Melihat-lihat Kuda (1)
Melihat-lihat Kuda (1)
"Xiao Guo, kalian bertanggung jawab balap kuda, paman Na Lanyan di sini bertanggung jawab melukis, oke, hahahahaha!" jawab Na Lanyan kepada Liuli Guoguo sambil mengeluarkan beberapa botol porselen kecil berisi berbagai warna tinta dari cincin ruang sihirnya dengan cepat. Lalu, dia menaruh semuanya di atas meja marmernya.
"Oh oh," jawab Liuli Guoguo dengan polosnya sambil memandang Na Lanyan. Tiba-tiba angin bertiup ke arahnya, dan mengibarkan rambutnya yang selembut sutra.
Ketika melihat situasi ini, Xuanyuan Pofan yang ada di samping Liuli Guoguo langsung mengangkat telapak tangannya, dan merapikan rambut istri kecilnya itu dengan cepat. Kemudian dia mencubit hangat wajah kecil Liuli Guoguo yang putih dan lembut itu.
Du Xuexin tercengang dan berteriak histeris di dalam hati, Huwaaaaahhhh! Setelah merasakan iri yang besar terhadap Liuli Guoguo, dia mulai membayangkan berkali-kali pemandangan tadi ini di dalam pikirannya. Hanya saja, pemeran utama wanitanya diganti dengannya. Setelah terus membayangkannya, tiba-tiba wajah kecilnya memerah karena malu. Dia lalu melengkungkan bibirnya dan tersenyum.
Plaaakkk!
Suara tamparan yang sangat kejam membuyarkan lamunan Du Xuexin yang sedang asik membayangkan adegan indah ini. Ada apa? tanyanya dalam hati.
Tidak jauh dari tempatnya, tampak di belakang Xuanyuan Pofan dan Liuli Guoguo, ada seorang wanita cantik berbaju merah yang sangat memesona berjalan keluar dari belakang kereta kuda. Hanya saja, ada dua bekas ciuman berwarna merah kebiruan di leher putih dan rampingnya, yang terlihat sangat jelas sekali.
Tak lama kemudian, seorang pria cantik berbaju hijau cerah juga muncul dari balik kereta kuda. Hanya saja ada bekas telapak tangan berwarna merah di bagian kiri pipinya. Anehnya, senyum yang semanis madu menggantung di mulutnya.
Dia berjalan di belakang wanita itu, seolah sedang mengikuti wanita itu dengan senangnya saat berjalan menuju ruang istirahat paviliun Hua. Ekspresi wajahnya tampak bahagia, sehingga dia terlihat semakin cantik.
Tapi, yang paling penting sekarang adalah, pria cantik dengan bekas telapak tangan berwarna merah di pipi itu adalah kakak kandung keempat Du Xuexin. Yaitu pangeran keempat dari keluarga kerajaan Bei Yun, Raja An Yin.
Sialan! Kakak keempat kenapa masih saja tidak bisa melupakan rubah penggoda itu sih! Masih saja mendekatinya begitu! Terakhir kali, padahal kamu sudah dibuat semenyedihkan itu. Apa kakak keempat ini tidak belajar dari pengalamannya itu?! batin Du Xuexin. Matanya jelas memperlihatkan ekspresi kekesalannya kepada Du Heng, kakak keempatnya ini.
Liuli Guoguo kecil juga mendengar suara tamparan itu. Dia lalu mengangkat kepalanya dan melihat kakak laki-laki cantik dan punya kesan yang sangat dalam baginya. Sehingga, tanpa sadar dia berani melontarkan satu kata untuk memanggilnya, yaitu 'cantik'. Bahkan, yang seharusnya memanggil dengan sebutan 'kakak cantik', tapi dia sampai melupakan kata 'kakak' di dalamnya.
Begitu Du Heng melangkahkan kakinya masuk ke paviliun, bibir semerah mawarnya lalu terbuka. Kemudian dia menyapa Xuanyuan Pofan, dan menggoda Liuli Guoguo.
"Yoh, sahabatku Xuanyuan Pofan, aku tahu kamu pasti akan membawa istri kecilmu si tauge kecil ini ke sini. Hei, si tauge kecil, lama tak jumpa ya?! Tapi, kenapa kamu masih tidak tumbuh juga ya/ Kenapa kamu masih saja sependek ini? Bahkan, tidak sampai dadanya sahabatku Xuanyuan Pofan ini," ucap Du Heng.
Liuli Guoguo menjulurkan lidahnya, matanya yang besar bagai anggur lalu melotot kesal. Kemudian, dengan cepat dia menimpali, "Kakak cantik, lama tak jumpa juga ya. Kenapa lama tak jumpa, tapi kamu masih saja secantik ini ya?! Bahkan lebih cantik daripada pengawal ketujuh!" Dia berbicara sambil mengarahkan dagunya ke pengawal ketujuh yang berdiri di pilar paviliun.
Du Heng benar-benar tertegun. Lagi-lagi aku dibilang cantik dan dibandingkan dengan wanita. Apalagi dibandingkan dengan Xiao Qiqi yang sangat aku sukai ini. Benar-benar deh! Kesal sekali! Cih! batinnya.
"Hei, beberapa bulan tidak bertemu si tauge kecil, tapi kenapa ucapanmu ini malah berubah jadi sepedas dan setajam ini?" tanya Du Heng yang menggoda sambil berjalan menghampiri Liuli Guoguo dengan tangan yang diulurkan, dan hendak mengelus kepala gadis kecil itu.
Bagaimanapun, Du Heng merasa bahwa banyak orang dewasa yang melakukan ini pada anak-anak. Namun, baru saja dia mengulurkan tangannya yang seindah giok putih, dan belum sampai menyentuh kepala kecil Liuli Guoguo. Tapi tiba-tiba sudah ada telapak tangan besar yang mau memukul tangannya.