cinta didalam kamar mandi ( adult)
cinta didalam kamar mandi ( adult)
"aku akan menghangatkan kamu sayang," jawab Daffin yang sibuk memberi cumbuan di leher dan tulang selangka Sinta.
"ahhh ... sayang, apakah kamu ingin melakukannya disini?"
"hhhmm ... ya, sayang!" jawab Daffin dengan suara berat dan deru nafasnya terdengar melaju dengan cepat.
"ta ... tapi sayang, ahhh ... jangan disini!" sebelum Sinta melanjutkan ucapannya, bibirnya dikunci oleh bibir Daffin, Daffin melumat dan menghisap semakin dalam, ciuman yang sangat agresif dan begitu mendominasi.
Sinta hanya bisa mengikutinya dan membalas ciuman panas yang Daffin berikan padanya.
Daffin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Sinta dan memulai permainan menuju puncak percintaannya.
dia memasukkan miliknya ke dalam tubuh Sinta.
Sinta merasakan jika milik Daffin sudah masuk ke dalam tubuhnya dan seluruh tubuhnya langsung menegang.
Daffin memulai gerakannya secara perlahan dan lama kelamaan gerakan itu semakin cepat membuat Sinta mengerang dan mendesah mengikuti ritme gerakan yang Daffin lakukan padanya.
"ahhh ... hhhmm ... sayanghhh ...," teriak Sinta dengan suara desahan semakin keras saja.
"hhhmm ... sayanghh, katakanhhh kalau kamu cintahhn aku, ayohhh ... ahhh ...cepat katakanhhh," ucap Daffin dengan suara Terengah-engah, kucuran air bercampur keringat menjadi satu membasahi tubuh keduanya.
"ahhh ... sayanghhh, uuhhmmm ... akuh ... akuh ... akuhhh ... ahhh ... cintahh kamuhh sayanghh, ahhhh ... sayang akuhh tidak tahan lagi!"
Daffin menciumi leher Sinta dan kembali mencium bibirnya.
"ayo lakukan saja sayanghhh,"
.Sinta mengangguk dan dia menggenggam erat leher Daffin bahkan mengacak-acak rambutnya karena tidak kuat menahan rasa nikmatnya puncak percintaannya saat ini.
"ahhh ...," Sinta pun melakukan pelepasan terakhirnya dan disusul oleh Daffin.
Sinta merasakan lemas disekujur tubuhnya, dia melemparkan tubuhnya kedalam pelukan Daffin.
dengan suara masih terengah-engah Sinta pun berkata "sayang, aku tidak kuat lagi!"
Daffin masih menutup matanya dan merasakan secara perlahan hasratnya mulai menghilang.
Daffin memeluk Sinta dengan erat dan mengecup keningnya.
"kamu boleh tidur lagi sayang, aku akan membantu kamu!"
Sinta mengangguk lemah dan sekarang dia hanya bisa bersikap pasrah saat Daffin mulai melepaskan miliknya, Daffin membantu Sinta mandi, dia memakaikan sabun dan membantunya untuk mencuci rambut Sinta yang panjang, hitam dan lurus.
setelah selesai dia memakaikan handuk dan membungkus tubuh Sinta sudah bersih dan wangi.
"sayang, kenapa kamu seperti ini? aku bisa melakukannya sendiri," ucap Sinta dengan suara lemah, matanya sayup karena merasa sangat kelelahan.
"tidak apa-apa, setelah ini kamu bisa melanjutkan tidur kamu ya! aku harus pergi ke kantor karena ada pekerjaan yang belum aku selesaikan," ucap Daffin, dia mencium ringan bibir Sinta dan menggendongnya dan menaruhnya diatas tempat tidur.
Sinta merasa bahagia, dimanjakan oleh Daffin seperti ini membuat hatinya semakin yakin jika dia bisa memberikan seluruh cintanya dan seluruh keraguannya sekarang hilang, yang ada hanyalah hatinya hanya untuk pria yang ada didepannya, pria yang sekarang sudah menjadi suaminya.
Daffin menaruh Sinta diatas tempat tidur dan mengambil pengering rambut, dia menyalakannya dan membantu mengeringkan rambut Sinta secara perlahan, gerakannya sangat lembut dan membuat Sinta merasa sangat nyaman.
Sinta menutup matanya dan dia pun tertidur.
Daffin hanya tersenyum bahagia, melihat wanita yang paling dia cintai begitu cantik ketika sedang tidur seperti itu.
"hhhmmm ... kamu benar-benar sangat cantik sayang, aku semakin tergila-gila padamu sayang, ahhh ... sial kenapa aku menginginkannya lagi, stop Daffin ... buang pikiran kotor kamu!" ucap Daffin, dia tergoda lagi dengan pesona Sinta yang tidak bisa dia hindari.
Sinta mendengarnya dan dia pun membuka matanya kembali.
"sayang, ada apa?"
"errr ... tidak apa-apa, rambut kamu sudah kering ya sayang. lebih baik kamu istirahat saja di rumah, jangan kemana-mana, aku pasti akan pulang secepatnya," ucap Daffin, dia mengecup kening Sinta dan bangun dari duduknya, Daffin menaruh pengering rambut itu dan segera mengambil pakaian kerjanya.
Sinta cemberut padahal hari ini dia ingin menghabiskan waktu seharian bersama Daffin tapi dia juga tidak bersikap egois.
"sayang!" panggil Sinta dengan suara manja.
Daffin terkejut, saat Sinta memanggilnya dengan manja.
Daffin melengkungkan senyuman dari bibirnya dan menjawab "apa sayang?"
"hhmm ... ini kan hari Sabtu, kenapa kamu bekerja? bukankah hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur, tapi kenapa kamu masih saja harus bekerja?" tanya Sinta, dia masih enggan melepaskan Daffin untuk pergi bekerja.
Daffin yang sudah memakai pakaian lengkap hanya tersisa dasi saja, dia berjalan mendekati Sinta dan duduk didekatnya. Memberikan dasi kepada Sinta untuk membantu memakaikannya.
Sinta mengambilnya dan langsung memakaikannya ke leher Daffin.
"sayang, memang seharusnya hari ini aku libur. Tapi perusahaan aku itu sangatlah besar dan banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan, ya beginilah tanggung jawab sebagai bos, sangatlah berat. itulah mengapa aku terus menolak untuk menggantikan kakek di perusahaan, hahaha ...,"
Sinta tersenyum kecewa, dia ingin menahan Daffin tapi dia juga tidak mau menyusahkannya.
"iya aku mengerti sayang, tanggung jawab sebagai bos sangatlah besar, tapi sebenarnya aku ...," Sinta menunduk malu, dia ingin mengatakannya tapi takut Daffin kecewa padanya.
Sinta melepaskan tangannya karena dia sudah selesai memakaikan dasi pada Daffin.
"ada apa sayang?" tanya Daffin dengan khawatir, dia mencubit dagu Sinta dan melihat wajahnya, Sinta terlihat sedang bersedih.
"ada apa? apakah tadi aku menyakiti kamu? coba aku lihat apa yang sakit? apakah tadi aku terlalu bersemangat dan tidak sengaja menyakiti kamu sayang?" tanya Daffin dengan paniknya.
Sinta menggelengkan kepalanya dan berkata "tidak, kamu tidak menyakiti aku, hanya saja aku? aku tidak ingin kamu pergi, aku masih ingin bersama kamu sayang!" ucap Sinta dan dia pun menunduk kembali.
Daffin menghela nafas lega, karena Sinta baik-baik saja.
dia tersenyum senang dan berkata "jadi, kamu tidak ingin aku pergi? kamu ingin menghabiskan waktu bersama aku?" tanya Daffin yang merasa luar biasa sangat senang.
"iya sayang, tapi aku tidak mau jadi istri yang egois, aku akan mencoba mengerti tentang pekerjaan kamu, ya walaupun aku sedikit kecewa sih, tapi itu tidak apa-apa sayang," ucap Sinta, dia langsung tersenyum cerah, dia tidak mau gara-gara permintaan anehnya, Daffin tidak jadi pergi ke kantornya.
Daffin memeluk Sinta dengan erat dan mengusap rambutnya berkali-kali.
"kamu tidak ingin aku pergi? coba katakan alasannya?" tanya Daffin sambil tersenyum cerah, dia menginginkan Sinta yang seperti ini, yang manja dan juga menggemaskan.
"aku hanya ingin bersama kamu, aku ... aku ... aku tidak mau hari ini kamu pergi ke kantor, tapi aku tidak mau egois, nanti juga kita pasti bertemu lagi, jadi aku akan menunggu kamu sampai pulang!" ucap Sinta, dia mencoba menghibur dirinya sendiri.
"aku juga sebenarnya enggan meninggalkan kamu, tapi hari ini sangatlah penting jadi mereka butuh aku untuk hadir, tapi aku akan pulang secepatnya ya sayang!" ucap Daffin, dia melepaskan pelukannya dan menciium bibirnya Sinta cukup lama dan tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Daffin melepaskan ciumannya dan meraih ponselnya.
"halo, ada apa?" tanya Daffin saat melihat ID pemanggilnya adalah Marco.
"bos, anda dimana? meeting akan segera dimulai setengah jam lagi," jawab Marco dengan nada sedikit khawatir.
"oke, saya segera kesana!" jawab Daffin dan dia langsung mengakhiri panggilannya.
"sayang, kamu sedang terburu-buru ya!" tanya Sinta.
"iya, aku pergi dulu ya! kamu istirahat dirumah dan tunggu aku kembali dan juga ...," Daffin melirik ke tubuh Sinta yang tubuhnya di balut handuk.
"pakai pakaian kamu sayang, aku tidak mau ada orang lain yang melihat tubuh kamu selain aku!" ucap Daffin, dia tersenyum dan mencium leher Sinta.
Sinta terkejut dan merasakan ada aliran listrik dalam tubuhnya "uuh, aku tahu sayang, aku hanya milik kamu!" jawab Sinta dengan suara seksinya.
Daffin tersenyum dan dia ingin sekali memakan Sinta sekali lagi tapi waktu sudah semakin sedikit.
"baiklah sayang, aku pergi dulu, istirahat dan tunggu aku kembali!" ucap Daffin, dia mengecup kening Sinta dan memeluknya sebentar.
Daffin pun melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Sinta.
sebelum menutup pintu kamarnya, Daffin melambaikan tangannya dan memberikan ciiuman dari jarak jauh, Sinta tersenyum manis dan membalasnya.
Daffin tersenyum dan langsung menutup pintu.
Sinta kembali membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur kembali.