terasa berbeda (adult)
terasa berbeda (adult)
mereka pun sampai di rumah, Daffin memasukkan mobilnya ke halaman rumahnya dan mematikan mesinnya.
Sinta membuka pintu dan dia pun turun.
Sinta menatap rumah yang sekarang tepat didepannya.
Rumah bercat putih dan bergaya minimalis cocok untuknya yang tidak terlalu mewah dan juga designnya sangat sederhana namun tidak meninggalkan kesan elegannya.
Sinta berdiri sejenak, dia merasa jika ini adalah sebuah mimpi.
Daffin merangkul pinggangnya dan memeluk Sinta.
"kenapa diam saja, ayo kita masuk!" ajak Daffin sambil mencium puncak kepalanya.
Sinta terkejut dan dia pun mengangguk, dia berjalan sambil memeluk Daffin hingga masuk ke dalam.
saat masuk ke dalam Sinta merasa takjub, karena isi dari rumahnya ini sangat indah dan Sinta sangat menyukainya.
Daffin melirik kearah Sinta yang terlihat sangat senang, Daffin mengecup keningnya dan berkata "sayang, kamu menyukainya? atau ada yang tidak cocok dengan selera kamu? nanti kita bisa ganti semuanya."
Sinta menggelengkan kepalanya, dia sudah cukup puas dengan semua ini.
"tidak usah, aku menyukainya bahkan ini terlalu mewah untuk aku!" ucap Sinta, dia tersenyum sambil menatap kearah Daffin.
Daffin membalas senyumannya dan dia merasa sangat senang karena Sinta menyukainya.
"ayo kita ke kamar, bukankah tadi ada yang tertunda ya!" ucap Daffin, dia melemparkan senyuman nakalnya.
Sinta mengangguk dan mencium pipi Daffin "iya sayang!"
Daffin semakin bersemangat dan karena dia sudah tidak sabar lagi, dia langsung menggendong Sinta dan membawanya ke kamar nya yang berada di kamar atas.
Sinta mengaitkan tangannya di leher Daffin.
Daffin membawa Sinta masuk ke dalam kamarnya dan karena dia sudah tidak sabar lagi, Daffin menendang pintu dengan sangat keras.
Sinta terkejut dan berkata "sayang, pelan-pelan, nanti kaki kamu sakit bagaimana?"
"hehehehe, tidak akan sakit sayang, tenang saja!" Daffin terkekeh sendiri dan dia pun membawa Sinta masuk ke dalam, menutup pintu dan langsung menguncinya.
Daffin langsung mencium bibir Sinta yang masih dalam gendongannya.
sambil berjalan dan menaruh Sinta diatas tempat tidur secara perlahan dan tidak ingin melepaskan bibirnya dari Sinta.
Sinta membalas ciuman Daffin dan saat ini dia hanya bersikap pasrah dan menerima apa yang akan Daffin lakukan padanya.
untuk sejenak rasa tidak nyaman didalam hatinya sedikit berkurang namun, bayangan Daffin dengan Laura kembali terekam dalam ingatannya membuat Sinta kesal kembali.
Dia mendorong tubuh Daffin dengan refleks karena dia sulit mengendalikan emosinya.
bibir mereka pun terlepas dan Daffin merasa terkejut.
"ada apa sayang?" tanya Daffin sambil menatap Sinta dengan serius.
Sinta tersenyum palsu dan menjawab "oh, hehehhe ... tadi aku terasa sesak, bibir kamu terlalu keras menekan aku!"
"oh, aku minta maaf sayang, aku terlalu bersemangat jadi sulit mengendalikan diri aku!" jawab Daffin, tangannya mulai nakal dan menyentuh tubuh Sinta yang masih dibalut oleh pakaian.
sentuhan Daffin membuat Sinta menggeliat manja.
Daffin semakin bergairah dan ingin segera memakan Sinta.
"sayang, aku menginginkan kamu!" ucap Daffin dan dia kembali mencium bibir Sinta.
"mmm ...," jawab Sinta yang sudah mendapatkan ciuman panas dari Daffin.
ciuman panas itu pun mulai berpindah ke leher dan tulang selangka, Daffin mulai melepaskan pakaian Sinta satu persatu dan tidak menyisakan satu helai pun.
"ahhh ... sayang," Sinta mulai hilang kendali, desahan lembut mulai meluncur dari bibirnya.
Daffin semakin agresif dan sudah hilang kendali, dia sudah tidak tahan lagi, ingin segera memakan Sinta saat ini.
melihat Sinta yang sudah terlihat hilang kendali, dia menikmati semua sentuhan dan permainan yang Daffin lakukan padanya.
"sayanghhh ... aku menginginkannya high sekaranghhh," ucap Daffin dengan suara terengah-engah.
dia sudah terbakar api hasratnya sendiri.
Sinta mengangguk lemah dan menjawab "ayohh ... lakukanhh sekaranghhh sayanghhh!" jawab Sinta sambil mengedipkan matanya, wajahnya sudah basah oleh keringat dan dan suaranya yang seksi membuat Daffin semakin bergairah untuk segera melakukannya.
Daffin menyeringai, dia pun mulai memasukkan miliknya dan memulai gerakannya.
"ahhh ... sayanghh ...," Sinta mulai merasakan benda asing dalam tubuhnya sudah mulai bergerak dan gerakan itu semakin cepat dan cepat lagi.
membuat Sinta dan Daffin semakin menggila, mereka masuk ke dunia cinta yang hanya milik mereka sendiri.
Tapi entah kenapa, Daffin merasa ada yang berbeda dengan Sinta, dia tidak merasakan ada cinta dari Sinta untuknya.
namun, karena Daffin yang sudah dikuasai hasrat membara dia tidak memikirkannya lagi, yang dia pikirkan saat ini menyelesaikannya dan memuaskan dirinya dan juga Sinta yang siap melakukan pelepasannya.
Tidak lama kemudian, mereka pun melakukan pelepasannya secara bersama.
setelah selesai, Sinta merasa tubuhnya sudah kehabisan tenaga, dia melepaskan tangannya yang berada di leher Daffin, dan menghempaskannya diatas tempat tidur.
Dengan nafas yang terengah-engah Sinta menutup matanya sejenak dan masih merasakan sisa-sisa percintaannya.
Daffin menaruh kepalanya disebelah Sinta dan dia juga masih merasakan pelepasannya yang sangat memuaskan tapi dia masih terasa ada yang aneh, terasa ada yang kurang dan tidak seindah biasanya.
Daffin berfikir sejenak dan melihat kearah Sinta yang masih menutup matanya dan sedang mengatur nafasnya.
"ada apa ini? kenapa ada yang kurang seperti ini, tapi apa? apakah dia melakukannya dengan terpaksa? tapi dia yang menggoda aku terlebih dahulu!" ucap Daffin didalam hatinya, dia menatap wajah Sinta sambil mencari tahu apa yang membuat hatinya tidak nyaman.
Sinta menoleh kearah Daffin dan berkata "sayang, bisakah kamu turun? aku sudah tidak kuat lagi, kamu berat sekali!" pinta Sinta, suaranya masih terdengar sedikit mendesah sehingga Daffin ingin sekali memakannya lagi.
"iya sayang, aku lepaskan dia dulu ya?" ucap Daffin, dia bangun dan melepaskan miliknya dan dia menarik selimut yang ada dibawah kakinya.
dia menutupi tubuhnya dan tubuh Sinta dengan selimut.
Daffin berbaring disamping Sinta dan menarik tubuh Sinta untuk memeluknya.
Sinta mencari tempat yang nyaman yang biasa dia lakukan, tidur ditangan Daffin dan menyadarkan kepalanya di dada Daffin.
Sinta ingin sekali mengatakan pada Daffin, jika dia hanya ingin seperti ini selamanya tapi Sinta tidak sanggup untuk mengatakannya.
alhasil Sinta hanya bungkam dan menikmati aroma tubuh Daffin yang sudah terbiasa menyatu dengan tubuhnya.
Daffin masih merasa sangat penasaran.
saat bercinta tadi, Sinta terasa tidak memberikan seluruh tubuh dan hatinya, Daffin merasakan jika pikiran Sinta sedang pergi entah kemana, Daffin masih sangat penasaran dan Daffin merasakan jika Sinta masih marah padanya namun tetap saja menutupinya.
Daffin mencium puncak kepala Sinta dan bertanya secara baik-baik.
"sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? ayo katakan padaku?" tanya Daffin sambil mengelus rambut Sinta.
"tidak ada apa-apa sayang! aku baik-baik saja!" jawab Sinta dan dia menenggelamkan wajahnya didada bidang Daffin.
"sayang, kamu jangan berbohong lagi, aku merasakannya, kamu sedang menyembunyikan sesuatu di hati kamu kan?"
"tidak sayang, aku tidak seperti itu, kamu tahu darimana kalau aku seperti itu?" tanya Sinta.
Daffin mencubit dagu Sinta dan menyuruhnya untuk melihat wajahnya "saat bercinta tadi, kamu terlihat kurang fokus dan aku juga melihat jika kamu tidak menikmatinya seperti biasanya, sayang ayo cepat katakan padaku, ada apa ini? apakah kamu masih marah dengan kejadian tadi siang?" tanya Daffin, dia masih menunggu jawaban Sinta.
Sinta hanya terdiam dan menutup wajahnya
didada bidang Daffin.