Istri Liar Kaisar Jahat

Pria Berpakaian Merah (4)



Pria Berpakaian Merah (4)

3Swush!     

Ekspresi Bai Yin berubah drastis dan matanya menampakkan keadaan mendesak yang semakin besar. Dia terus menatap Gu Ruoyun, berharap Gu Ruoyun akan mengerti maksudnya dan bergegas pergi.     

Jika Gu Ruoyun merasa tidak disambut, dia tentu saja akan menolak tawaran untuk tinggal. Dia berdiri dan berkata, "Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri dan aku tak mau merepotkanmu lagi. Dan juga, kamu sudah menolongku jadi aku berhutang budi padamu. Jika nanti kamu butuh sesuatu, aku akan membalas kebaikanmu."     

Hal yang paling mengerikan di dunia bukanlah hutang budi tetapi memiliki hutang budi. Hutang budi biasanya adalah hal yang paling sulit untuk dibalas.     

Meskipun Gu Ruoyun benar-benar memiliki kesan baik terhadap pria berpakaian merah, dia tidak ingin berhutang budi padanya.     

"Tidak," Pria berpakaian merah mengerutkan kening, "Biarkan aku menyelesaikan urusanku dan aku akan mengantarmu. Selain itu, aku tak pernah punya keinginan untuk menerima balasan karena telah menyelamatkanmu. Aku menolongmu karena kamu sangat mirip teman lamaku."     

"Seorang teman lama?"     

Gu Ruoyun sedikit terkejut sambil memandang pria berpakaian merah dengan bingung.     

"Benar sekali."     

Setelah menyebutkan teman lamanya, ekspresi pria berpakaian merah menjadi lembut. Mata angkuh dan tegas milik pria itu penuh dengan kelembutan. Orang tak perlu menafsirkan secara berlebihan untuk mengetahui bahwa teman lama yang dia maksud adalah kekasihnya.     

"Dia adalah istriku dan aku sangat mencintainya. Selama bertahun-tahun, aku telah membahayakan hidupku untuk menemukannya secepat mungkin! Untuk menyelesaikan tujuanku, aku sudah menjelajah selama hampir lebih dari dua puluh tahun. Selama dua puluh tahun ini, aku bahkan tak pernah kembali untuk menemui putra dan putriku. Putriku yang malang ditinggalkan sendirian oleh orang tuanya sejak dia lahir. Aku bahkan belum memberinya nama. Sekarang, setelah melihat dirimu, aku merasa seolah-olah sedang melihat putriku sendiri. Jika dia ada disampingku, dia seumuran denganmu."     

Mendengar ini, Gu Ruoyun hanya bisa teringat pada Gu Tian dan istrinya. Bibirnya melengkung menjadi bentuk meringis kesakitan.     

"Ngomong-ngomong, gadis kecil, aku belum bertanya apa yang kamu lakukan sendirian disini? Dimana orang tuamu?" Pria berpakaian merah menghilangkan kenangan itu dan bertanya dengan senyum hangat di wajahnya yang tampan.     

"Orang tuaku?" Gu Ruoyun berbicara dengan tenang, "Mereka sudah meninggal."     

Bagi Gu Ruoyun, ayahnya di kehidupan masa lalunya, Xia Ming, memang tidak berada dengan orang yang sudah mati. Dan untuk Gu Tian dan istrinya, keberadaan mereka masih belum diketahui dan tak ada yang tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Memangnya mengapa jika dia percaya kalau mereka masih hidup? Setelah bertahun-tahun, tak ada kabar apapun dari mereka. Karena itu, Gu Ruoyun tidak bisa memastikan apapun.     

Mata pria berpakaian merah bergerak dan dia meletakkan tangan besarnya di pundak Gu Ruoyun.     

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak menanyakannya."     

"Tak masalah," Gu Ruoyun menggelengkan kepala, "Kamu tak pernah kembali untuk bertemu putra dan putrimu selama dua puluh tahun terakhir? Bahkan tidak sekali saja?"     

Mendengar ini, pria berpakaian merah tertawa getir dan menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat sangat putus asa sambil berbicara, "Aku hidup demi membalaskan dendam selama dua puluh tahun tapi musuhku terlalu kuat, bagaimana aku tega menyeret anak-anakku bersama denganku? Saat aku telah membalaskan dendamku dan menemukan istriku, aku akan kembali dan mencari mereka! Setiap hari aku tak bisa membunuh musuhku adalah hari dimana aku tak bisa kembali pada keluargaku!"     

Ini adalah keyakinannya selama bertahun-tahun.     

Siapa yang bisa membayangkan kehidupan kejam yang harus dia derita selama dua puluh tahun? Namun, dia sedikit beruntung sampai bisa mencapai tingkat ini setelah diburu bagaikan semut. Selama ini, keyakinan ini merupakan satu-satunya hal yang memotivasi dirinya!     

"Gadis kecil, merupakan kesempatan langka bagiku untuk bertemu seorang gadis yang seusia putriku jadi aku tak bisa apa-apa selain ingin mengatakan beberapa kata lagi." Pria berpakaian merah tersenyum dan merendahkan kelopak matanya untuk memandang wajah mulus milik wanita muda itu. Secercah kebingungan melintas di matanya, "Jika kamu tak keberatan, maukah kamu menjadi putri angkatku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.