Istri Liar Kaisar Jahat

Perkumpulan Kuat Di Rumah Bangsawan Obat (8)



Perkumpulan Kuat Di Rumah Bangsawan Obat (8)

2"Gu Ruoyun, apa kamu bercanda?" Tetua Agung tertawa dingin. "Kamu ingin menyatukan seluruh Daerah Blok Utara. Ini merupakan hal yang bahkan tak bisa dicapai oleh Sekte Obat namun kamu mengkhayalkannya? Biar kukatakan padamu, Daerah Blok Utara adalah milik Empat Keluarga Besar. Kamu adalah kekuatan asing jadi hentikanlah khayalanmu."     

Pak Tua Jiang tertawa, "Tetua Keluarga Lan, kamu tak bisa mengatakan hal semacam itu. Sekte Obat tak pernah bisa menyatukan Daerah Blok Utara karena mereka tak memiliki kekuatan. Gadis Gu tidak seperti mereka. Sebagai seorang Master Pil, entah itu kekuatan atau pengaruh, dia sangat jauh melampau Sekte Obat. Oleh karena itu, jika dia ingin mengambil posisi sebagai Raja Besar, itu tidaklah mustahil."     

"Pak Tua Jiang." Ekspresi Tetua Agung menjadi suram dan berbicara dengan suara kelam, "Mungkinkah kamu berencana untuk mengandalkan gadis kecil ini? Kamu akan menyerahkan kekayaan Keluarga Lan, yang telah berlangsung selama ratusan tahun, pada orang luar? Bagaimana kamu akan menghadapi leluhur Keluarga Jiang?"     

Pak Tua Jiang tersenyum sombong. "Tetua dari Keluarga Lan, tampaknya kamu salah-paham dalam masalah ini. Sekalipun Keluarga Jiang melayaninya, aku akan tetap menjadi Tuan Keluarga Jiang. Tak ada yang akan berubah selain dari kenyataan bahwa kita memiliki pemimpin tambahan."     

Sebenarnya, Pak Tua Jiang tidak keberatan melayani Gu Ruoyun.     

Lagipula, gadis kecil ini sudah menyelamatkan nyawanya beberapa kali. Secara logis, dia harus membalas kebaikannya. Dan juga, berdasarkan kekuatan Gu Ruoyun, jika Keluarga Jiang melayaninya, mereka hanya akan menerima manfaat!     

Pak Tua Gu tersenyum sambil mengatakan dengan pelan, "Hehe, aku benar-benar menyukai gadis ini. Jika kami sungguh membiarkan dia menyatukan Daerah Blok Utara, aku dan gadis kecil ini akan menjadi keluarga. Itu juga tidak buruk."     

Tetua Agung tak pernah menduga kedua orang tua ini akan menyetujui permintaan yang tidak jelas seperti ini. Wajahnya menjadi semakin suram.     

"Pak Tua Jiang, Pak Tua Gu, kalian akan menyesalinya!" Tetua Agung menghela nafas dalam-dalam sebelum berbalik ke arah kumpulan kultivator ketika sinar jahat melintas di matanya. "Bagaimana dengan kalian semua? Mungkinkah kalian bersedia dijadikan bawahan oleh orang lain dan mendedikasikan kesetiaan untuk melayani orang lain sepanjang hidup kalian? Kalian akan menyerah atas hak dan kebebasan?"     

Seketika, kerumunan menatap satu sama lain, semuanya sedang mempertimbangkan ucapan Tetua Agung.     

Berdasarkan kekuatan mereka, mereka mengintimidasi keempat sudut Daerah Blok Utara. Karena itu, apa mereka perlu menjanjikan kesetiaan pada orang lain?     

"Sepertinya kamu salah paham atas satu hal." Gu Ruoyun berdiri perlahan. Kening dan matanya sedingin dan sejernih biasanya ketika berbicara, "Aku tidak akan mendiskusikan masalah ini dengan kalian, aku hanya memberitahu kalian! Daerah Blok Utara akan segera menjadi milikku dan aku akan menjadi Raja Besar di wilayah ini! Mereka yang tunduk dapat terus tinggal disini sementara yang tidak…"     

Gu Ruoyun tersenyum lembut tetapi senyumnya membuat mereka sangat takut.     

"Tak masalah jika kalian tidak ingin tunduk. Namun, kalian tidak akan lagi menjadi penduduk Daerah Blok Utara."     

Itu benar!     

Dia tidak sedang membahas masalah ini, dia hanya memberitahu mereka!     

"Gu Ruoyun, aku mungkin mengagumi kemampuanmu tapi apa kamu pikir bahwa kamu dan kelompokmu akan benar-benar memiliki kemampuan untuk melawan begitu banyak kultivator kuat disini?" Tetua Agung tertawa terbahak-bahak. "Aku sungguh tak tahu apa aku harus memanggilmu anak muda yang naif atau kamu memiliki pendapat berlebihan tentang kemampuanmu sendiri!"     

"Oh, benarkah?"     

Gu Ruoyun mengangkat sudut bibir dengan acuh tak acuh. Senyuman di wajahnya seringan hembusan angin.     

Tepat ketika Tetua Agung sedang mencoba menguraikan makna di balik ucapannya, terdengar ledakan keras saat tubuh yang besar turun dari langit, menghancurkan lubang di atap. Tetua Agung merasakan penglihatannya menjadi semakin gelap ketika sebuah benda besar menabrak wajahnya.     

Aroma busuk kotoran menyerang indra penciumannya, membanjiri perut Tetua Agung. Ketika dia membuka mata, dia menyadari bahwa wajahnya sudah menempel pada bokong seseorang...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.