My Husband from My First Love

aku ingin kamu cemburu



aku ingin kamu cemburu

1Daffin tidak ingin memaksa Sinta untuk mengatakannya, tapi hatinya masih terasa ada yang mengganjal, dia ingin menyelesaikan semuanya dan tidak ingin masalah ini semakin memanjang dan berakibat fatal untuk hubungannya dengan Sinta.     

Sinta tidak mau menjawabnya, dia terus menghindar bahkan dia sengaja mengajak Daffin untuk bercinta dengannya agar Daffin melupakan pertanyaannya tapi Daffin ternyata masih mengingatnya.     

Sinta bingung harus melakukan cara apalagi karena cara paling ampuh saat ini sudah dia gunakan dan itu hanya sia-sia. Daffin masih saja terus mendesaknya.     

Daffin melepaskan pelukannya dan berusaha menjauhkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Sinta yang ada didalam pelukannya.     

Sinta menatap wajah Daffin yang sekarang sudah berada didepannya.     

"sayang, kenapa diam saja? ayo katakan sesuatu? apakah kamu ingin tahu apa yang ada dipikiran aku saat ini?" tanya Daffin sambil menatap Sinta dengan tatapan penuh arti.     

Sinta hanya mengangguk dan tersenyum kaku.     

Di dalam pikiran Sinta saat ini, pasti Daffin akan marah lagi padanya.     

Sinta menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.     

Daffin pun mulai membuka mulutnya dan dia pun berkata "aku tidak suka dengan respon kamu tadi siang, aku tidak suka sayang!"     

Sinta terkejut, dia sudah bersikap sangat baik tapi Daffin mengatakan jika dia tidak suka.     

"kenapa? memangnya aku salah apa? apa karena aku pergi menghindari kamu?" tanya Sinta dengan tatapan bingung, dia menjauhkan tubuhnya dari Daffin dan bergeser mundur menjauhinya.     

Sinta berusaha bangun dan dia pun langsung duduk, memegang selimut yang menutupi tubuhnya yang tidak memakai apapun dengan erat.     

Daffin pun ikut duduk dan mendekati Sinta tapi Sinta semakin menghindarinya.     

"bukan itu, aku tidak suka dengan sikap kamu yang pasrah, aku ingin melihat kamu marah dan cemburu, itu saja! tapi kamu, bersikap seperti itu, jujur aku sangat kecewa," ucap Daffin sambil menunduk sedih.     

Sinta yang membelakangi Daffin kini menoleh dan melihatnya "kenapa kamu ingin aku marah? kenapa kamu ingin aku cemburu? bukankah pria sangat membenci wanita pemarah dan pencemburu? sikap aku sudah yang paling terbaik, tapi aku masih tetap salah di mata kamu?! aku harus bagaimana sekarang, sayang?" tanya Sinta, di menahan amarahnya dan terlihat jika dadanya merasa sesak sehingga nafasnya terdengar tersengal-sengal.     

Daffin ingin memeluk Sinta tapi Sinta menepisnya.     

"jangan sentuh aku! aku kan selalu salah Dimata kamu, jadi untuk apa kamu masih menginginkan aku! pergi saja kamu dengan wanita cantik dan berkelas itu, orang kantor kamu saja tidak percaya jika aku ini bukan istri kamu, dia jauh lebih pantas jadi istri kamu. lebih baik kamu pergi dan temui dia sekarang, aku ... aku ...," suara Sinta terputus dan tanpa terasa air mata jatuh dari sudut matanya.     

Daffin tersenyum karena inilah yang ingin dia lihat, Sinta marah padanya dan terlihat jika dia juga merasa cemburu.     

Daffin tertawa senang dan segera memeluk Sinta dari belakang.     

Sinta semakin kesal, dia meronta dan mencoba melepaskan diri dari Daffin "apa yang kamu lakukan? lepaskan aku, cepat lepaskan aku! aku tidak mau disentuh kamu Daffin! hiks ... hiks ...," teriak Sinta, dia langsung menangis dengan keras.     

Daffin tidak melepaskannya.     

Dia mencium pipi Sinta dan membantu menghapus air matanya.     

"aku suka kamu marah sayang! kenapa tidak daritadi saja seperti ini! mungkin aku tidak akan tersiksa sejak tadi," ucap Daffin, dia tersenyum puas karena akhirnya Sinta meluapkan amarahnya pada Daffin.     

Sinta tidak mengerti apa isi otak Daffin saat ini yang dia lihat saat ini, Daffin malah terlihat senang dan dia tidak seperti tadi lagi.     

"apa maksud kamu, tersiksa? memangnya aku kenapa? sudahlah jangan mengatakan hal-hal yang tidak penting lagi, aku merasa sangat kesal padamu, lebih baik aku pergi saja dari sini, aku malas melihat kamu!" ucap Sinta, dia mencoba melepaskan tangan Daffin yang memeluknya sangat erat.     

"aku tidak akan melepaskan kamu, sayang aku suka sekali kamu seperti ini, kamu terlihat sangat imut dan itu membuktikan jika kamu mencintai suami kamu ini kan? ayo sayang katakan saja?" goda Daffin, dia tersenyum lebih lebar lagi, dia menciium pipi Sinta berkali-kali.     

"apa maksud kamu? aku ... aku, aku tidak merasa cemburu, aku tidak suka saja mendengar ucapan resepsionis itu dan jika kamu ingin bernostalgia dengan mantan kekasih kamu itu, ya jangan didalam kantor kamu itu, nanti jika kakek tahu bisa gawat," ucap Sinta dengan seribu alasan.     

dia masih enggan mengakui perasaan sebenarnya.     

mendengar itu, Daffin merasa sedikit terganggu karena Sinta masih mengatakan jika dia diperbolehkan untuk bertemu Laura.     

Daffin menarik tubuh Sinta dan mendorongnya jatuh diatas tempat tidur, dia menatap Sinta dengan tatapan dalam dan berkata "coba tadi ulangi perkataan kamu? ayo ulangi lagi?"     

Sinta memalingkan wajahnya dan menjawab "yang mana? aku tidak tahu? kenapa kamu terlihat sangat marah, bukankah kamu ingin melihat aku marah tadi?" tanya Sinta dan dia masih malas melihat wajah Daffin.     

Daffin mencium bibir Sinta dan tidak memberi ruang agar Sinta bisa melepaskan dirinya.     

"mmmm ..."     

Sinta memukul punggung Daffin karena Daffin menciumnya terlalu keras, membuat dia merasa sesak dan kesulitan untuk bernafas.     

Daffin menyadarinya dan langsung melepaskannya.     

"hhahh, kamu sudah gila ya! kamu mau membunuh aku?" ucap Sinta dengan nafas yang tersengal-sengal, dia merasakan tubuhnya lemas karena kehabisan nafas.     

Daffin masih menatap Sinta dan diam tanpa bicara.     

Sinta melihat tatapan itu dan bertanya "ada apa lagi?"     

Daffin melihat Sinta dan karena Sinta berada ada dibawahnya tanpa memakai apapun, membuat hasratnya kembali menyala.     

Sinta mendapatkan sinyal bahaya, dia mendorong tubuh Daffin yang terlihat sedang tidak fokus.     

Daffin terkejut karena Sinta bangun dan menjauhinya.     

"sayang, kamu mau kemana?" tanya Daffin saat melihat Sinta bangun dan mengambil pakaian tidur berbentuk kimono, dia memakainya dan pergi menuju pintu.     

Daffin meraih tangannya dan menariknya hingga Sinta terlempar masuk kedalam pelukan Daffin.     

"kamu mau kemana sayang? kamu masih marah dengan aku? kamu juga belum mendengarkan penjelasan aku," ucap Daffin sambil memeluk Sinta dengan erat.     

"lepaskan aku, aku mau pergi, aku sedang tidak ingin dekat dengan kamu," Sinta memukul dada Daffin memintanya untuk melepaskannya.     

hatinya sangat sedih dan juga sakit, jika mengingat kejadian tadi siang, dia berusaha melupakannya tapi Daffin terus mengungkitnya.     

Sinta menangis didalam pelukan Daffin.     

"hiks ... hiks ... hiks, apakah kamu mau menyiksa aku? kamu kenapa sejahat ini daff, kamu dan Jeff sama saja! hanya bisa menyakiti aku!" Sinta menangis dengan keras, dia meruntuhkan benteng kesabarannya dan menumpahkan isi hatinya saat ini.     

Daffin mengelus rambut Sinta dan menjawab "aku ingin bicara dengan kamu, tolong tenang dulu dan aku akan mengatakan semuanya, lalu untuk Laura? demi Tuhan aku sudah tidak memiliki hubungan apapun karena aku sudah melupakannya, kamu juga tahu kan jika aku sangat membencinya dan tidak ada ruang lagi untuknya, dia hanya masalalu untukku dan masa depan aku adalah kamu, sayang!" ucap Daffin, dia mengecup puncak kepala Sinta dan mengelus rambut Sinta berkali-kali.     

Sinta menatap wajah Daffin dengan wajah yang penuh air mata.     

"mungkin saja cinta lama bisa tumbuh kembali saat mereka bertemu, itu tidak akan mengurangi sebuah kemungkinan, ya kan? dia cantik, seksi dan juga terlihat berkelas, dia jauh lebih cocok jadi istri kamu daripada aku yang jelek dan terlihat lebih cocok jadi pelayan kamu!" ucap Sinta dengan nada sinis, dia sudah muak dengan semua orang yang menghinanya, dulu saat dengan Jeffery dia harus menerima penghinaan dari orang tuanya dan sekarang? orang disekitar Daffin bahkan karyawannya sendiri bisa mengatakan itu padanya.     

air mata Sinta terus mengalir dan dia menunduk tidak berani menatap wajah Daffin yang terus menatapnya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.