DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KEMARAHAN NADIA



KEMARAHAN NADIA

3Dengan perasaan sakit dan hati yang di liputi dendam Nadia mencium punggung tangan Jonathan dan berjanji akan membuat hidup Jonathan menderita seperti Tuan Darren yang membuat Ayahnya menderita.     

Anne dan Darren tersenyum bahagia melihat Jonathan akhirnya menikah dengan Nadia.     

"Akhirnya apa yang kita inginkan sudah terjadi Darren. Jonathan sudah menikah dengan Nadia." Ucap Anne seraya mengambil nafas lega.     

"Benar aku juga sudah merasa tenang setelah Jonathan menikah dengan Nadia apalagi tadi Ammer ingin sekali melihat pernikahan Nadia dan Jonathan." Ucap Darren dengan tersenyum.     

"Kenapa kamu tidak mengajak Ammer masuk saja? bukankah dia bisa memberi restu pada Nadia dan Jonathan." Ucap Anne dengan kening berkerut.     

"Aku sudah bilang seperti itu pada Ammer tapi Ammer tidak mau. Dia masih saja merasa malu dengan keadaannya, karena itu aku meminta pada satpam untuk membawa Ammer masuk lewat pintu samping agar bisa lebih bebas melihat Nadia dan Jonathan." Ucap Darren menjelaskan pada Anne agar tidak salah paham.     

"Syukurlah kalau Ammer bisa melihat pernikahan Jonathan dan Nadia. Kalau ada waktu bujuklah lagi Ammer agar mau dioperasi wajahnya. Biar dia bisa bebas pergi ke kota dan tidak selalu mengurung diri di rumah danau." ucap Anne merasa kasihan pada Ammer. Apalagi Ammer menyerahkan seluruh harta kekayaan dan aset perusahaan pada Darren untuk mengelolanya dan akan di serahkan pada Jonathan sebagai pewaris tunggal.     

"Nyonya Anne, Tuan Darren! silahkan anda memberikan restu pada kedua putra putri anda yang sudah sah menikah." Ucap Valerie dengan perasaan bahagia dan juga sedih karena dia tahu kalau Jean sudah mencintai Nadia.     

Segera Anne dan Darren mendekati Jonathan dan Nadia. Dengan penuh rasa sayang mereka berdiri di hadapan Jonathan dan Nadia yang menundukkan wajahnya.     

Saat proses pemberian restu di mulai, Anne mengarahkan pandangannya ke pintu samping gedung. Di dekat backdrop Anne melihat Ammer sedang menatapnya.     

Dengan cepat Anne menghampiri Ammer dan menarik tangannya agar bisa memberi Restu pada Jonathan dan Nadia.     

"Kemarilah cepat Ammer kamu harus memberikan restu pada Jonathan dan Nadia." ucap Anne dengan berbisik di telinga Ammer.     

Dengan kedua matanya berkaca-kaca Ammer memberikan restu pada Jonathan dan Nadia yang masih menundukkan kepalanya.     

Setelah memberikan restunya pada Jonathan dan Nadia segera Ammer kembali ke tempatnya untuk melihat acara pernikahan Jonathan dan Nadia selanjutnya.     

Proses pemberian restu cukup lama, Jonathan dan Nadia baru bisa bernapas lega setelah acara pemberian restu selesai.     

Nadia mengangkat wajahnya, seiring hatinya yang sudah mantap untuk balas dendam pada keluarga Darren.     

Nadia melihat Jonathan yang duduk termenung di kursi rodanya.     

"Mungkin Tuhan mendengarkan doaku agar aku bisa balas dendam. Karena itu aku bisa menikah denganmu Jo, untuk membalas penderitaan orang tuaku padamu." ucap Nadia dengan tatapan dalam.     

"Nadia, Jonathan kemarilah dan duduk di depan kami. Kita akan foto bersama." ucap Valerie seraya menggandeng tangan Jean dan Gladys.     

Semua keluarga mengabadikan momen pernikahan Nadia dan Jonathan dengan foto bersama.     

Dan sekali lagi Anne mengajak Ammer untuk foto bersama. Bahkan Ammer berpelukan dengan Darren di belakang Nadia dan Jonathan tanpa mereka berdua tahu.     

"Aku harus pergi Anne, tolong hasil foto kamu sembunyikan." ucap Ammer dengan berbisik.     

"Kamu jangan kuatir Ammer, kamu tenang saja." ucap Anne dengan tersenyum.     

Ammer menganggukkan kepalanya kemudian bergegas pergi dan meninggalkan gedung setelah urusannya selesai.     

Setelah Ammer pergi, Anne mendekati Nadia dan Jonathan yang masih duduk tegang di tempatnya.     

"Nadia, Jonathan kenapa kalian hanya bengong di sini. Kalian sudah sah menikah dan sekarang kalian berdua sudah menjadi suami istri. Nikmati acara pernikahan kalian ya." ucap Anne dengan tatapan sayang kemudian pergi meninggalkan Nadia dan Jonathan.     

Jonathan dan Nadia saling pandang, tidak tahu harus berkata apa.     

***     

Nadia, Jonathan kenapa kalian hanya bengong di sini. Kalian sudah sah menikah dan sekarang kalian berdua sudah menjadi suami istri. Nikmati acara pernikahan kalian ya." ucap Anne dengan tatapan sayang kemudian pergi meninggalkan Nadia dan Jonathan.     

Jonathan dan Nadia saling pandang, tidak tahu harus berkata apa.     

"Nadia, Jonathan, selamat ya!! Akhirnya kalian menikah juga. Itu pertanda kalian memang berjodoh." Ucap Gladys dengan tiba-tiba memeluk Nadia dengan erat.     

"Terima kasih Glad." Ucap Nadia ingin sekali bercerita pada Gladys tapi belum waktunya tuba.     

"Baiklah aku ke sana dulu, aku lapar." Ucap Gladys dengan tersenyum meninggalkan Nadia dan Jonathan.     

"Ini sangat di luar dugaan kita bukan? sejak kemarin kita berdua sangat bersedih tidak bisa membayangkan akan perpisahan kita. Tapi sekarang kita sudah menikah dan aku tidak tahu apa kita harus tertawa atau menangis." ucap Jonathan dengan nafas tertahan.     

"Tunggulah sebentar di sini Jo, aku akan segera kembali. Aku akan bicara dengan Jean sebentar." ucap Nadia tidak tahu apa yang harus dikatakan pada Jonathan tentang kemarahan yang ada di dalam hatinya, selain ingin bicara dengan Jean dan meluapkan amarahnya.     

"Hem... jangan lama-lama Nadia." ucap Jonathan sedikit cemas melihat Nadia yang terlihat gelisah.     

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian bergegas pergi mencari keberadaan Jean.     

"Ibu? apa ibu melihat Jean?" tanya Nadia saat melihat Valerie.     

"Jean? sepertinya dia ada di luar." ucap Valerie sempat melihat Jean keluar gedung.     

"Terima kasih Bu." ucap Nadia kemudian bergegas keluar gedung mencari Jean.     

Setelah di luar gedung Nadia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Jean.     

Saat melihat Jean duduk di bawah pohon besar Nadia segera menghampirinya.     

"Jean." panggil Nadia dengan tatapan heran saat melihat Jean sendirian di luar.     

Jean menoleh dan melihat Nadia sedang berjalan ke arahnya. Segera Jean menegakkan punggungnya dengan wajah terkejut.     

"Nadia! kenapa kamu ke sini?! lihat Nadia? kamu seorang pengantin? kenapa keluar? bagaimana kalau Jonathan mencarimu?" tanya Jean dengan tatapan rumit.     

"Aku tidak peduli, ada hal yang lebih penting dari semua itu." ucap Nadia seraya duduk di samping Jean.     

"Ada apa denganmu? kenapa kamu bicara seperti itu? bukankah kamu selalu peduli setiap yang terjadi pada Jonathan?" tanya Jean dengan tatapan heran.     

"Saat ini aku sedang ingin menangis dan marah Jean. Kamu tidak tahu apa terjadi hari ini. Apa yang aku lihat sangat menyakitkan hatiku." ucap Nadia dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Apa yang terjadi? dan apa yang telah menyakiti hati kamu? bukankah kamu harusnya bahagia, karena kamu sudah menikah dengan Jonathan laki-laki yang kamu cintai?" ucap Jean merasa sedih dengan semua itu. Tapi demi kebahagiaan Nadia dan Jonathan, Jean rela melepas perasaan cintanya.     

"Kamu tahu Jean, saat aku menikah dengan Jonathan tadi. Aku melihat Ayahku Ammer datang. Dan apa yang dilakukan Tuan Darren? Tuan Darren menyuruh penjaga mengusir Ayahku! Kenapa Tuan Darren begitu tega pada Ayahku? Bukankah Ayahku punya hak untuk melihat pernikahanku Jean?" ucap Nadia menangis keras seraya memeluk Jean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.