DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

EMOSI



EMOSI

3"Maaf, sebaiknya anda pulang saja. Hari ini aku sangat sibuk karena Bos baruku masuk hari ini. Dan satu lagi, aku ingatkan padamu kalau ke kantor pakai pakaian yang sopan jangan hanya memakai kaos. Hargai kantor perusahaan ini." ucap Gladys dengan kedua alis terangkat.     

"Anda benar Nona kalau di kantor harusnya kita memakai pakaian yang sopan. Aku minta maaf untuk penampilanku ini. Aku memang belum pulang ke rumah dan berniat mampir ke sini untuk melihat karyawan yang datang terlambat." ucap pria itu dengan tersenyum.     

kening rajis berkerut mendengar ucapan pria itu seolah-olah dia pemilik perusahaan.     

"Apa maksudmu bicara seperti itu?" ucap Gladys sambil melihat jam tangannya sedikit merasa lega karena dia merasa belum di katakan terlambat walaupun tepat di jam masuk.     

"Aku tidak bermaksud apa-apa Nona. Aku bicara yang sebenarnya." ucap Pria itu sambil melihat ke arah pintu masuk melihat beberapa karyawan yang datang terlambat.     

"Ternyata banyak yang datang terlambat juga ya Nona? tanya pria itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Maaf ya Tuan, aku sama sekali tidak suka bergosip apalagi sekarang sudah jam kerja. Permisi aku mau kerja dulu." ucap Gladys berniat beranjak dari tempatnya namun gerakkannya terhenti saat mendengar suara Pak Ujang sopir pribadi Tuan Mark berbicara dengan pria itu.     

"Maaf Tuan Jeevan, saya datang terlambat membawa pakaian kerja anda. Di jalan ada kemacetan karena ada kecelakaan." ucap Ujang sambil memberikan kemeja dan jas pada pria itu.     

Sontak wajah Gladys merah padam mendengar ucapan Ujang yang memanggil nama pria itu Tuan Jeevan. Gladys sangat tahu siapa Tuan Jeevan, pemilik perusahaan putranya Tuan Mark yang sudah pensiun.     

Dengan wajah masih memerah dan tubuh yang lemas Gladys berjalan cepat meninggalkan Jeevan yang sedang menatapnya hingga tanpa sadar Gladys menabrak pintu kaca ada di depannya.     

"DUGG!"     

"Aduh!! sialan! kenapa aku tidak tahu ada pintu kaca di sini?" Ucap Gladys sambil mengusap keningnya kemudian cepat-cepat berlalu dari hadapan Jeevan yang masih menatapnya.     

Jeevan hanya tersenyum melihat sikap Gladys yang sangat lucu.     

"Tuan Jeevan, pakaian anda?" ucap Ujang membuyarkan lamunan Jeevan.     

Jeevan menoleh ke Ujang yang masih membawa pakaiannya.     

"Terima kasih ya Pak Ujang. Kalau boleh aku tahu, siapa wanita yang terbentur pintu tadi?" tanya Jeevan sambil menerima pakaiannya.     

"Wanita yang terbentur tadi? namanya Nona Gladys bagian administrasi keuangan. Nona Gladys sangat dekat dengan Tuan Mark, Tuan Jeevan." ucap Ujang mengatakan yang sebenarnya.     

"Begitu ya Pak Ujang. Terima kasih atas informasi Pak Ujang." ucap Jeevan menepuk bahu Ujang kemudian pergi ke ruang kerjanya.     

Saat melewati meja Gladys, Jeevan tersenyum kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya.     

Gladys menundukkan wajahnya menyembunyikan rasa malunya di balik komputer.     

"Mati aku sekarang, bagaimana aku bisa membuat masalah dengan Pak Jeevan." ucap Gladys sambil menggigit bibir bawahnya.     

"Gladys!" panggil Ratna sekertaris Jeevan mendekati Gladys.     

"Ya Rat, ada apa?" tanya Gladys dengan gugup bangun dari duduknya.     

"Kamu dicari Pak jeevan ada hal penting yang dibicarakan sama kamu tentang keuangan tahunan, juga ada tentang peralihan job untuk sementara." ucap Ratna dengan tersenyum kemudian kembali duduk di meja kerjanya.     

"Tentang peralihan job maksudnya apa ya? apa aku akan di pindahkan ke tempat lain? atau aku tidak memegang keuangan lagi?" tanya Gladys dalam hati seraya mengambil berkas laporan tahunan.     

Dengan perasaan kacau dan gelisah, Gladys masuk ke dalam ruangan Jeevan.     

"Selamat pagi Pak Jeevan." sapa Gladys sambil membungkukkan badannya memberi hormat pada Jeevan.     

"Duduklah Nona Gladys." ucap Jeevan dengan tenang.     

Gladys menganggukkan kepalanya kemudian duduk di hadapan Jeevan.     

"Seperti Ratna bilang Kalau Pak Jeevan meminta laporan keuangan tahunan. Ini saya bawakan berkasnya." ucap Gladys seraya menelan salivanya memberikan berkas yang di bawanya pada Jeevan.     

"Terima kasih Nona Gladys, laporan keuangan ini akan aku pelajari. Semoga saja tidak ada kesalahan dalam membuatnya." ucap Jeevan dengan sebuah senyuman.     

"Isshhh! sangat menyebalkan! Apa yang membuat Pak Jeevan tersenyum? apa ada yang aneh di wajahku?" tanya Gladys dalam hati dengan kedua alis terangkat.     

"Semoga saja tidak Pak, karena dalam bekerja saya berusaha untuk lebih teliti dan hati-hati." ucap Gladys dengan kepala tertunduk.     

"Baguslah Nona Gladys, kalau anda ternyata sudah sangat berpengalaman dalam bidang keuangan. Pantas saja kalau Ayahku sangat mempercayaimu." ucap Jeevan tak berkedip menatap wajah Gladys yang merah pucat.     

"Terima kasih Pak atas pujiannya." ucap Gladys dengan singkat masih dengan wajah tertunduk tidak berani mengangkat wajahnya menatap Jeevan.     

Untuk sesaat Jeevan berdiam diri seolah-olah memikirkan sesuatu yang akan dia bicarakan dengan serius.     

Karena sudah menunggu lama dan Jeevan tidak bicara sama sekali, Gladys memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap Jeevan.     

"Maaf Tuan Jeevan, pekerjaan saya masih banyak. Apa masih ada lagi yang anda ingin bicarakan dengan saya?" ucap Gladys sambil meremas kedua tangannya yang bersembunyi di balik meja.     

Mendapat teguran dari Gladys, Jeevan menegakkan punggungnya kemudian memajukan badannya sedikit agar lebih dekat dengan Gladys yang duduk di kursinya.     

"Begini Nona Gladys, anda tahu kan kalau Nyonya Ratna akan cuti hamil? jadi aku berpikir kalau anda menggantikan posisi Nyonya Ratna untuk sementara." ucap Jeevan dengan suara pelan tapi terdengar jelas di telinga Gladys.     

Gladys mengangkat wajahnya menatap penuh kedua mata Jeevan.     

"Tapi Pak! bagaimana dengan pekerjaan saya? Tuan Mark sendiri bilang aku tidak boleh di pindah tugaskan ke bagian lain." ucap Gladys dengan wajah suram. Bagi Gladys bukan masalah baginya untuk menggantikan Ratna. Tapi hal yang menyebalkan bagi Gladys karena Ratna adalah sekretaris Jeevan. Dan itu membuat Gladys tidak bisa menerimanya, bagaimana dia bisa menjadi sekertaris seorang gay.     

"Mengenai pekerjaan anda tetap anda yang memegangnya karena itu sudah posisi anda. Tapi mulai saat ini sampai tiga bulan kedepan anda harus menangani dua pekerjaan ini. Menjadi sekretaris sekaligus tetap memegang bagian keuangan." ucap Jeevan dengan tenang.     

"Bagaimana bisa Pak? memegang bagian keuangan saja aku tidak bisa beristirahat dengan tenang bahkan sampai di rumah aku masih mengerjakan pekerjaanku. Dan sekarang aku harus memegang dua pekerjaan sebagai sekretaris anda. Mohon maaf Pak, aku tidak bisa menerimanya." ucap Gladys sedikit emosi dengan keputusan Jeevan yang seenaknya sendiri.     

"Anda harus menerimanya Nona Gladys karena itu sudah keputusanku. Dan jika anda masih tetap menolak, anda bisa membuat surat pengunduran diri sekarang juga." ucap Jeevan dengan wajah sangat serius.     

"Kenapa anda tidak punya hati sama sekali Pak! bagaimana aku bisa mengerjakan dua pekerjaan sekaligus? Bagaimana aku harus mengeluarkan tenaga dan pikiran secara bersamaan tapi aku tetap mendapat gaji yang sama? keputusan anda sangat tidak adil!!" ucap Gladys benar-benar emosi ingin mencakar wajah menyebalkan yang ada di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.