THE BELOVED ONE

SALING BERTAHAN



SALING BERTAHAN

3Sejak mendapat penjelasan dari Dokter, antara Armand dan Jessi tidak ada pembicaraan sama sekali. Keduanya hanya diam dengan pemikirannya masing-masing tanpa ada yang memulai pembicaraan.     

Jessi yang masih bingung dengan keputusan yang akan di ambilnya ingin sekali bicara dengan Chello.     

Setelah berpikir matang, Jessi mendekati Armand untuk meminta izin ke rumah Chello.     

"Armand, aku mau ke rumah Chello sekarang. Aku pergi tidak akan lama, setelah aku bertemu dengan Cahaya aku akan segera pulang." ucap Jessi mencari alasan yang tepat.     

Armand menganggukkan kepalanya tanpa melihat Jessi. Armand semakin merasakan kesedihannya. Di saat dia membutuhkan Jessi untuk bisa menenangkan hatinya tapi Jessi malah meninggalkannya.     

"Armand, aku hanya pergi sebentar saja. Aku janji akan segera kembali dan kita akan bicara." ucap Jessi seraya menggenggam tangan Armand.     

Armand menatap Jessi sekilas kemudian memejamkan matanya.     

Jessi menghela nafas panjang, kemudian keluar kamar untuk segera bertemu Chello. Sampai di depan rumah sakit tiba-tiba Jessi menghentikan langkahnya, entah kenapa perasaannya sama sekali tidak enak.     

"Apa aku pergi ke rumah Chello sekarang sudah tepat?" tanya Jessi dalam hati.     

"Tapi aku membutuhkan pendapat Chello saat ini? aku tidak bisa menikah jika tidak punya keturunan." ucap Jessi semakin bingung dengan hatinya.     

"Tapi bagaimana dengan Armand? bagaimana dengan perasaan Armand? aku tidak bisa membiarkan Armand dalam kesedihan." ucap Jessi dengan kedua matanya yang berkaca-kaca berlari masuk ke dalam rumah sakit. Dengan perasaan yang semakin tidak enak Jessi semakin mempercepat larinya menuju ke kamar Armand.     

"Ceklek"     

Jessi membuka pintu kamar Armand dengan cepat. Jessi sangat terkejut saat melihat keadaan Armand sudah terkulai lemas di tempat tidurnya dengan pergelangan tangannya yang mengeluarkan darah.     

"Armand!! Armand!! apa yang kamu lakukan Mand?" teriak Jessi dengan histeris dan panik menekan tombol panggilan emergency.     

Masih dalam keadaaan panik, dengan cepat Jessi menarik selimut Armand untuk menutup pergelangan tangan Armand agar pendarahan berhenti.     

Jessi bernapas lega saat Dokter dan dua perawat datang segera menangani Armand.     

"Untung saja anda memberitahu kami dengan cepat, sedikit terlambat saja... nyawa pasien tidak akan tertolong." ucap Dokter setelah memberikan pertolongan pada Armand.     

Jessi berkali-kali mengucap syukur karena Armand telah tertolong.     

"Pasien sudah baik-baik saja, semoga bisa sadar secepatnya." ucap Dokter itu lagi kemudian keluar meninggalkan kamar di ikuti perawat yang membantunya.     

Jessi memejamkan matanya, merasa menyesal dan merasa bersalah pada Armand.     

"Maafkan aku Mand, aku bersyukur...aku tidak jadi ke rumah Chello. Kalau aku jadi pergi ke rumah Chello mungkin aku sudah kehilangan kamu saat ini Mand." ucap Jessi seraya menggenggam tangan Armand dan menciumnya dengan perasaan sedih.     

"Bangunlah Mand, kita harus bicara." ucap Jessi dengan airmata berlinang.     

Hampir satu jam Jessi menunggu Armand tanpa meninggalkan sedikitpun.     

"Armand." panggil Jessi seraya mengusap lembut wajah Armand yang pucat.     

Perlahan kedua mata Armand terbuka menatap Jessi yang sedang menangis.     

"Jessi...kamu di sini?" tanya Armand dengan tatapan sendu.     

"Ya Mand." sahut Jessi mengecup punggung tangan Armand.     

"Bukannya kamu pergi ke rumah Chello?" tanya Armand dengan suara yang hampir tak terdengar.     

"Tidak Mand, aku tidak jadi pergi." ucap Jessi kembali mengusap wajah Armand dengan perasaan bersalah.     

"Kenapa?" tanya Armand seraya mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri.     

"Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di saat kamu sedih, karena itu aku tidak jadi pergi. Dan kamu, kenapa kamu melakukan hal ini? bagaimana kalau kamu tidak tertolong?" ucap Jessi dengan airmata yang mengalir deras.     

"Aku sedih saat kamu pergi Jess, kamu telah meninggalkan aku di saat aku terpuruk." ucap Armand dengan perasaan sedih.     

"Maafkan aku Mand, jujur aku pergi ke rumah Chello karena aku bingung aku harus bagaimana?" ucap Jessi dengan jujur.     

"Apa kamu akan meninggalkan aku Jess?" tanya Armand menatap penuh wajah Jessi.     

Jessi terdiam, sungguh hatinya tidak bisa lagi berpisah dari Armand. Ikatan batinnya pada Armand begitu sangat kuat.     

"Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu Mand, aku akan selalu ada di sisi kamu." ucap Jessi dengan bersungguh-sungguh.     

"Tapi aku tidak bisa membuat kamu hamil Jessi, aku tidak bisa mempunyai keturunan." ucap Armand dengan tatapan penuh.     

"Kamu tenang ya Mand, kita berdua akan mencari jalan keluar. Kita akan bicara dengan Chello, siapa tahu Chello bisa membantu. Bukannya Dokter hanya bilang kalau sperma kamu tidak akan bertahan lama? ya kan Mand." ucap Jessi dengan serius.     

"Bagaimana kalau tidak ada jalan keluar lagi? dan aku benar-benar tidak bisa mempunyai keturunan? apa kamu akan meninggalkan aku?" tanya Armand dengan tatapan berkabut.     

Jessi menghela nafas panjang kemudian menggenggam tangan Armand dengan perasaan sayang.     

"Kalau tidak ada jalan keluar lagi, aku tidak akan peduli Mand. Yang terpenting kita bisa bersama-sama selamanya." ucap Jessi dengan sungguh-sungguh.     

"Tapi... apa kamu tidak ingin punya anak Jess?" tanya Armand menatap dalam wajah Jessi.     

"Jangan pikirkan itu dulu Mand, kita bisa membicarakannya nanti. Yang penting kita menikah dulu seperti rencana kita." ucap Jessi dengan tersenyum.     

Armand terdiam menatap wajah Jessi dengan tatapan tak percaya.     

"Jessi, apa kamu yakin akan menikah denganku walau aku banyak kekurangannya?" tanya Armand dengan perasaan bahagia.     

"Sangat yakin Mand, karena aku sangat mencintaimu." ucap Jessi dengan tatapan penuh cinta.     

"Peluk aku Jess, agar aku percaya kalau semua ini bukan mimpi." ucap Armand dengan tatapan memohon.     

"Semua ini bukan mimpi Mand, semua ini nyata." ucap Jessi seraya memeluk Armand dengan sangat erat.     

"Terima kasih Jess." ucap Armand membalas pelukan Jessi.     

"Armand." panggil Jessi setelah suasana kembali tenang.     

"Ya Jess." sahut Armand dalam keadaan tenang.     

"Jangan melakukan hal itu lagi ya Mand, kalau terjadi sesuatu padamu aku pasti tidak akan sanggup lagi menahan kesedihanku." ucap Jessi dengan wajah serius.     

"Apa kamu akan kehilangan aku kalau aku tidak ada Jess?" tanya Armand dengan suara berat.     

"Apa yang kamu tanyakan Mand? sudah aku katakan aku tidak akan sanggup kalau tidak ada kamu." Jawab Jessi mengusap wajah Armand dengan tatapan sedih.     

Armand memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut tangan Jessi.     

"Sekarang kamu istirahat ya Mand, kamu masih lemah." ucap Jessi seraya membelai rambut Armand.     

"Aku tidak bisa tidur Jess, aku Ingin kamu memelukku." ucap Armand dengan suara pelan.     

Jessi tersenyum, dengan sikap Armand yang mulai manja.     

"Aku peluk ya Mand? agar kamu bisa tidur." ucap Jessi berbaring di samping Armand dan memeluk Armand dengan perasaan sayang.     

"Aku bahagia Jess, kamu masih ada di sini bersamaku." ucap Armand seraya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Jessi.     

"Aku juga bahagia Mand, sangat bahagia." ucap Jessi semakin erat memeluk Armand.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.