Ikatan 2
Ikatan 2
"Kak." Panggil Silvia pada Ramond, pasalnya sejak tadi Ia memanggil Ramond namun tak juga laki-laki itu mendengarnya.
Silvia menarik lengan baju Ramond, yang membuat laki-laki terperanjat kaget.
"Silvia, sejak kapan kamu ada di sini?" Tanya Ramond tergagap karena ketahuan melamun.
"Sejak tadi, kakak dipanggil-panggil ga dengar, aku ucapkan salam pun kakak tak juga mendegar tadi." Ucap Silvia sambil melangkah ke sofa lalu menaruh papper bag yang Ia jinjing ke atas meja. Ramond mengikuti Silvia dari belakang lalu ikut duduk di atas sofa bersama Silvia.
"Kata Pak Aughar, Kakak belum makan, jadi aku sengaja membawakan kakak makan siang." Kata Silvia sambil membuka makanan yang Ia bawa. Ramond tersenyum kecil, lalu diraihnya tempat makan yang dibawakan oleh Silvia. Lalu mulai memakan makanan yang dibawakan oleh Silvia untuknya.
"Pelan-pelan kak, makannya." Tegur Silvia saat melihat Ramond memakan dengan lahap. Walau sebenarnya dia sedang tak ingin makan, tapi melihat perhatian istrinya itu dia tak tak sampai hati jika tak memakan makanan yang Silvia bawa.
"Kamu sudah makan?" Tanya Ramond di sela-sela makan nya.
"Makanlah kak."
Ramond tahu dari jawaban Silvia sudah mengartikan jika Silvia juga belum makan. Lalu Ramond menyendokkan makanan lalu menyodorkannya ke depan mulut Silvia.
"Buka mulutmu, kita makan bersama." Titah Ramond. Silvia menatap Ramond sejenak, lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan dari suaminya.
Ini bukan kali pertama dia di suapi oleh Ramond, tapi kali ini tampak berbeda, karena Silvia melihat betapa Ramond sangat memperhatikannya.
"Boleh aku Tanya sesuatu, kak?" Kata Silvia pada Ramond yang masih sibuk dengan makanan di tangannya.
"Tanyalah." Ucap Ramond lalu menyuapi Silvia makanan.
"Kenapa kakak melamun, apa yang sedang kakak pikirkan?" Tanya Silvia sambil menatap Ramond lekat.
Ramond terdiam, lalu kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya, Silvia ikut terdiam, dia hanya ingin Ramond membagi kesusahan dengan dirinya bukan mau ikut campur, toh sekarang dia istrinya jadi tak ada yang salah jika Ia bertanya pada Ramond bukan?
Ramond meletakkan sendok yang tadi mereka gunakan dalam tempat makan, lalu merapikannya ke dalam papperbag. Setelah mencuci tangan dan mengambil minuman mineral dari dalam kulkas kecil yang ada di pojok ruangan, Ramond kembali duduk di sofa kali ini Ia memilih duduk disamping Silvia.
Silvia terdiam, lalu meminum air mineral yang tadi diambilkan oleh Ramond untuknya.
"Ada kabar tentang Yola." Ramond memulai menjawab pertanyaan dari Silvia.
"Kabar apa kak?" Tanya Silvia dengan hati tak nyaman karena Ia tahu jika Ramond masih menyayangi Yola.
"Ingin kabar baiknya atau kabar buruknya dulu?" Ramond balik bertanya pada Silvia membuat Silvia mengerutkan dahi.
"Ehm… kabar buruk saja dulu." Jawab silvia lalu mengambil bantal sofa dan merebahkan kepalanya di pangkuan Ramond.
"Apa kabr buruknya?" Tanya Silvia pada Ramond.
Ramond menarik nafas panjang, lalu membelai rambut Silvia dengan sayang.
"Yola terserang Leukimia, dan kini sedang menjalani pengibatan intensif dan akan menjalani operasi donor sum-sum tulang dari Jhonatan." Silvia mengubah posisinya menjadi terlentang, lalu menatap Ramond yang kini juga menatapnya.
"Lalu apa kabar baiknya?" Tanya Silvia sambil memainkan dasi yang di kenakan oleh Ramond.
"Kabar baiknya, kini Yola telah menikah dengan Abdul putra kyai ditempat Yola menimba ilmu agamanya kini."
"Setidaknya kini ada seseorang yang akan selalu menjaganya dan bersamanya dalam situasi apapun seperti saat ini."
"Hm. Kamu benar, aku juga bersyukur tentang itu, dan semoga saja operasi yang akan dijalani oleh Yola berjalan dengan lancar."
"Amiin, kak. Apa kakak tidak ingin menjenguk Yola?" Tanya Silvia pada Ramond, lalu Ramond menatapnya lekat.
"Nanti setelah sekolahmu libur kita kembali ke sana ya, sekalian aku ingin mengenalkanmu pada Oma dan Opa juga kakek, Momma."
"Ya, kakak tidak apa-apa jika pulang sudah membawa istri?"
"Tidak apa-apa aku sudah mengatakan semua pada mereka tentang kondisi kita waktu itu, dan mereka sangat lapang dada menerimanya."
"Mereka sangat menyayangimu, kak."
"Ya, kamu benar Silvia, aku tak kan punya siapa-siapa lagi jika tak ada mereka. Dulu aku hanya mengenal mommy dan Daddy saja, tanpa mengenal papa kandungku, kau itu kan?"
"Ya, bahkan sampai kini keluarga dari mommy kakak tidak mau menerima kakak."
Ramond menarik nafas panjang, "Itu tak menjadi persoalan untukku, karena memang aku sangat menyayangi mommy dan aku mengikuti apa kata mommy untuk tidak membenci mereka dan tidak membuat itu menjadi masalah."
"Mommy kakak pasti orang yang sangat baik."
"Itu benar, mommy orang yang sangat baik, sifat dan sikapnya hampir seperti Yola."
"karena itukah kakak menyayangi Yola?" Tanya Silvia sambil memainkan rahang Ramond.
"Bukan, tapi karena Yola selalu membuat aku tertawa, dia gadis yang lucu, tingkahnya selalu diluar dugaan." Ucap Ramond sambil menerawang mengigat tingkah laku Yola sedari kecil hingga kini.
"Kakak masih sangat menyayangi Yola."
"Iya, itu benar, maafkan aku ya." Silvia tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh Ramond lalu Ia bangkit dan duduk dipangkuan Ramond setelah mengambil bantal yang tadi Ia pakai untuk rebahan diatas paha Ramond.
"Iya kak, tak masalah. Kita pelan-pelan aja." Ucap Silvia lalu mencium ujung bibir Ramond, membuat keduanya saling menatap satu sama lain, ini kali pertama bagi mereka mencium selain di kening dan puncak kepala.
"Jangan menggodaku, Silvia. Aku laki-laki normal dan keturunan dari papaku."
"Ya aku tahu kakak keturunan dari papa Matt, yang terkenal garang di negara ini."
"Kau tahu, ayahku seseorang yang mengilai istrinya, walau dulu papa tidak terlalu mencintai mama tapi nyatanya papa adalah pria yang selalu takluk dengan kemolekan tubuh wanita terutama mama. Dan aku juga demikian. Jangan mengangguku jika tak ingin menerima akibatnya Silvia."
"Memangnya kenapa? Kita sudah menikah, dan sah-sah saja jika kita berciuman bukan?"
"Tapi itu akan membangunkan yang lain." Ucap Ramond sambil menatap lekat wajah cantik Silvia.
"Tak masalah jika itu bisa membuat kita saling memiliki satu sama lain."
"Jangan bercanda Silvia, kamu masih sekolah."
"Sekolahku bahkan di rumah. Diluar sana bahkan banyak yang belum menikah tapi melakukan lebih dari sekedar ciuman kak."
Tanpa di duga oleh Silvia, Ramond menarik dagu Silvia lalu perlahan melumat bibir merah muda istrinya, membuat Silvia mengerjap-ngerjapkan matanya karena merasakan sesuatu yang asing yang baru pertama kali Ia rasakan.