Istri Liar Kaisar Jahat

Pembantaian (1)



Pembantaian (1)

1"Aku memilih Sekte Roh."     

Suara tenang gadis itu terdengar sejernih suara lonceng yang melewati seluruh alun-alun, setiap suku katanya masuk ke dalam telinga mereka dengan jelas.     

Berbeda dengan wajah muram Bai Xiangtian, kekecewaan juga melintas di wajah Tetua Jiu. Seorang gadis dengan bakat yang begitu besar, pikir Tetua Jiu. Bukankah itu hebat jika dia bergabung dengan Pengadilan Neraka?     

"Hm!"     

Bai Xiangtian yang bermuka suram mendengus dingin. Dia menyapu pandangannya melalui wajah Gu Ruoyun dan berkata dingin, "Jadi, kamu menolak bergabung dengan Alam Abadi? Kamu akan menyesalinya nanti!"     

Gadis ini tak hanya berani dan berbakat tetapi juga kejam dan tanpa ampun. Jika orang seperti dirinya menolak untuk bergabung dengan Alam Abadi maka aku... Tak punya pilihan selain membuatnya menghilang, untuk membasmi kemungkinan terjadinya bencana di masa depan!     

Bai Xiangtian perlahan mengalihkan perhatian pada Zuo Shangchen saat memikirkan ini dan berkata dingin, "Tuan Muda dari Istana Dark Yin, aku sudah lama mendengar mengenai bakat hebatmu. Aku harap kamu tak akan membuat keputusan bodoh seperti dirinya."     

Zuo Shangchen berbaring dengan malas di atas kursi sedan dan menjawab dengan mata tersenyum, "Maafkan aku, kemanapun Xiao Yun'er pergi, aku akan ikut. Aku juga memilih Penguasa yang sama."     

Wajahnya, yang seindah bunga persik, dipenuhi senyuman yang memikat. Jubah bunga persik berwarna merah mudanya berkibar bersama hembusan angin bagaikan kelopak bunga yang ditiup angin.     

Ekspresi Bai Xiangtian menjadi dingin. Tepat saat dia akan angkat bicara, Tuan Tianqi Yang Terhormat memotong pembicaraannya.     

"Bai Xiangtian, ini adalah keputusan pribadi para anak muda. Apa kamu berniat memaksa mereka?"     

"Hm!"     

Bai Xiangtian mendengus dingin lagi, menyembunyikan niat membunuh di matanya.     

Ketika Gu Ruoyun dan Zuo Shangchen sudah membuat keputusan mereka, yang lainnya juga mulai memilih Penguasa yang ingin mereka ikuti. Wei Yiyi secara alami akan mengikuti Gu Ruoyun dan Rongyue memilih Alam Abadi, seperti yang diprediksi.     

Pilihan Rongyue entah bagaimana membuat Bai Xiangtian menjadi tenang.     

Setelah semua orang sudah memilih wilayah yang mereka inginkan, kerumunan perlahan mulai bubar. Berbeda dengan beberapa murid baru yang telah diterima oleh Alam Abadi dan Sekte Roh, murid baru di Pengadilan Neraka jauh lebih sedikit di antara mereka...     

...     

Senja.     

Di penginapan, Linlang yang setengah sadar membuka mata dengan pelan. Dia mencoba bergerak tetapi akhirnya hanya memperparah luka-lukanya. Dia tersentak karena sakit.     

"Linlang, kamu sudah bangun?"     

Dongfang Changjin menangkap pergerakan Linlang dari sudut matanya. Dia buru-buru mendekati Linlang dan membujuk dengan lembut, "Lukamu belum sembuh sepenuhnya. Lebih baik kamu beristirahat sekarang."     

"Tetua," Linlang menaikan matanya yang berkilau, menatap Changjin dengan serius, "Aku tidak akan membuatmu sedih. Aku sudah mengalahkan Gu Ling. Tapi akhirnya, aku masih…"     

"Linlang."     

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara sejuk, yang berasal dari jarak yang dekat. Rambut hitam gadis muda itu bagaikan air terjun yang beriak dan jubah hijaunya memancarkan cahaya yang jernih dan sejuk di bawah sinar bulan, "Mengapa kamu tidak menggunakan senjata yang kuberikan padamu?"     

"Aku…" Linlang menggigit bibirnya sedikit dan menjawab, "Aku ingin mengalahkan Gu Ling dengan kekuatanku sendiri. Aku tak ingin memakai senjata spiritual dalam keadaan seperti itu."     

Gu Ruoyun terdiam dan tidak memperpanjang masalah. Tetapi ketika Linlang mengira bahwa Gu Ruoyun marah padanya, Gu Ruoyun buru-buru meneruskan, "Jangan khawatir, aku akan membuat Keluarga Gu mengantar orang tuamu dengan tandu dan delapan penarik."     

"Nona Gu..."     

Hati Linlang melembut saat air mata menggenang di matanya. Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku melihat orang tuaku? Sudah berapa tahun aku hidup dengan, merindukan mereka…     

"Nona Gu, terima kasih. Sungguh, terima kasih. Jika bukan karena dirimu, hari seperti ini tak akan pernah datang…"     

"Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih, maka lindungi Keluarga Dongfang dengan segala yang kamu punya mulai dari sekarang. Ini adalah balasan terbaik untukku. Baiklah, kita harus kembali ke rumah Keluarga Dongfang besok. Lebih baik kalian semua beristirahat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.