Sakitnya Yola
Sakitnya Yola
"Kita berangkat kesana sekarang, Bun." Danil menutup telponnya pada Jelita dan langsung membereskan berkas-berkas kantornya yang masih terpampang di atas meja.
"Yogi bereskan semuanya, dan tolong wakilkan saya ke acara pertemuan dengan PT. Avicena." Perintah Danil pada Yogi sang asisten.
"Baik, Tuan." Jawab Yogi lalu membereskan berkas di atas meja Danil sekaligus membawa berkas yang perlu di bawa ke acara pertemuan.
Dengan langkah tergesa Danil keluar dari kantor dan langsung menyuruh supirnya menunggu di lobbi kantor. Setelah keluar dari lift Danil dengan langkah cepat langsung menuju ke mobil yang sudah dibuka oleh sang sopir dan mereka langsung ke rumah untuk menjemput Jelita yang juga sudah bersiap-siap setelah Danil menelponnya.
Suara deru mobil Danil terdengar oleh pendengaran Jelita yang membuatnya langsung bangkit dari duduk, dan langsung menghampiri sang suami.
"Kita berangkat?" Tanya Danil setelah turun dari mobil dan bertemu Jelita di teras, dibelakangnya asisten rumah tangga mereka yang menyeret koper Jelita yang langsung diambil alih oleh Pak Atmo lalu dimasukkan ke dalam mobil.
"Ayo, Yah berangkat. Keperluan ayah sudah ada dikoper." Jawab Jelita dengan raut wajah yang teramat cemas.
Danil langsung membimbing sang istri masuk ke dalam mobil lalu Pak Atmo segera meluncurkan mobil tersebut ke jalanan menuju ke bandara agar mereka lebih cepat sampai.
Sementara di rumah sakit, Yola telah dipindahkan ke ruang rawat inap, di sampingnya Abdul duduk dengan mengengam jemari Yola dengan lembut, sesekali Ia mencium jemari yang terselip cincin darinya. Tanda sebuah ikatan yang tak mungkin dapat terlepas begitu saja.
"Gus, ada Abah dan Mas Jhonatan." Kata Pak Karim memberitahu Abdul yang sedang menatap wajah pucat Yola hingga tak menyadari jika sang ayah dan kakak iparnya telah berdiri tak jauh darinya. Abdul menoleh, dan benar saja Abah dan Jhonatan telah berdiri menatapnya.
"Assalamualaikum." Sapa Sofyan dan Jhonatan.
Abdul lalu bangkit dan menyalami Abahnya dengan takzim, lalu bergantian dengan Jhonatan.
"Bagaimana dengan kondisi Yola?" Tanya Jhonatan yang langsung mendekati sang adik yang terbaring lemah.
"Dia masih sangat lemah, untuk beberapa hari dia harus di rawat di sini." Jawab Abdul.
"Sebenarnya dia sakit apa?" Tanya Sofyan pada Abdul.
"Hasilnya pemeriksaan darahnya belum keluar mungkin nanti sore, kita baru akan tahu hasilnya." Kembali Abdul memberi jawaban pada sang ayah yang turut mengkhawatirkan kondisi Yola.
"Sayang, ini abang.. kamu harus kuat, kamu harus sembuh." Ucap Jhonatan lalu mencium kening adiknya dengan penuh sayang.
Sofyan tersenyum, ternyata sahabatnya sangat pandai dalam mengajari anak-anaknya agar mereka saling akur dan saling menyayangi.
"Abah sudah memberitahu, ayah Danil?" Bisik Abdul pada sang ayah.
"Sudah, mereka sedang dalam perjalanan kesini."
"Syukurlah, tadi Yola sempat bilang ke Abdul jika Ia kangen sama ayah dan bundanya." Ujar Abdul sambil menatap Yola yang sedang di tunggui oleh Jhonatan.
"Kamu sudah makan?" Tanya Sofyan pada sang anak.
"Sudah, Abah."
"Baguslah, kamu jangan melupakan kesehatanmu, jika kamu sakit bagaimana Yola nanti?" Sofyan mengingatkan sang anak akan tangung jawabnya menjaga Yola.
"Baik, Abah."
"Jhon, apa Yola mempunyai riwayat penyakit sebelumnya? Tadi dokter menanyakannya padaku." Tanya Abdul pada Jhonatan yang duduk di kursi samping ranjang Yola.
"Tidak, seingatku dia tak pernah sakit parah selama ini." Jawab Jhonatan.
"syukurlah, semoga hasil pemeriksaan darahnya juga baik." Kata Abdul lalu duduk di sofa dengan sang ayah, sedang Pak Karim menunggu di luar ruangan.
"Apa Yola tadi mengeluh sakit kepala lagi?" Tanya Jhonatan
"Ya, dia mengeluh sakit kepala, lalu aku membawanya kesini karena kondisinya sudah sangat lemah."
"Bagaimana dengan lombanya?" Tanya Jhonatan lagi.
"Tadi Yola sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, tinggal menunggu hasilnya saja dari Pak Husain nanti."
"Yola sangat berharap bisa memenagkan lomba itu, sertifikatnya akan membantunya masuk di kampus di negara A, walau dia tak ingin melanjutkan disana."
"Ya, aku tahu itu, Yola sangat ingin membuktikan pada dunia bahwa dia adalah seorang Yola tanpa embel-embel Mahendra."
"Begitulah Yola, dia selalu rendah hati, dan tak mau dianggap sebagai orang yang special."
"Abah rasa karena hal itu juga, Abdul jatuh cinta pada adikmu, Jhon." Ujar Sofyan sedikit menggoda Abdul agar tidak tegang menanti hasil uji leb milik Yola.
"Iya. Selama di perjalanan Yola sangat khawatir aku akan di takzir oleh Abah karena telah memeluknya selama di perjalanan."
"Abah memang harus menakzirmu, jika kau tak bisa menjaga Yola dengan baik."Ancam Sofyan pada Abdul.
"Aku siap menerimanya jika itu terjadi."
"Bukan hanya dari Abah tapi juga dariku."
"Double takzir berarti." Ujar Abdul sambil terkekeh.
Perlahan mata Yola terbuka, Abdul langsung berlari ke sisi ranjang yang lain, lalu tersenyum saat melihat Yola membuka matanya lebih lebar.
"Abang." Panggil Yola pada Jhonatan yang mendekatkan tubuhnya pada sang adik.
"Abang disini, kamu jangan khawatir. Abang akan selalu ada untukmu. Akan selalu menjagamu." Ucap Jhonatan lalu kembali mencium kening adiknya dengan sayang.
"Yang kuat ya adik abang." Lanjut Jhonatan.
Yola mengangguk, lalu beralih menatap Abdul yang duduk di sisi ranjang yang lain.
"Kamu sudah bangun, apa kami menganggu tidurmu?" Tanya Abdul lembut.
Yola mengeleng, "Maaf telah merepotkanmu."
"Tidak, kau sama sekali tidak merepotkanku, itu sudah kewajibanku." Jawab Abdul lalu mengengam jemari Yola dengan lembut.
"nanti kamu dihukum, karena terus pegang aku, dan nemenin aku." Ujar Yola pada Abdul, tapi Abdul malah tersnyum lembut.
"Dia memang akan Abah takzir, tapi jika dia membuatmu sedih dan terluka." Ujar Sofyan yang berjalan mendekati mereka.
"Abah." Ucap Yola dengan kikuk.
Jhonatan berdiri lalu beralih ke samping Abdul, dan Sofyan duduk di kursi tempat Jhonatan radi duduk.
"Apa yang kamu rasakan?" Tanya Sofyan lembut.
"Hanya sedikit pusing, Bah." Jawab Yola dengan suara lemah.
"ya sudah kamu istirahat dulu, abah sudah menelpon orang tuamu, mereka sedang dalam perjalanan menuju kemari."
"Terimakasih Abah, maaf Yola merepotkan Abah."
"Mana ada anak merepotkan orang tua." Ujar Sofyan,
Yola merasa bingung sekaligus aneh dengan sikap dan bahasa yang digunakan oleh Abdul dan Abahnya ini, namun demikian Ia tetap berusaha diam dan tak mengatakan apapun.