Kemurkaan Gu Ruoyun (3)
Kemurkaan Gu Ruoyun (3)
Xia Linyu sudah lupa berapa jumlah pil yang telah dia konsumsi.
"Kamu masih mencoba menyerang balik?" Tetua berpakaian abu-abu tertawa mengejek saat melihat pemuda itu mencengkram pedangnya. Xia Linyu menyerbu si tetua lagi. Tetua itu mengangkat tangannya dan menggenggam lengan Xia Linyu dengan mudah sambil berkata dengan jijik, "Nak, kusarankan untuk dirimu menyerah saja! Kamu bukan tandinganku! Namun, jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu mati dengan cepat! Apa kamu menyebutkan bahwa Gu Ruoyun adalah kakakmu? Artinya kamu pasti sangat penting baginya. Sebelumnya, wanita itu telah menghancurkan kelompok kami, mengapa aku harus melepaskannya dengan mudah?"
"Jadi, aku akan memakaimu untuk mengancam Gu Ruoyun. Dia pasti sangat menyayangimu sehingga dia akan mengabaikan segalanya demi dirimu! Saat waktunya tiba, aku akan membuat dia melepaskan pakaiannya dan mendapat penghinaan yang tak tertahankan sehingga dia tak akan bisa lagi melanjutkan hidupnya. Haha!"
Mata Xia Linyu menjadi gelap saat kemarahan melintas di matanya, "Katakan itu sekali lagi!"
"Ku bilang, aku ingin Gu Ruoyun mati karena penghinaan di depan dunia! Selama kamu ada di tanganku, aku tidak perlu takut akan pembalasan darinya. Selain itu, Suhu Abadi menyimpan kebencian mendalam terhadapnya, bagaimana mungkin dia melepaskan Gu Ruoyun dengan mudah? Hahaha! Kemudian, dia pastinya akan menderita kematian yang mengerikan!"
Saat dia berbicara, tetua berpakaian abu-abu itu menggertakkan gigi penuh kebencian.
Semua ini kesalahan Gu Ruoyun.
Keluarga Dongfang, yang sebelumnya menghina kami, telah berhasil bangkit karena wanita ini! Jika bukan karena dirinya, hirarki kekuasaan di daratan utama tidak akan menjadi seperti ini! Dan lagi, aku tak akan pernah melupakan bagaimana wanita itu mengusir kami dengan kejam sewaktu perayaan ulang tahun Lan Yuge!
"Jika kamu berani menyentuh kakakku, aku tak akan pernah memaafkanmu!"
Seluruh tubuh Xia Linyu bergetar dan wajah mulusnya dipenuhi amarah. Dia tampak seolah-olah bisa menelan seluruh tubuh orang saat dia melotot pada tetua berjubah abu-abu.
"Tak akan memaafkanku? Ck, ck. Kini kamu telah jatuh di tanganku. Bagaimana kamu berencana untuk membalas dendam? Bunuh aku jika kamu bisa, tapi apa kamu mampu? Cobalah lepaskan tanganmu dari cengkramanku, bisakah kamu melakukannya?"
Tetua berjubah abu-abu tertawa terbahak-bahak saat dia menancapkan jari-jarinya pada tangan Xia Linyu semakin dalam. Kukunya membuat lekukan yang jelas di lengan pemuda itu.
Darah segar mulai menetes, dan seketika seluruh tangannya dipenuhi darah.
Akan tetapi, senyuman tetua berjubah abu-abu itu tiba-tiba membeku ditempat…
Sebelum tetua itu bereaksi, pemuda itu menarik sebuah pedang dari udara dan memotong tangan dalam genggaman tetua itu! Darah mulai terpancar, melumuri tangan tetua itu dengan aliran merah…
Tetua terpaku. Dia menatap dengan heran pada wajah pucat namun mulus milik pemuda itu saat hatinya dipenuhi ketakutan.
Dia sangat ketakutan oleh pemuda yang tidak mempunyai belas kasih itu!
Untuk keluar dari cengkramanku, dia bersedia mengorbankan tangannya sendiri?
Mengapa?
"Aku paling benci ketika orang lain memanfaatkanku untuk mengancam kakakku! Jika kamu menginginkan tangan itu, akan kuberikan padamu. Aku tak akan pernah jatuh dalam perangkapmu dan menggunakannya untuk mengancam kakakku."
Pemuda itu berbicara pelan. Suaranya tidak lagi memiliki kelembutan, sekarang suaranya dipenuhi keganasan yang mengerikan.
Tetua masih memegang tangan yang putus itu. Pada saat ini, dia masih sedikit tercengang dan belum tersadar kembali. Oleh karena itu, dia gagal menyadari sinar hijau yang menyala dari pedang dalam genggaman tangan putus itu.
Tiba-tiba, pedang itu terbang ke udara dan menembus dada si tetua, menggerakkan mata pisaunya tepat sampai ke punggungnya.