THE BELOVED ONE

KEMBALI KE APARTEMEN



KEMBALI KE APARTEMEN

1"Ya Tuhan... tolonglah aku, aku harus bagaimana? apakah aku harus menceritakan semua ini pada Ayraa atau tidak?" tanya Danish dalam hati dengan kesedihan yang sangat dalam.     

Dengan gelisah Danish menghubungi Ayraa yang pasti sudah berada di perusahaan.     

Tidak berapa lama nama Ayraa menerima panggilannya.     

"Ada apa kak Danish? aku baru saja selesai dari training. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ayraa dengan penuh perhatian.     

"Apa kamu bisa ke sini segera Ayraa? tidak harus menunggu empat jam untuk ke sini, aku membutuhkanmu saat ini Ayraa." ucap Danish dengan penuh kesedihan.     

"Ada apa sebenarnya Kak Danish? Aku tidak bisa pergi sekarang ada Pak Ponco yang barusan datang yang sedang mengawasi kita. Ada apa memang? katakan saja sekarang, aku pasti mendengarkan." ucap Ayra dengan serius.     

"Aku tidak bisa menceritakannya dari telepon Ayraa, Aku hanya bisa menceritakan kalau ada kamu disini. Aku ingin pulang, aku ingin kamu yang mengantarkan aku pulang. Bisakah kamu kesini segera? aku sangat membutuhkanmu Ayraa, Please." ucap Danish dengan suara yang sangat pelan.     

"Aku sungguh tidak bisa Kak Danish. Pak Ponco sedang mengawasiku, bagaimana aku bisa pergi dari sini kalau aku sedang diawasi? Aku tidak ingin mata kuliah aku hancur hanya karena ini. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Ayraa dengan perasaan iba.     

"Baiklah...aku menunggumu Ayraa, jangan terlambat ya? karena aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku kalau kamu tidak datang. Aku sudah putus asa Ayraa, Aku ingin lepas dari semua masalah ini." ucap Danish dengan perasaan yang putus asa.     

"Iya Kak, aku akan datang..tunggu sebentar lagi ya? Semua akan baik-baik saja Kak, Kak Danish harus percaya itu." ucap Ayraa kemudian menutup panggilannya Danish karena Ponco sedang mendatanginya.     

"Ayraa.. bagaimana dengan training hari ini? apa kamu bisa menyelesaikannya dengan baik?" tanya Ponco dengan nada curiga seolah-olah tahu kalau Ayraa sedang berbicara dengan Danish.     

"Sudah sangat paham Pak, tinggal menyelesaikan beberapa dokumen saja yang harus saya pelajari." jawab Ayraa dengan tenang.     

"Apa kamu sedang berbicara dengan orang tuamu Ayraa? terlihat sangat serius sekali apa ada masalah?" tanya Ponco semakin curiga.     

"Iya Pak, dari Bunda saya di minta pulang cepat untuk ikut ke rumah Chello, urusan penting Pak." jawab Ayraa berusaha bersikap tenang agar bisa pulang lebih awal untuk melihat keadaan Danish.     

"Kalau urusan itu penting, kamu bisa pulang Ayraa. Bukannya untuk materi training sudah selesai kan?" ucap Ponco sedikit hilang rasa curiganya karena Ayraa bersikap kepadanya.     

"Sikap Ayraa biasa saja padaku? apa dia tidak tahu kalau aku dan dan Danish ada suatu hubungan? kalau memang Ayraa ada sesuatu dengan Danish pasti dia sudah mengetahui hubunganku dengan Danish dan tidak akan bisa bersikap biasa. Berarti antara Danish dan Ayraa memang tidak ada apa-apa." gumam Ponco dalam hati.     

"Benarkah Pak saya boleh pulang sekarang?" tanya Ayraa dengan perasaan tak percaya.     

"Yah...tentu saja boleh, kalau kamu merasa urusan keluarga kamu sangat penting." ucap Ponco dengan tenang.     

"Waah...terima kasih banyak Pak, saya permisi mau pulang sekarang." ucap Ayraa dengan perasaan lega.     

"Ya sudah, hati-hati jangan lupa besok kembali lagi untuk training." pesan Ponco dengan tersenyum.     

"Siap Pak! besok pagi saya akan datang lebih awal. Permisi Pak." ucap Ayraa berpikir kalau Ponco mengizinkannya pulang karena permintaan Danish.     

Dengan perasaan lega Ayraa keluar dari perusahaan dan segera mencari taxi untuk pergi ke rumah sakit melihat keadaan Danish.     

Tiba di rumah sakit, Ayraa berjalan cepat untuk segera melihat keadaan Danish yang yang membuat dirinya merasa cemas.     

"Kak Danish ada apa? memang Kak Danish mau cerita apa?" tanya Ayraa sambil duduk di samping Danish.     

"Aku ingin pulang sekarang Ay, bisakah kamu mengantarku sekarang pulang? please." ucap Danish dengan tatapan sedih.     

"Baiklah kalau memang kak Denis mau pulang sekarang. Aku akan pergi ke kantor administrasi untuk mengurus kepulangan Kak Danish." ucap Ayraa kemudian segera keluar dari kamar Danish untuk mengurus kepulangan Danish ke kantor administrasi.     

Setelah mengurus semua administrasi Ayraa kembali ke kamar Danish, untuk membantu Danish berkemas.     

Terlihat sekali kalau Danish sangat sedih sekali, dan Ayraa tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menunggu Danish untuk bercerita.     

"Kita pulang sekarang? atau kita menunggu sampai sore?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh rasa iba.     

"Pulang sekarang Ay, tolong bantu aku." ucap Danish seraya bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir ranjang.     

Dengan dibantu Ayraa dan memapahnya Danish berjalan keluar dari rumah sakit dan segera naik taksi menuju ke tempat Apartemennya.     

Sampai di dalam Apartemen Danish berjalan pelan masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di tempat tidurnya.     

"Kamu tidak pulang sekarang kan Ay? aku ingin kamu di sini beberapa menit saja sampai aku tertidur. Aku ingin melupakan semua masa laluku yang tidak bisa aku tinggalkan sampai sekarang." ucap Danish dengan tatapan penuh kesedihan.     

Ayraa menatap penuh wajah Danish dengan penuh rasa sayang.     

"Aku tidak tahu masalah apa yang Kak Danish hadapi, kalau Kakak memang tidak bisa bercerita sekarang bagaimana aku bisa membantu Kakak untuk lepas dari semua masalah Kak Danis?" ucap Ayraa dengan suara pelan seraya mengusap lembut wajah Danish.     

"Aku tidak bisa putus dari kekasihku yang sebelumnya Ayraa. Dia tidak mau melepaskan aku. Dia mengancamku akan mengungkapkan semua hubunganku dengan dia yang sudah seperti suami istri di hadapan semua orang. Kamu tahu kan Ayraa, bagaimana kalau dia membeberkan semua pada semua orang dengan apa yang telah aku dan dia lakukan? bagaimana aku bisa menampakkan wajahku? dan bagaimana dengan dirimu kamu pasti tidak akan bisa menerima semua ini kan?" ucap Danish dengan suara lirih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Mungkin inilah resiko yang harus Kak Danish tanggung dari semua yang telah Kak Danish lakukan di masa lalu. Menurutku Kak Danish harus menghadapi semuanya. Mungkin memang ada rasa malu atau tidak bisa menatap ke semua orang, tapi paling tidak Kak Danish bisa memulai hidup baru dari bawah lagi dengan hati yang baru dan tujuan hidup yang baru. Itu kalau menurutku Kak Danish, tapi tidak tahu lagi dengan pemikiran Kak Danish." ucap Ayraa ikut merasakan pusing dengan masalah Danish yang sepertinya rumit.     

"Mungkin bagiku kehilangan semua orang itu tidak berarti apa-apa. Tapi bagaimana kalau aku kehilangan kamu? bagaimana kalau kamu mengetahui hal itu semua? apa kamu tidak akan merasa malu dengan memiliki kekasih seperti aku? katakan Ayraa...apa kamu akan bisa menerima semua itu? bagaimana dengan orang tuamu? pasti mereka juga tidak akan bisa menerima masa laluku yang sangat kelam itu?" ucap Danish dengan perasaan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.