PERASAAN KESAL GLADYS
PERASAAN KESAL GLADYS
"Aauhhh!! sakit Nadia!!" ucap Jonathan seraya mengusap hidungnya sudah langsung merah karena gigitan Nadia.
Nadia tertawa kemudian melihat menyentuh hidung Jonathan.
"Aku cium ya? biar cepat sembuh." ucap Nadia kemudian mengecup ujung hidung Jonathan dengan perasaan sayang.
"Lagi?" ucap Jonathan dengan tatapan manja.
"Tidak lagi Jo, senang sekali kamu aku cium ya?" ucap Nadia dengan tatapan gemas.
Jonathan tertawa pelan berusaha bangun dari tidurnya.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang Nadia. Di mana Gladys?" tanya Jonathan memeluk leher Nadia yang sedang membantunya duduk di kursi roda.
"Aku sudah bilang pada Gladys untuk menunggu di depan." ucap Nadia seraya mengambil jaket dan memakaikannya pada Jonathan.
"Terima kasih Nadia." ucap Jonathan dengan tatapan tak lepas dari wajah Nadia.
"Sama-sama suamiku." ucap Nadia dengan nada yang amat manis membuat wajah Jonathan menjadi merah.
"Aku tidak tahan kalau kamu berkata seperti itu Nadia." ucap Jonathan dengan senyum terkulum keluar dari kamar.
Jonathan tidak melanjutkan gerakannya saat melihat ruang depan terlihat bersih dan sangat nyaman.
"Nadia, kamu benar-benar membersihkan tempat ini?" Tanya Jonathan dengan tatapan tak percaya.
"Aku melakukannya untuk suamiku agar tidak merasa nyaman dan tidak bosan di rumah kecil ini." ucap Nadia sambil mendekati Jonathan dan memeluknya dari belakang.
"Terima kasih Nadia." ucap Jonathan semakin terharu dengan kerja keras Nadia demi dirinya agar merasa nyaman.
Nadia hanya tersenyum kemudian mendorong kursi roda Jonathan keluar rumah.
Jonathan tidak bisa berkata apa-apa saat melihat halaman rumah sangat bersih dan banyak bunga-bunga yang tertata apik walau tidak seindah dan seluas rumah besar.
"Aku rasa aku tidak akan pernah bosan tinggal di sini Nadia, selain dengan adanya kamu di sisiku aku semakin betah di sini." ucap Jonathan dengan jujur.
"Terima kasih suamiku." ucap Nadia berjalan ke halaman dan memetik satu bunga mawar dan di berikan para Jonathan.
"Untuk suamiku yang tersayang." ucap Nadia dengan tatapan menggoda.
"Sudah dua kali ini aku mendapat bunga mawar dari kamu Nadia. Sedangkan aku belum memberi apapun untukmu." ucap Jonathan dengan tatapan sayu.
"Kamu sudah memberikan semuanya padaku Jo. Cintamu, dan hidupmu dengan mau tinggal di sini bersamaku. Bunga mawar ini tidak seberapa artinya di banding dengan semua yang telah kamu korbankan." ucap Nadia dengan tatapan penuh cinta.
"Sepertinya aku tidak akan tahan mendengar semua ucapan manis kamu Nadia." ucap Jonathan dengan hati terasa sesak penuh dengan kebahagiaan.
"Semakin hari kamu akan terbiasa dengan kata-kata manisku Jo." ucap Nadia dengan sebuah senyuman menggoda.
"Kita berangkat sekarang saja Nadia, dimana Gladys katanya menunggu di depan?" tanya Jonathan mengalihkan pembicaraan agar Nadia tidak semakin menggodanya.
"Itu dia Gladys baru keluar." ucap Nadia melihat Gladys datang menghampirinya.
"Maafkan aku, aku membuat kalian menunggu. Aku baru menyelesaikan pekerjaan di kantorku. Kalian tahu sendiri kan bagaimana dengan pekerjaanku sekarang? menumpuk hanya karena bos lamaku masa kerjanya akan segera berakhir." ucap Gladys dengan wajah terlihat lelah.
"Bersabarlah Gladys, semoga saja bos baru kamu nanti akan lebih baik dari yang sekarang." ucap Nadia seraya menepuk bahu Gladys.
"Bos lamaku sangat baik Nadia, dia memberi pekerjaan lebih padaku karena sangat percaya padaku. Dan aku tidak tahu bagaimana nanti putra Tuan Mark menangani masalah di perusahaan." ucap Gladys yang punya wajah sangat cantik tapi terlihat cuek.
"Memang kamu belum tahu putra Tuan Mark yang akan menjadi bos baru kamu?" tanya Nadia sambil mendorong kursi roda Jonathan keluar dari halaman rumah.
"Aku belum tahu sama sekali yang aku tahu putra Tuan Mark bernama Tuan Jesvan dan menurut gosipnya Tuan Jesvan seorang gay. Kamu bisa bayangkan sendiri bagaimana perusahaan bisa dipimpin oleh seorang pria gay?" ucap Gladys seraya mengusap tengkuk lehernya.
Nadia menatap wajah Gladys dengan rasa penasaran.
"Bukankah kamu sudah pernah menceritakan tentang hal ini padaku Glad? Apa masih belum terealisasi juga rencana pergantian itu?" tanya Nadia tiba-tiba ingat Gladys pernah menceritakan tentang wacana pergantian bos lamanya.
Gladys menggelengkan kepalanya.
"Tuan Mark masih membenahi semua masalah yang ada di perusahaan. Karena itulah pekerjaanku semakin bertambah dan sekarang sudah selesai." ucap Gladys dengan perasaan lebih tenang.
"Aku jadi penasaran dengan Tuan Jesvan, Glad. Semoga saja kamu menjadi dekat dengan Tuan Jesvan agar pekerjaanmu lancar. Dan jangan katakan lagi kamu membenci seorang Gay. Kamu belum mengenal Tuan Jesvan kan?" ucap Nadia dengan nada menggoda.
"Sudah Nadia cukup, sudah pernah aku katakan kalau aku tidak ingin berteman atau punya hubungan apapun dengan seorang gay, walau dia bosku sendiri. Cukup bagiku dengan Tuan Jesvan hanya sebatas bos dan bawahan." ucap Gladys seraya melambaikan tangannya ke arah taksi yang lewat.
Jonathan hanya tersenyum mendengar pembicaraan Gladys dan Nadia yang saling debat tentang seorang Gay.
"Sudahlah kalian berdua jangan berdebat tentang seorang gay. Bagaimana pun juga perasaan cinta itu tidak akan memandang status apapun." ucap Jonathan menengahi perdebatan Gladys dan Nadia.
"Itu dengarkan ucapan Jonathan, Glad! cinta itu tidak memandang status apapun? kalau kamu sudah jatuh cinta kamu tidak akan mempedulikan hal itu!" ucap Nadia dengan tersenyum kemudian membantu Jonathan masuk ke dalam taksi dibantu sopir taksi.
"Oke-oke, terserah kalian berdua saja oke? Sekarang kita nikmati saja jalan-jalan kita ke supermarket." ucap Gladys akhirnya mengalah dan masuk ke dalam mobil.
"Antar kita ke supermarket Hero ya Pak." ucap Gladys pada sopir taksi.
Setelah sampai di supermarket Hero, Gladys keluar dari taksi. Sopir taksi membantu Nadia mengangkat Jonathan ke kursi rodanya.
"Terima kasih ya Pak." ucap Nadia pada sopir taksi kemudian membayar ongkos taksi tanpa meminta pengembalian.
Dengan Nadia yang mendorong kursi rodanya, Jonathan masuk ke supermarket yang cukup tidak terlalu besar tapi cukup ramai untuk kalangan menengah ke bawah. Karena itu Jonathan berhati-hati dengan begitu banyaknya orang.
"Nadia aku akan kesana dulu, mencari telur. Persediaan telurku sudah habis." ucap Gladys tidak ingin mengganggu kebersamaan Jonathan dan Nadia.
Nadia menganggukkan kepalanya, kemudian membawa Jonathan ke lorong berbagai macam sayuran.
Dengan cepat Gladys berjalan ke tempat di mana telor berada. Setelah mendapatkan beberapa kilo telor, Nadia berniat mencari troli. Namun seorang pria tanpa sengaja menubruknya hingga telornya pecah berantakan.
"Hei!! Apa kamu tidak punya mata sampai tidak bisa melihatku!!" ucap Gladys dengan tatapan marah.
"Maafkan aku Nona, sungguh aku tidak sengaja. Aku terlalu fokus bicara dengan partner kerjaku." ucap pria itu sambil membantu Gladys.
"Sudah! tidak perlu membantuku! kamu harus membayar telorku yang hancur ini!" ucap Gladys dengan nada kesal.
Belum lagi pria itu menjawab ucapan Gladys, terdengar suara seorang pria lainnya yang berdiri tidak jauh dari pria itu.
"Ada apa sayangku? apa kamu mendapat masalah dari wanita ini?" tanya Pria yang baru datang dengan wajah bersih dan terlihat feminin.