aku, kamu, and sex

Kenyataan Yola



Kenyataan Yola

0Danil tiba di ruang rumah sakit bertepatan dengan dokter yang baru saja masuk untuk memeriksa keadaan Yola serta membawa hasil pemeriksaan tes darah Yola.     

"Ayah!" Panggil Yola saat melihat sosok ayahnya masuk ke dalam ruang rawat disusuk oleh Bundanya.     

Jhonatan dan Abdul langsung bergantian menghampiri dan bersalaman dengan kedua orang tua tersebut.     

"Danil." Sofyan menyambut sahabat yang sekaligus besannya yang baru saja datang.     

"Sofyan, maaf merepotkanmu." Ucap Danil sambil melepas pelukan dari sahabatnya itu.     

"Dia juga anak ku sekarang kalau kamu lupa." Jawab Sofyan sambil menepuk bahui Danil.     

Danil tersenyum lalu pandangannya beralih pada sosok yang tengah berbaring di samping kirinya seorang dokter dan suster sedang memeriksa keadaan Yola, sedangkan di sisi kananya ada Abdul, Jhonatan dan Jelita yang sedang memegang tangan anak gadisnya.     

Setelah dokter selesai memeriksa keadaan Yola dan sedang membuat catatan perkembangan kesehatan Yola, Danil menyela dengan pertanyaan selayaknya seorang pasien pada dokter.     

"Bagaimana keadaan anak saya, dokter?" Tanya Danil pada dokter.     

Dokterpun menoleh pada Danil, lalu mengambil nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Danil.     

"Anda ayahnya?" Tanya Sang Dokter.     

"Ya, saya ayahnya." Jawab Danil sambil mengangguk tegas.     

"Ikut ke ruangan saya, ada yang ingin saya sampaikan kepada anda." Pinta sang dokter yang langsung keluar dari kamar rawat Yola.     

"Aku temani kamu, Danil." Ujar Sofyan. Lalu Danil mengangguk.     

Danil lalu keluar bersama dengan Sofyan menuju ke ruangan dokter yang jaraknya tak terlalu jauh dari ruang rawat Yola.     

Sampai di ruangan dokter, Danil dan Sofyan dipersilahkan duduk oleh dokter. Setelah mereka berdua terlihat tenang, dokter lalu membuka amplop yang berisi hasil tes darah Yola.     

"Begini Pak Danil, anak anda__ terkena Leokimia." Ucap Dokter lalu melepas kaca mata yang Ia gunakan dan menyerahkan lembaran kertas hasil tes itu pada Danil.     

Danil dan Sofyan sama-sama Shok mendengar kabar tersebut, Sofyan berusaha menenagkan Danil yang menatap nanar hasil tes darah Yola.     

"Anda serius, dok." Tanya Danil walau dia paham seorang dokter tak akan pernah berbohong dengan keadaan yang dialami pasiennya. Terlihat anggukan dari dokter paruh baya tersebut sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.     

"Danil, sabar, istighfar." Ucap Sofyan menenagkan sahabatnya itu.     

"Kenapa harus Yola, Sofyan. Dia msih terlalu kecil untuk merasakannya." Kata danil dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.     

"Kenapa tidak aku lagi saja, Sofyan?"     

"Ini takdir, Danil. Ini ujian untuk keluarga kita, terutama untuk Yola dan Abdul. Kita harus kuat untuk mereka." Sofyan terus berusaha mengingatkan serta menguatkan Danil.     

"Maaf, apa anda ada riwayat Leokimia sebelumnya?" Tanya dokter pada Danil sambil menegakkan pungungnya menatap lekat pada Danil yang duduk di depannya.     

Danil mengangguk, "Iya ada dokter, saya dan mendiangkakek, serta Om saya, pengidap leokimia, namun saya bisa sembuh karena ada adik saya yang mendonorkan sum-sum tulang belakangnya untuk saya."     

"Awalnya saya berharap anda bisa menjadi pendonor sum-sum tulang belakang untuk putri anda, ternyata anda seorang surviver. Jadi tidak diperkenankan untuk menjadi pendonor." Ucap sang dokter.     

"Tapi Yola mempunyai kakak kembar laki-laki."     

"kembar?"     

"Ya, laki-laki yang menemani Yola saat ini, yang satu adalah suaminya dan yang satu lagi adalah kakak kembarnya."     

"Suami?"     

"Ya, kami menjodohkan mereka danm langsung menikahkan secara agama, untuk menjaga hafalan mereka."     

Sang dokter menyimak apa yang disampaikan Danil, sambil mengangguk-anggukan kepalanya.     

"Ya, kalau anda ijinkan bolehkah saya memeriksa saudara kembar Yola, ada harapan yang cukup tinggi sum-sum tulangnya cocok untuk Yola." Kata dokter yang bernama dokter Ridwan itu.     

"Baik dok, saya akan menyampaikan pada anak sulung saya."     

"Baik, tolong diusahakan dengan segera, Pak danil."     

"Baik dokter. Terimakasih kami permisi dulu." Ucap danil, lalu bangkit dan bersalaman dengan dokter Ridwan.     

Selepas keluar dari ruangan dokter Ridwan, Sofyan mengajak Danil duduk dikantin rumah sakit, untuk menenagkan hati Danil dan bagaimana cara mereka menyampaikan ini pada keluarga mereka.     

"sebaiknya kamu panggil Jhonatan dan Abdul kesini, untuk memberi tahu kondisi Yola. Agar Yola segera dapat ditangani, bukankah lebih cepat lebih baik." Ujar Sofyan memberi masukan pada Danil yang sedang duduk sambil menyandarkan pungungnya di sofa.     

"Ya. Aku akan menghubungi Jelita untuk menyuruh mereka datang." Jawab Danil sambil mengangguk lalu menatap sahabat sekaligus besannya.     

Danil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu menekan nomor Jelita lalu menyuruh Jhonatan dan Abdul untuk menyusul mereka ke kantin rumah sakit.     

"Aku tak tega melihat Yola, Sofyan. Aku pernah merasakan itu, itu sangat sakit, bagaimana selama ini dia bisa tahan dengan rasa sakit yang kerap menderanya, Sofyan. Lalu bagaimana dengan Abdul, dia juga pasti akan sedih, kedua anak kita Sofyan." Ucap Danil yang langsung menunduk dalam-dalam kedua telapak tangannya menopang wajahnya, pungungnya mulai bergetar seiring isakan yang terdengar dari mulutnya.     

Sofyan menarik nafas panjang, "Danil, jika dulu kau dan Jelita bisa melewati itu semua, maka kali ini pun kau harus yakin kau bisa melewati ini semua dan begitu juga dengan Yola dan Abdul. Aku sangat mengenal bagaimana anakku. Tak perlu kau khawatirkan. Yakinlah semua kan baik-baik saja, Allah lebih tahu kesanggupanmu dalam menerima beratnya ujian darinya, maka kau juga harus yakin pada Allah bahwa Dia tak akan melebihi batas kesanggupan mu dalam menerima ujian." Kata Sofyan sambil memegang bahu sahabatnya itu.     

Danil mengangguk, lalu mengusap wajahnya, tanpa dia sadari Jhonatan dan Abdul telah berdiri dihadapan mereka, mereka sangat yakin sesuatu yang buruk telah terjadi dilihat dari kondisi Danil yang kacau.     

"Ayah." Jhonatan mendekati ayahnya. Sontak Danil langsung memeluk Jhonatan erat. Yang membuat Jhonatan semakin bingung sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi dengan Yola, adiknya.     

"Apa yang terjadi, ayah?" Tanya Jhoantan dengan jantung berdebar kencang, begitu pula dengan Abdul yang menatap Abahnya, namun hanya kedipan mata dan isyarat menyuruhnya duduk yang menjadi jawaban. Dan Abdul hanya bisa menuruti apa yang Abahnya isyaratkan.     

"Adikmu, adikmu Yola_ "     

"Iya, Yola kenapa ayah, katakan. Jangan membuat Jhoantan jadi bingung, Yola kenapa ayah?" Tanya Jhonatan dengan menatap lekat pada wajah ayahnya, Danil.     

"Yola_terserang Leokimia, Jhon." Ucap Danil sambil berurai air mata. Jhonatan mengeleng seolah tak percaya.     

"Ayah bohongkan?!" Kata Abdul yang sudah berdiri tapi langsung di tarik tangannya oleh Sofyan.     

Dadaanya bergemuruh jantungnya berpacu kencang, Abdul beristighfar berkali-kali untuk meredakan sesak di dadanya. Sedangkan Jhonatan menunduk dan air matanya pun tak henti menetes sama halnya seperti Danil.     

"Yola bisa sembuhkan, Yah?" Tanya Jhonatan sambil menunduk.     

"Ya, ini yang akan ayah bahas dengan kalian." Jawab Danil setelah meredakan isakan dan mengatur nafasnya.     

"Apa yang bisa aku lakukan, ayah? Aku saudara kembarnya, pasti ada yang bisa aku lakukan untuk Yola." Ucap Jhonatan sambil menatap Danil.     

"jawab ayah."     

"Kemungkinan besar tulang sum-summu cocok untuk di donorkan pada Yola, hanya itu cara satu-satunya agar Yola dapat sembuh, sama seperti ayah dulu." Kata Danil sambil memegang kedua bahu anak sulungnya.     

"Abdul, apa kau akan tetap bersama Yola, karena kemungkinan Yola__" Danil tak mampu menyelesaikan ucapannya, namun Abdul bisa menebak apa yang akan diucapkan oleh ayah mertuanya ini.     

"Aku akan bersama Yola, apapun yang terjadi, aku sudah menerima Yola apa adanya dan aku sudah berjanji dihadapan Allah untuk menjaga, mencintai dan menerima Yola saat ayah menikahkan aku dengan Yola."     

"Apa? Kalian sudah menikah?" Tanya Jhonatan sambil mengerutkan dahi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.