My Husband from My First Love

Ada pencuri (part 1)



Ada pencuri (part 1)

2Daffin tertawa karena dia sudah membuat Sinta berubah jadi nakal demi membujuknya agar tidak marah.     

"Hahahhaha … jika kemarahan aku bisa membuat istriku ini menjadi nakal, aku rela untuk marah lagi," ucap Daffin. Dia tertawa sangat keras membuat telinga Sinta terasa sakit. Sinta langsung menjauhkan telinganya dari dada Daffin.     

"Huh … suara kamu membuat telinga aku sakit. Sebegitu puaskah kamu membuat aku menjadi seperti itu," ucap Sinta. Dia mencubit pinggang Daffin dengan keras.     

"Awww … sakit sayang! Kenapa kamu mencubit itu. Lebih baik kamu mencubit yang ini saja," Daffin meriah tangan Sinta dan menaruhnya tepat menyentuh miliknya yang tertidur lemah di balik selimut.     

Sinta langsung menarik tangannya dan wajahnya langsung memerah karena malu.     

"Sayang! Itu … itu, ahhhh … nanti kalau dia bangun lagi bagaimana?" Teriak Sinta, dia langsung menarik tangannya kembali dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.     

Daffin tertawa kembali dan menarik telapak tangan Sinta yang sedang menutup wajahnya.     

Sinta melihat wajah Daffin yang tersenyum nakal padanya.     

"Sayang, apa yang mau kamu lakukan?" Tanya Sinta. Dia merasa sangat curiga saat melihat tatapan Daffin yang menurutnya sangat mencurigakan.     

"Heheehehe, aku tidak ingin melakukan apapun, hanya saja …." Daffin menghentikan ucapannya dan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Sinta. Menghisapnya begitu dalam dan melumat habis bibir Sinta.     

Suara cecapan dari dua bibir yang menyatu bergema didalam kamar itu. Gelapnya malam menjadi saksi bisu dari perasaan cinta dari sepasang suami istri ini.     

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari jendela kamarnya.     

Kebetulan kamar Daffin terdapat teras yang besar dan tempat itu sering dipakai Daffin dan Sinta untuk berbaring mesra sambil menatap pemandangan dari atas balkon itu.     

Daffin yang memiliki pendengaran yang bagus dan dia adalah orang militer jadi suara sekecil apapun akan terdengar jelas olehnya.     

Daffin melepaskan bibirnya dan menatap bibir Sinta yang sudah bengkak karena serangannya yang sangat agresif.     

Sinta mengusap bibirnya yang basah dan menatap Daffin yang tiba-tiba diam dan terlihat serius mendengarkan sesuatu.     

"Sayang, ada apa?" Tanya Sinta. Dia menyentuh pipi Daffin.     

Daffin langsung tersadar dan dia pun langsung bangun dan duduk.     

"Sayang! Pakai pakaian kamu, sepertinya ada penyusup yang masuk ke rumah ini!" Ucap Daffin. Dia dengan sigap mengambil pakaian Sinta yang berjatuhan diatas lantai.     

Sinta mengambilnya dan segera mengenakkannya.     

Daffin memakai pakaiannya dan masih mendengarkan suara derap langkah kaki yang lebih dari satu orang.     

"Sial! Apa mau mereka? Bukankah tidak ada satu orang pun yang tahu rumah aku ini, kecauli …," Daffin menghentikan ucapannya dan segera mencari senjata miliknya.     

Di Indonesia memiliki senjata api sangatlah di larang. Jadi Daffin hanya memelihara beberapa belati sebagai senjata alternatif.     

Sinta yang sudah memakai pakaiannya kembali. Dia pun berjalan dan langsung memeluk Daffin. Dia merasa sangat ketakutan. Sinta takut orang itu datang untuk menyakiti Daffin dan yang lebih menakutkannya lagi adalah orang itu datang untuk membunuhnya. Sinta langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia takut orang itu adalah suruhan dari keluarga Alexander.     

"Sayang, aku takut!" Ucap Sinta, dia memeluk Daffin dengan erat.     

Daffin membalas pelukan Sinta dan dia mengusap rambutnya dengan lembut.     

"Jangan takut! Disini ada aku. Orang itu tidak akan bisa melukai kamu karena aku akan selalu melindungi kamu sayang!" Ucap Daffin, dia mengecup dahinya Sinta dan mendengar jika langkah kaki itu semakin dekat.     

Mereka ada di lantai bawah rumahnya.     

Daffin memperkirakan jika orang-orang itu hanya pencuri biasa dan bukan seorang ahli yang sering dia temui di Rusia.     

Daffin melepaskan pelukannya dan melihat kearah Sinta.     

"Kamu tunggu disini sebentar. Mereka ada dibawah, sepertinya hanya pencuri biasa!" Ucap Daffin. Dia mengecup kening Sinta lagi dan melepaskan Sinta. Namun Sinta meraih tangannya dan berkata, "sayang. Hati-hati!"     

Daffin mengangguk dan dia pun keluar dari kamarnya.     

Di lantai bawah terlihat sangat gelap. Daffin sudah terbiasa dengan semua itu jadi baginya itu tidaklah sulit.     

Daffin menuruni tangga dengan langkah tanpa menimbulkan suara. Daffin melihat ada dua orang berpakaian hitam sedang mengangkut barang-barang berharga yang ada dirumahnya.     

Daffin berjalan dan menyalakan lampu.     

Ceklek …     

Lampu pun menyala dan terlihatlah dua orang yang sedang mengangkut televisi besar milik Daffin dari ruangan khusus dia bersantai dengan Sinta.     

Dua pria itu pun langsung terkejut dan mereka berdua pun langsung berlari sambil membawa televisi itu.     

Daffin bukannya merasa kesal tapi dia malah ingin tertawa melihat tingkah sang pencuri yang menurutnya masih terlihat amatir.     

Hei!" Teriak Daffin sambil berdiri tegak sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.     

Kedua pencuri itu pun menoleh dan mereka bingung harus bagaimana.     

Akhirnya mereka menaruh televisi itu dan berlari sekencang-kencangnya tapi mereka tidak tahu siapa lawan mereka.     

Daffin mengejarnya dan akhirnya mendapatkannya. Dia menarik kerah pakaian keduanya dan mereka pun tidak bisa melarikan diri begitu saja.     

"Mau kemana? Sudah masuk tidak permisi dan sekarang pergi juga tidak pamit juga. Kalian sungguh tidak sopan ya!" Ucap Daffin sambil menahan tawanya.     

Namun, Daffin menyembunyikan tawanya dan memasang ekspresi menakutkan.     

Kedua pencuri itu pun menoleh dan tubuhnya menggigil ketakutan. Mereka baru pertama kali mencuri jadi masih belum terlalu ahli dalam melakukannya.     

"A … a … ampun bos. Tolong ampuni kami!" Ucap kedua orang itu dan saat melihat wajah Daffin yang terlihat menyeramkan membuat mereka semakin ketakutan.     

Butiran-butiran keringat membasahi seluruh tubuh kedua orang itu.     

Tanpa terasa air hangat mengalir dari atas pangkal pahanya dan membasahi kaki keduanya. Terasa hangat dan basah.     

Kedua pencuri itu melihat kearah bawah miliknya. Mereka merasa terkejut karena ternyata mereka telah mengompol karena merasa terlalu ketakutan.     

Daffin semakin ingin tertawa. Dia belum melakukan apapun tapi mereka berdua sudah terkencing - kencing karena ketakutan.     

"Shit! Dasar pencuri amatiran. Aku belum melakukan apapun tapi mereka sudah seperti ini, hehehehe … aku masih ingin bermain dengan mereka," ucap Daffin didalam hatinya. Dia ingin tertawa tapi ini belum saatnya.     

Daffin menyentuh leher keduanya dan menatap wajah mereka yang masih tertutup oleh topeng. Bibir keduanya bergetar hebat dan mereka akhirnya sudah bersikap pasrah karena mereka tahu apa yang akan t terjadi selanjutnya.     

Mereka pun menutup matanya dan tidak berani melihat wajah Daffin yang sepertinya hendak membunuhnya.     

"Ampun bos, kami minta maaf! Tolong jangan bunuh kami bos!" Ucap salah satu dari kedua pencuri itu. Mereka merasa ketakutan karena wajah Daffin seperti akan membunuh mereka berdua.     

Padahal Daffin hanya ingin menakut - nakutinya dan tidak serius ingin menyakiti mereka berdua.     

Daffin melepaskan cengkeramannya dan Mencoba untuk membuka topeng yang menutupi wajah keduanya dan saat dia melihat itu semua, Daffin langsung merasa terkejut karena pencuri itu adalah .…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.