My Husband from My First Love

Bertemu dengan Aksan (2)



Bertemu dengan Aksan (2)

1Tidak lama kemudian.     

Aksan pun menemukan rumah Sinta yang sejak tadi dia mencarinya. Rumah Sinta cukup sulit ditemukan, karena Daffin sengaja membeli rumah itu dengan lokasi yang cukup rumit dan alasannya adalah, dia takut ada orang-orang jahat yang ingin menyakiti Sinta akan kesulitan untuk menemukan rumahnya dan semua itu dia lakukan demi keamanan Sinta dan juga dirinya.     

Aksan menghabiskan waktu satu jam untuk menemukan rumah Sinta dan pada akhirnya dia pun bisa menemukannya.     

Kini, Aksan pun sudah sampai didepan gerbang rumah Sinta dan melihat ada beberapa pengawal berpakaian hitam berjaga didepan pintu gerbang dan mereka terlihat sangat mengerikan.     

Dari penampilannya mereka tidak terlihat seperti seorang keamanan biasa saja dan mereka malah lebih terlihat seperti tentara yang terlatih secara khusus.     

Aksan pun turun dari mobilnya dan datang menghampiri orang yang sedang menjaga gerbang rumah Sinta.     

"Permisi pak, saya ingin bertanya. Apakah ini rumahnya Daffin Narendra?" Tanya Aksan dengan nada ramah.     

Pria bertubuh tegap itu pun menjawab, "Betul. Ini rumah pak Daffin. Ada yang bisa saya bantu?"     

Aksan menghela nafas lega karena akhirnya dia menemukannya dan tentunya tidak salah alamat.     

"Saya Aksan, kakak dari Sinta. Saya ingin bertemu dengannya. Apakah dia ada di rumah?" Jawab Aksan dan matanya melihat kearah dalam pagar rumah itu.     

Aksan melihat ada Sinta yang berjalan mendekati nya saat ini.     

Orang yang menjaga gerbang itu pun hendak menjawab namun terputus karena Sinta sudah ada didepannya saat ini.     

Sinta tersenyum dan langsung memanggil Aksan secara langsung.     

"Kak Sansan! Kenapa kakak tidak memberitahukan aku kalau kakak sudah ada disini," ucap Sinta. Dia pun tersenyum dan kini berada tepat didepan pintu gerbang.     

Penjaga itu pun langsung memberi hormat kepada Sinta dan berkata, "Nyonya muda, apakah dia teman anda?"     

Sinta menganggukkan kepalanya.     

"Iya, dia kakak saya. Tolong buka kan pintunya. Saya mau pergi dengannya," ucap Sinta dan pintu gerbang pun terbuka. Sinta langsung keluar dan datang menghampiri Aksan.     

Aksan tersenyum saat melihat Sinta terlihat baik-baik saja.     

"Kakak minta Maaf ya Sinta. Karena kakak sudah membuat kamu menunggu, kamu tidak marah kan sama kakak?" Ucap Aksan. Dia merasa sangat bersalah karena sudah membuat Sinta menunggunya.     

Sinta tersenyum dan menggenggam tangan Aksan.     

"Tidak apa-apa kak. Tapi kenapa kakak bisa ada disini? apakah kakak menunggu aku disini sudah lama atau baru saja sampai? " Tanya Sinta.     

Aksan menggelengkan kepalanya dan dia pun menjawab, "Tidak. Kakak baru saja sampai. Baiklah! Bisakah kita pergi sekarang?"     

"Tentu saja kak. Kita mau kemana kak? Apakah kita akan ke tempat yang bagus?" Tanya Sinta, dia merasa sangat penasaran.     

Aksan menarik tangan Sinta dan membantunya masuk ke dalam mobilnya.     

Sinta pun duduk dikursi depan dan Aksan membantunya memakaikan sabuk pengaman untuk Sinta.     

"Ada tempat bagus dan pasti kamu menyukainya. Kakak sering kesana jika kakak sedang sedih. Hahahaha … itu tempat rahasia kakak sejak kecil. Jadi kakak memutuskan akan mengajak kamu untuk bisa melihatnya juga," ucap Aksan. Dia tersenyum dan akhirnya selesai memasangkan sabuk pengaman itu.     

"Nah sudah selesai, sekarang kamu duduk yang manis dan jangan terlalu banyak bergerak," ucap Aksan. Dia pun menutup pintu dan langsung duduk dikursi kemudi tepat disebelah Sinta.     

Sinta tertawa dan dia merasa sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Aksan.     

"Kakak, aku semakin merasa sangat penasaran. Pasti tempat itu sangatlah berarti untuk kakak ya?!" Tanya Sinta, dia menatap kearah Aksan yang sudah mulai menyalakan mesin mobilnya.     

Aksan menoleh dan dia pun menganggukkan kepalanya.     

"Tentu saja, dan kamu adalah salah satu orang yang berarti untuk kakak, jadi kamu harus mengetahuinya bahkan Laura saja tidak tahu tentang tempat itu," ucap Aksan. Dia kembali melihat kearah depan dan kini dia mulai menggerakkan mobilnya.     

Mobil itu pun melaju cepat menuju tempat itu.     

***     

Di tempat lain.     

Orang-orang yang mendapat perintah dari nyonya Vivian masih sibuk untuk mencari Sinta dan mereka pun belum menemukannya.     

"Sial! Kenapa sulit sekali untuk menemukannya. Dia hanya seorang wanita biasa, tapi kenapa seperti mencari jarum dalam tumpukkan jerami seperti ini!" Umpat seorang pria bertubuh tegap dan itu adalah ketua dari semuanya.     

Dia bersama tiga rekannya mendapatkan bayaran tinggi untuk menculik Sinta dan nyonya Vivian ingin melenyapkan Sinta dengan cara merusak harga dirinya dan menghancurkan hidupnya agar dia tidak berani lagi untuk muncul didepan putranya.     

Awalnya nyonya Vivian hanya ingin mengusir sejauh-jauhnya dari Jeffery, tapi dia merasa belum puas sebelum merusak hidupnya Sinta.     

Sehingga muncullah ide gila ini dan juga dukungan dari Amanda yang membuat nyonya Vivian membulatkan tekadnya untuk melakukan hal segila ini.     

Saat orang-orang suruhan nyonya Vivian masih sibuk dengan pencariannya. Tiba-tiba mereka melihat bayangan Sinta yang berada didalam mobil mewah berwarna hitam dan mobil itu kebetulan sedang berhenti karena lampu merah.     

"Bos! Coba anda lihat," teriak salah satu anak buahnya dan menunjuk kearah mobil hitam itu.     

Pria yang dipanggil bos itu pun langsung menoleh dan melihat jika wanita didalam mobil hitam itu ternyata sama dengan yang ada di foto yang dikirimkan oleh nyonya Vivian.     

"Itu dia! Ya itu dia!" Teriak pria yang memegang ponselnya dan menunjukkan foto itu kepada rekannya.     

"Coba kalian lihat! Wanita itu mirip kan dengan wanita didalam foto ini?" Ucap pria itu yang mereka panggil dengan bos.     

Semua rekannya melihat dan ternyata wanita didalam mobil hitam itu sama dengan wanita yang mereka cari.     

"Benar bos, dialah wanita yang kita cari! Ayo bos, kita kejar mobil itu," ucap salah satu rekannya dan saat mereka hendak melihat kearah mobil hitam itu. Mobil hitam itu pun sudah pergi meninggalkan tempat itu karena lampu sudah berubah menjadi warna hijau.     

"Sial! Mobil itu sudah pergi!" Umpat pria yang dipanggil bos itu.     

Mereka pun langsung memacu mobilnya dan mencoba untuk mengejar mobil hitam itu yang tidak lain adalah mobil milik Aksan dan didalamnya ada Sinta disana.     

Tidak lama kemudian, mobil Aksan pun terkejar oleh orang-orang suruhan nyonya Vivian.     

Aksan yang awalnya menyetir dengan santai sambil mengobrol dengan gembira bersama Sinta merasa terkejut saat melihat mobil dibelakangnya begitu cepat dan terlihat sedang mengejarnya.     

Aksan langsung menginjak pedal gas dan mempercepat laju mobilnya.     

Dia menoleh kearah Sinta dan berkata, "Sinta. Kamu berpegangan dengan kuat. Dibelakang ada orang yang mengejar kita. Kamu … kamu, kamu harus tenang ya!" Ucap Aksan. Dia kembali menatap kearah depan dan fokus untuk menyetir.     

Sinta merasa sangat terkejut dan dia menoleh kearah belakang. Dia melihat jika memang ada mobil yang mengejarnya dengan cepat.     

"Kak … ini … ini, ini bagaimana?" Ucap Sinta. Dia langsung merasa panik dan juga ketakutan.     

Aksan menambah kecepatannya dan mobil dibelakangnya terlihat semakin mendekat.     

"Sial! Mereka memang penjahat profesional. Siapa yang berani mengganggu aku!" Umpat Aksan.     

Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.     

Dia memanggil temannya yang berada dibagian kepolisian.     

Sinta semakin ketakutan karena mobil penjahat itu semakin mendekatinya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.