Saingan Cinta (4)
Saingan Cinta (4)
Sinar ungu turun dari langit dan melesat tepat menuju kepala Murong Qian.
"Awas, Nona Sulung!"
Ekspresi tetua berubah drastis saat menarik Murong Qian ke samping dengan cepat. Tepat ketika dia menarik Murong Qian kesamping, sinar ungu itu mendarat dengan suara tabrakan keras dan mengukir jurang yang dalam ditempat dia berdiri beberapa saat yang lalu.
Murong Qian sangat ketakutan. Jika tetua tidak menariknya ke samping, hidupnya akan berakhir disini, sekarang juga.
Dia tak bisa melakukan apa-apa selain menggigil saat memikirkannya dan cepat-cepat bersembunyi di belakang si tetua.
"Hmm!" Si tetua mendengus dingin sambil menatap Zixie yang berada di tengah udara dengan mengerikan. "Sebagai kultivator kuat, apa yang ingin kamu buktikan dengan menyerang seorang wanita? Jika kamu punya kemampuan, bertarunglah dengan kami secara terhormat!"
Tak peduli betapa tetua tidak menyukai Murong Qian, dia tetaplah Nona Sulung dari Keluarga Murong dan merupakan cucu kesayangan Tuan mereka.
Melindungi Murong Qian adalah tanggung jawabnya.
Bagaimana mungkin dia membiarkan orang lain melakukan hal seperti itu dibawah pengawasan matanya?
Bibir Zixie melengkung ke sudut yang sangat dingin sebelum suaranya yang acuh tak acuh terdengar, "Cara dia menatapku sangat menjijikkan. Karena itu, orang pertama yang akan aku bunuh adalah dia!"
Wajah kecil Murong Qian berubah putih dan tak lagi berani mengatakan apa-apa. Dia bahkan tak berani menatap kearah Zixie, takut dia akan secara tak sengaja terbunuh.
"Kamu menggali kuburanmu sendiri!"
Sinar kuat dan cepat menyala di mata tetua sebelum melesat dengan cepat ke arah Zixie. Lalu tetua mengarahkan serangan kuat kepada kilatan jubah ungu itu.
Zixie meliriknya dengan tak peduli saat aura yang sangat kuat bangkit dari tubuhnya. Sosok cepat tetua itu langsung terhenti di tengah-tengah aura yang berputar.
Kemudian Zixie mendadak menghilang dari udara sebelum muncul lagi di belakang tetua.
Dia memegang pedang menyala berwarna ungu di tangan dan matanya dipenuhi kekejaman saat menebaskan pedang itu dengan kejam.
Slash!
Tetua dengan cepat berbalik dan menghalangi tebasan pedang itu. Seketika, gelombang energi terpancar dari pedang ke dadanya, membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Wajah tetua memucat dan dia hampir memuntahkan seteguk darah.
"Aku akan membantumu."
Mata Wen Luo menjadi gelap dan mencoba berlari untuk membantu si tetua tetapi dihalangi oleh Raja Besar Hong Lian.
"Apa yang ingin kamu buktikan dengan mengeroyok seseorang dengan jumlah kalian yang banyak? Kami akan menjadi orang yang berurusan denganmu!"
Raja Besar Hong Lian tertawa dingin saat tatapan menghinanya mendarat pada Wen Luo.
Ekspresi angkuh Wen luo kini berubah sangat mengerikan. Dia menggertakkan gigi dan berseru, "Gu Tian, Dongfang Yu, sebagai hasil karena telah menjadikan kami sebagai musuh, itu tak akan berakhir baik untuk kalian berdua."
"Hahaha!"
Raja Besar Hong Lian tertawa terbahak-bahak, "Hanya ini yang bisa dikatakan Keluarga Wen yang bermartabat! Mereka akan mengubah status sebagai Pelindung Besar pada waktu-waktu tertentu! Namun, apa kamu sungguh mengira bahwa aku, Gu Tian, adalah orang yang akan mundur karena takut terhadap kelompok lain? Jika begitu kejadiannya, aku tak akan berada disini hari ini!"
BUM!
Raja Besar Hong Lian tak mengatakan apapun setelah ini karena dia langsung meluncurkan serangan pada Wen Luo…
Tangan Murong Qian dikepalkan kuat-kuat. Wajahnya dipenuhi kegelisahan sebelum tatapannya beralih pada Gu Ruoyun yang berdiri sendirian di samping. Kemudian secercah sinar melintas di matanya dan dia menyerbu ke arah Gu Ruoyun.
Asalkan aku menangkap wanita ini, apa aku masih perlu khawatir tentang mereka yang akan melepasku?
Tampaknya Gu Ruoyun tidak menyadari tindakan Murong Qian karena matanya terus menatap pertarungan antara kedua pihak tanpa berkedip.