liburan yang tertunda
liburan yang tertunda
matahari bersinar terang, cahayanya memasuki celah-celah jendela kamar disebuah vila dipinggir pantai.
sepasang pria dan wanita masih tertidur nyenyak dan saling berpelukan dibawah selimut yang berwarna putih.
Drrtt... Drrttt...
ponsel Daffin bergetar dan membangunkan keduanya yang masih enggan untuk membuka mata.
"hhhmm... sayang, sepertinya ponsel kamu yang bunyi," ucap Sinta, dia menguap dan mulai membuka matanya secara perlahan.
Daffin enggan menjawab dan dia malah memeluk Sinta lebih erat lagi.
Sinta menggosok matanya dan berusaha mengambilkan ponsel milik Daffin.
saat dia melihat ID pemanggilnya, Sinta hanya bisa mengerenyitkan dahinya karena itu nomor yang tidak dikenal.
Sinta takut jika panggilan itu sangat penting, maka dia berusaha membangunkan Daffin kembali.
"sayang, ponsel kamu terus menyala, coba kamu jawab dulu. Takutnya ini sangat penting," ucap Sinta yang menggoyangkan tubuh Daffin agar dia bisa bangun dari tidurnya.
"hhhmm... sayang, ini masih pagi, ayo peluk aku lagi sini!" jawab Daffin malah menarik tubuh Sinta untuk lebih dekat dengannya
wajah Sinta menempel didada bidang Daffin yang tidak memakai pakaian sama sekali.
"sayang, tapi ponsel kamu, ini bagaimana?" tanya Sinta yang tidak sengaja mendengarkan detak jantung Daffin yang terdengar tidak teratur.
"hhmm ... biarkan saja! ayo tidur lagi, aku masih mengantuk!" jawab Daffin, dia memeluk Sinta lebih erat lagi.
"Ta-tapi ...," Sinta belum sempat melanjutkan ucapannya tapi ponsel Daffin berbunyi kembali.
"Sayang! ponsel kamu bunyi lagi, aku ambilkan ya!" ucap Sinta, dia kembali berusaha bangun dan melepaskan diri dari pelukan Daffin.
"hhmm ... baiklah, aku akan menjawabnya!"
Daffin membuka matanya secara perlahan, dia menguap dan berusaha untuk duduk sambil menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur.
Sinta mengambilkan ponsel Daffin dan memberikannya.
"ini."
Daffin masih terus menguap dan melihat ID pemanggilnya.
Daffin menaikkan alisnya dan berkata," ini hari Minggu, ada masalah apa lagi sih di kantor!" umpat Daffin. Dia ingin istirahat satu hari saja dan ingin menghabiskan waktu berdua dengan Sinta tapi pekerjaannya tidak ada habisnya.
menekan tombol 'ok' Daffin pun menjawab.
"Halo, ada apa?" jawab Daffin dengan nada kesalnya.
Marco merasa ketakutan, suara bosnya sangat mengerikan.
"Ha-halo, bos! saya minta maaf karena sudah mengganggu istirahat Anda," jawab Marco, dia merasa canggung karena sudah mengganggu hari libur bos nya.
"hhhmm ... memang sangat mengganggu, ada apa?"
"bo-bos, ada kabar buruk!" ucap Marco dengan suara gagap.
"Apa?"
"semalam, ada yang mencoba untuk mencuri dokumen rahasia perusahaan kita dan untung saja belum sempat dicuri, tapi pencurinya tidak berhasil kami tangkap!" ucap Marco, dia menjelaskan semuanya.
Daffin memijat dahinya.
Dia ingin menenangkan diri dan ingin melupakan semua pekerjaannya, namun masalah sudah datang kembali.
"Baiklah, nanti saya segera kesana! beri kabar saya selanjutnya tentang perkembangan kasusnya!" jawab Daffin.
"baik bos, apakah anda akan kemari?" tanya Marco dengan perasaan ragu-ragu. Dia takut Daffin memarahinya lagi.
"ya, nanti saya kesana!" jawab Daffin dan dia langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
Sinta yang duduk didepannya masih menatap kearahnya dengan tatapan ingin tahu.
"sayang, ada apa?"
Daffin menghela nafas pendek, dia sudah berjanji akan menemani Sinta ke pantai, tapi sepertinya kali ini harus menundanya terlebih dahulu.
Daffin menatap wajah Sinta lebih dekat dan memeluknya.
"Sayang, sepertinya liburan kita harus ditunda dulu, errr... kamu jangan marah ya!" ucap Daffin, dia merasa sangat bersalah.
Sinta membalas pelukannya Daffin.
"Memangnya ada masalah apa? tadi aku dengar sepertinya sangat darurat?" tanya Sinta, dia tidak peduli dengan liburan yang dia pedulikan adalah kebahagiaan suaminya.
"hhmm.. semalam ada pencuri masuk ke dalam perusahaan, sepertinya dia ingin mengambil berkas-berkas penting tapi, dia belum sempat mengambilnya karena alarm darurat sudah bunyi terlebih dahulu," ucap Daffin, dia masih memeluk tubuh Sinta dengan erat dan mencium tengkuk lehernya.
"oh, jadi itu masalahnya, pantas saja ponsel kamu tadi terus berbunyi," ucap Sinta, dia melepaskan pelukannya dan memandang wajah tampan suaminya saat ini.
menyentuh kedua pipinya, Sinta tersenyum dan berkata, "jadi kamu harus kembali dan melihat keadaan di kantor ya?!"
Daffin mengangguk dan memegang tangan Sinta yang menyentuh kedua pipinya.
"iya, tapi ... kamu tidak marah kan sayang? kamu pasti sangat kecewa padaku ya?!" tanya Daffin, dia begitu takut jika Sinta marah padanya atau merasa dia kecewa karena Daffin tidak bisa menepati janjinya.
"tidak apa-apa sayang! masih banyak waktu untuk kita bersama, perusahaan kamu jauh lebih penting," jawab Sinta, dia tersenyum sambil menatap wajah Daffin dari dekat.
"Sayang, kamu sungguh tidak marah? aku mohon kalau kamu merasa kecewa atau marah, cepat katakan! aku tidak ingin kamu merasakan itu sendiri," ucap Daffin dengan suara lirih. Dia takut Sinta sama seperti sebelumnya. Merasakan kesedihannya sendiri dan tidak mau berbagi dengan siapapun.
Sinta menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak marah kepada Daffin.
malah dia merasa bangga dengan suaminya yang begitu menjaga perasaannya dan takut jika dia merasa mengecewakannya.
"Tidak sayang, aku tidak marah. baiklah! lebih baik kita bersiap untuk pulang, hhhmm... ngomong-ngomong dimana pakaian aku? kamu lempar kemana pakaian aku tadi malam sayang?!" tanya Sinta dan dia tertawa mengingat Daffin yang tadi malam seperti singa kelaparan.
"hahahha... aku tidak tahu sayang, aku sungguh tidak mengingatnya sama sekali. Tunggu disini, biar aku yang mencarinya!" ucap Daffin, dia tertawa mengingat tingkah gilanya semalam.
karena hatinya terlalu bahagia saat mendengar kata cinta dari Sinta, membuatnya ingin memakan Sinta dan tidak membiarkannya lepas sedikit pun.
"baiklah sayang, aku menunggu kamu disini!" jawab Sinta sambil tertawa cekikikan.
Daffin segera bangun dari tempat tidurnya tapi dia kembali duduk.
"ciuman selamat paginya sayang," ucap Daffin sambil menunjuk kearah pipinya.
Sinta menunduk malu dan akhirnya dia mencium pipi Daffin.
"sudah ya sayang," ucap Sinta dengan wajah bersemu merah.
Daffin tertawa, dia bangun kembali dan berdiri mengambil pakaiannya.
setelah selesai Daffin menoleh kearah Sinta dan berkata,
"hehehehe, nanti aku mau lagi ya sayang!" ucap Daffin, dia mengedipkan mata genitnya.
"hehehhe, berapapun yang kamu mau, aku berikan sayang!" jawab Sinta, wajahnya memerah karena malu. Dia menarik selimutnya lebih tinggi dan bersembunyi didalamnya.
Daffin tertawa keras saat melihat wajah istrinya yang sangat menggemaskan itu.
Jika tidak sedang buru-buru, Daffin sudah memakannya saat ini juga.
"hahahha ... sayang, kamu sangat menggemaskan! sepertinya aku ingin memakan kamu lagi!" ucap Daffin dengan senyum nakalnya.
"Jangan macam-macam sayang, cepat carikan pakaian aku!" ucap Sinta. Dia masih bersembunyi dibawah selimut. menutupi tubuhnya yang polos tidak memakai apapun.
Daffin tertawa kembali dan mencari pakaian Sinta disekitar kamarnya tapi dia tidak menemukannya.
"Aduh, kenapa tidak ada disini ya!" ucap Daffin, dia menggaruk kepalanya walaupun kepalanya sebenarnya sedang tidak gatal.
"sayang, kamu kan melepaskannya di ruang depan. Masa kamu melupakannya!" jawab Sinta, dia mengeluarkan kepalanya lagi dari dalam selimut.
"oh, hahahha ... di depan ya! ya Tuhan, bahkan aku tidak ingat sama sekali melepaskan pakaian kamu sayang!" jawab Daffin, dia tertawa dan segera berjalan keluar, dia mencari pakaian Sinta dan akhirnya menemukannya.
setelah masuk ke dalam, Daffin memberikannya pada Sinta dan Sinta langsung berlari masuk ke kamar mandi.
Daffin menyeringai nakal.
Dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi tapi ponsel Sinta berbunyi.
Daffin mengerenyitkan dahinya, dia penasaran dengan ponsel Sinta.
Daffin berjalan menuju tempat tidur dan mencari ponsel Sinta yang berada di dalam tasnya.
saat Daffin meraih ponsel itu, dia melihat ID tidak dia kenal di ponsel Sinta.
Daffin mengerenyitkan dahinya, dia masih penasaran dan akhirnya menekan tombol 'ok ' dan mendengarkan siapa orang yang berani mengganggunya saat berdua dengan Sinta.