil memicingkan kedua matanya.
Dengan tertawa senang Nadia membuka pintu tenda untuk melihat matahari pagi.
Nadia sangat terkejut saat melihat seseorang dari kejauhan.
"Jonathan sepertinya ada seseorang yang datang ke sini! Tapi aku tidak tahu siapa dia?" ucap Nadia dari luar tenda sambil melambaikan tangannya ke seseorang yang berlari ke arahnya.
"Aaahh!! ternyata Paman Ammer!!" ucap Nadia masih melambaikan tangannya agar Ammer melihatnya.
Dengan tergesa-gesa Jonathan segera keluar dari tenda untuk melihat Ammer.
"Paman Ammer!!! Paman Ammer!!! aku disini!" teriak Nadia sambil melompat-lompat dengan melambaikan tangannya.
"Nadia kamu tidak perlu berteriak seperti itu! Paman Ammer sepertinya sudah melihat kita." ucap Jonathan sambil melihat Nadia seperti anak kecil yang sedang kegirangan.
"Aku tidak yakin Jo, dan aku tidak mau kalau Paman Ammer tidak melihat kita. Aku tidak mau ada di sini lagi. Aku tidak bisa melihatmu menderita." ucap Nadia merasa bersalah pada Jonathan.
"Benarkah itu?" tanya Jonathan merasa senang mendengar ucapan Nadia.
Tanpa menjawab pertanyaan Jonathan, Nadia berlari menghampiri Ammer yang sudah dekat dengan tempatnya berada.
"Paman Ammer!! syukurlah Paman datang. Kita sudah tidak tahu lagi kemana arah kita pulang. Dan semalam hujan lebat kita tidak bisa kemana-mana." ucap Nadia dengan perasaan senang memeluk Ammer.
Hati merasa bahagia dan tenang saat Nadia memeluknya. Sepertinya perasaan seorang Ayah yang sudah lama tidak bertemu dengan putrinya.
"Kalau kamu tidak tahu arah pulang, kenapa kalian tidak menghubungiku saja? aku kan bisa menjemput kalian." ucap Ammer sambil menatap dalam wajah Nadia.
"kita sudah berpikir seperti itu Paman, tapi sayangnya ponsel Jonathan tidak aktif Paman. Kita tidak bisa menghubungi Paman Ammer." ucap Nadia seraya menggandeng tangan Ammer dan membawanya ke tempat Jonathan.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa begitu sangat lama?" ucap Jonathan menatap Nadia dan Ammer secara bergantian.
"Hanya menceritakan tentang kita yang tidak bisa pulang Jo, bukan hal yang lain." ucap Nadia merasa tenang setelah ada Ammer datang.
"Bagaimana keadaanmu Tuan Jonathan? apa anda mengalami kesulitan semalam?" Tanya Ammer melihat wajah Jonathan yang pucat pasi.
"Aku mengalami hal yang tidak pernah aku alami sebelumnya Paman Ammer. Aku hampir saja jatuh ke sungai, kemudian aku kehujanan dan aku juga tidak bisa tidur semalam. Selain itu aku tidur di kursi roda." ucap Jonathan berkeluh kesah pada Ammer.
"Sepertinya itu sangat buruk sekali Tuan Jonathan. Sebaiknya, sekarang kita pulang sebelum siang. Dan kalian berdua bisa istirahat." ucap Amer sambil berjalan ke tempat tenda.
Dengan dibantu Nadia Ammer membongkar tenda dan melipat tenda sedangkan Nadia menata kembali semua peralatan dan perlengkapannya ke dalam dua tas ransel yang di bawanya.
Setelah semua beres kembali Ammer meletakkan satu tas ransel di belakang kursi roda Jonathan dan yang satunya dipanggulnya di punggung.
"Mari Tuan Jonathan, Nona Nadia, kita segera kembali ke rumah." ucap Ammer merasa lega setelah menemukan Jonathan dan Nadia.
"Paman Ammer? bagaimana Paman Ammer tahu kita ada di sini?" tanya Nadia dengan tatapan heran.
"Semalam saat hujan deras aku datang ke tempat kalian untuk memberi beberapa jagung bakar. Tapi kalian tidak ada di sana. Aku sudah menghubungi Tuan Jonathan beberapa kali tetapi tidak aktif. Karena itulah aku mencari kalian." ucap Ammer dengan tatapan serius.
"Maafkan aku Paman Ammer, karena aku semua jadi menderita Nadia." ucap Nadia sambil menjepit kedua telinganya sebagai permintaan maaf pada Jonathan dan Ammer.
"Tidak apa-apa Nona Nadia, hal yang sangat wajar karena kalian berdua masih muda ingin menikmati hidup dan bersenang-senang di alam bebas." ucap Ammer dengan tersenyum.
Dengan perasaan lega akhirnya Nadia dan Jonathan pulang mengikuti Ammer dan sampai di rumah danau dengan selamat.
"Sekarang kalian berdua bisa istirahat dengan tenang. Nanti siang aku akan ke sini mengirim beberapa kelapa muda dan makanan untuk makan siang." ucap Ammer sambil meletakkan dua tas ransel Nadia di ruang belakang.
"Terima kasih Paman Ammer, biar aku saja yang mengambil ke sana Paman." ucap Nadia ingin bicara penting dengan Ammer tentang masa lalu Ammer terutama tentang sebab wajah Ammer yang terbakar.
"Baiklah Nona Nadia aku menunggumu. Jaga Tuan Jonathan dengan baik karena dia sangat berarti bagiku." ucap Ammer dengan tersenyum ramah kemudian meninggalkan rumah Danau.
Kening Nadia berkerut saat mendengar Ammer mengatakan Jonathan sangat berarti baginya. Namun kemudian Nadia menepisnya jauh-jauh karena dia tahu dari kecil Jonathan sangat dekat dengan Ammer.
Setelah Ammer pergi meninggalkan rumah Nadia mencari Jonathan yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
Dilihatnya Jonathan sedang berada di luar balkon dan menatap ke arah hutan di mana dia tersesat.
"Apa yang kamu pikirkan Jo? Kenapa kamu menatap ke arah hutan? Apa kamu menyesal setelah tersesat di sana?" tanya Nadia berdiri di samping Jonathan.
"Siapa yang mengatakan aku menyesal setelah tersesat di sana?" tanya Jonathan balik seraya mengangkat wajahnya menatap Nadia.
"Memang kamu tidak mengatakannya Jo, aku hanya berpikir seperti itu saja. Karena aku, kamu telah menderita disana. Kamu sudah kehujanan, hampir jatuh dari sungai, kemudian tidak bisa tidur dengan nyenyak." ucap Nadia dengan tatapan menyesal.
"Ssshhh!! apa yang kamu katakan itu tidak benar. Aku merasa senang tersesat di sana karena aku bisa merasakan perhatian dan kebersamaan kita. Semua yang terjadi di sana sangat berarti bagiku." ucap Jonathan dengan tatapan sungguh-sungguh.
Syukurlah Jo, apa yang kamu pikirkan sama dengan apa yang aku pikirkan. Aku sangat bahagia bisa merasakan hal itu semua denganmu." ucap Nadia dengan tersenyum.
"Benarkah? aku tidak percaya!" ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Kamu selalu saja tidak percaya padaku Tuan Jonathan! sekarang lebih baik aku membersihkan badanmu setelah itu kita istirahat tidur." ucap Nadia dengan perasaan gemas membawa Jonathan masuk ke dalam kamar untuk segera di mandikan agar bisa istirahat dengan cepat.