aku, kamu, and sex

Lebih dekat denganmu.



Lebih dekat denganmu.

1Hari ini untuk pertama kalinya Ramond dan Silvia merasa begitu dekat, setelah saling memuaskan akhirnya mereka membersihkan diri dengan mandi bersama. Dan untuk pertama kalinya juga Silvia berani melakukan itu dengan Ramond.     

"Kamu ga mau membuka bajumu?" Tanya Ramond pada Silvia yang masih terengah pasca pelepasannya. Ini hal baru untuk Silvia, dia pun sebenarnya masih bingung dengan apa yang mereka lakukan, dan dia juga bingung hanya dengan disentuh oleh suaminya kenapa bisa senikmat itu rasanya?     

"Kamu ga mau membuka bajumu?" Ramond mengulangi pertanyaannya.     

"Ha?"     

"Buka bajumu." Titah Ramond, melihat Silvia yang kehilangan fokus, maka Ia berinisiatif langsung menyuruh Silvia untuk membuka bajunya.     

"Malu kak." Ucap Silvia sambil mendongak menatap Ramond yang terkekeh.     

"Bahkan aku baru saja menyentuh area sensitifmu." Bisik Ramond membuat wajah Silvia bersemu merah.     

Ramond menurunkan resleting di pungung Silvia, lalu menurunkannya secara perlahan. Silvia hanya menurut dan diam saat Ramond membuka satu persatu kain penutup tubuhnya.     

Ramond kembali memeluk Silvia saat keduanya naked, mereka berendam air hangat bersama di dalam Bathup. Silvia memejamkan matanya saat merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Ramond, apa lagi area sensitifnya yang masih berkedut bergesekan langsung dengan kebanggaan Ramond, membuat gelenyar aneh yang kini mereka rasakan.     

"Silvia." Bisik ramond disertai desahan ditelinga Silvia yang menambah mereka makin terbakar gelora hasrat bercinta.     

"Hm." Ucap Silvia dengan memejamkan matanya kedua tanagnnya mengengam kedua tangan Ramond yang bmelingkar di atas perutnya.     

"Kulitmu halus." Puji Ramond.     

"Kau merayu, Kak." Ucap Silvia lalu merasakan sesuatu di bawah sana kembali bangkit membuat Silvia langsung membuka matanya perlahan.     

"Kak,"     

"Hm."     

"Ini." Silvia memegang sesuatu yang mendadak ingin selalu ia pegang.     

"Dia menginginkannya lagi, Boleh?"     

Silvia mengangguk.     

"Jangan disini, nanti kita masuk angin, kita sudah terlalu lama berendam." Ujar Ramond, lalu bangkit mengajak Silvia mandi di bawah kucuran shower.     

"Mandilah, kita sholat dulu." Ucap Ramond lalu membantu Silvia mengunakan sabun, dan membilas kepala Silvia.     

"Tak perlu kamu tutupi, aku sudah memegangnya." Kata Ramond Lalu mengurai tangan Silvia yang menutup dadanya.     

Ramond menatap tubuh mulus Silvia yang polos tak tertutup sehelai benagpun, membuat Silvia mengigit bibir bawahnya menunduk.     

Ramond menarik dagu Silvia lalu perlahan melumat bibir mungil yang berwarna kemerahan dan sedikit bengkak karena ciuman panas mereka sedari tadi.     

"Kau memiliki tubuh yang bagus, dan aku pria beruntung mendapatkannya, bukan Cuma tubuhmu, namun aku yakin, aku juga akan mendapatkan hatimu." Ucap Ramond.     

Silvia mengangguk, "Dan aku siap memberikan segalanya padamu, termasuk hatiku. Dan aku juga berharap aku juga memiliki hatimu."     

"Kau akan mendapatkannya, bahkan kini kau sudah mendapatkan aku."     

"Mari kita mulai kehidupan bahagia kita." Ucap Ramond lalu memeluk tubuh polos Silvia, lalu mengecup pundaknya.     

"Ayo madi." Ucap Ramond, lalu keduanya melanjutkan ritual mandi mereka dengan tidak mencampuri satu sama lain. Beberapa menit kemudian mereka menyelesaikan ritual tersebut.     

Ramond memberikan handuk pada Silvia setelah mengambil satu handuk untuk dirinya sendiri.     

"Wudhulah, kita sholat dulu."     

"Lalu?"     

"Lalu kamu maunya apa?" Tanya Ramond sambil tersenyum lalu keluar dari kamar mandi terlebih dahulu.     

Setelah menggunakan pakaian, mereka melakukan sholat bersama.     

"Kamu lapar?" Tanya Ramond lembut setelah mencium puncak kepala Silvia.     

"Belum, kak. Kakak lapar?" silvia Tanya balik pada Ramond.     

"Tidak, aku hanya ingin bersamamu mala mini."     

Silvia mendekati Ramond lalu memeluknya erat, "Aku tak tahu apa ini cinta atau bukan, yang aku tahu aku selalu ingin dekat dengan kakak, aku tak ingin kehilangan kakak."     

Ramond membalas pelukan Silvia tak kalah erat lalu berujar, "Aku juga sama, sehari tak melihatmu rasanya ada sesuatu yang kurang."     

"Ayo kita tidur." Ajak Silvia, dan Ramond mengangguk.     

"Biar aku saja yang membereskan ini kak." Ucap Silvia saat Ramond akan merapikan perlengkapan sholat mereka.     

"Baiklah, aku yang merapikan tempat tidur." Silvia tersenyum dia bersyukur karena mendapatkan suami yang baik seperti Ramond.     

'Kau tak salah memilihkan pendamping untukku, ayah.' Gumam Silvia dalam hati, sambil menatap Ramond yang sedang merapikan bantal di atas tempat tidur, sedangkan Ia melanjutkan merapikan perlengkapan sholat dan meletakkannya di dalam lemari.     

Silvia mendekati Ramond yang sudah terbaring lebih dahulu di atas ranjang, Silvia merebahkan kepalanya di dada Ramond yang hanya mengenakan kaos putih polos dan celana boxer pendek.     

Tanpa sadar tangan Silvia bergerilya di atas tubuh Ramond mulai dari dada hingga ke perut membuat gambar bulatan-bulatan tanpa jejak, kecuali jejak hasrat yang masih tersisa di dalam diri Ramond.     

Sungguh Ia belum ingin melakukan hal itu dengan Silvia, karena Ia telah berjanji dengan orang tuanya untuk tidak membuat Silvia hamil muda apa lagi sekarang Ia masih sekolah.     

"Jangan menggodaku lagi, Sil. Aku takut tak bisa mengontrol diriku." Ucap Ramond sambil mencekal tangan Silvia yang masih berputar-putar di sekitar perutnya.     

"Kenapa hasrus dikontrol?"     

"Aku tak mau membuatmu hamil secepat ini."     

"Ya kalau udah takdir mau gimana, lagi pula kita sudah menikah sah dimata hukum dan agama, jadi sah-sah juga kan kalau kita berbuat lebih."     

"Kamu benar-benar…." Ramond tak melanjutkan kata-katanya, namun Ia langsung meraup bibir mungil yang sedang mengerucut di depannya.     

"kakak!" Teriak Silvia saat Ramond melepaskan tautan bibir mereka.     

"Manis, aku suka." Ucap Ramond sambil tersenyum, begitu juga dengan Silvia yang juga tersenyum manis.     

"Kalau hanya seperti tadi boleh kan kak?"     

"Kenapa memangnya?"     

"Aku jadi penasaran ingin merasakannya lagi." Ucap silvia tanpa malu-malu.     

Ramond kembali mencium Silvia dengan lembut, lalu semakin lama ciuman itu berubah menjadi lumatan yang mengelora dan semakin intens, tangan Ramond semakin tak terkendali, meluncurkan agresi ke berbagai titik kelemahan Silvia yang mulai luluh karena tembakan gelora hasrat yang membara.     

"Kak…" Panggil Silvia dengan suara mirip desahan, membuat Ramond semakin menggila dan merubah posisinya menjadi di atas tubuh Silvia.     

Ciuman Ramond beralih pada leher putih yang terdapat bercak merah akibat ulahnya di kamar mandi, Ramond dan Jelita sama-sama menikmati keintiman mereka berdua. Membebaskan rasa yang selama ini membelenggu mereka.     

"Aghhhhh…Euggh." Lenguh Silvia saat mulut Ramond telah memenjarakan dua puncak dada berwarna merah muda itu ke dalam mulutnya.     

Silvia lagi-lagi melenguh nikmat, kedua tangannya melingkar dileher Ramond.     

Bibir Ramond kembali bergerilya hingga kepusar perut rata istrinya, entah sejak kapan pakaian yang mereka kenakan telah terongok dilantai.     

Ramond membuka lebar kedua kaki jenjang Silvia, dan disanalah mulutnya bergerilya dengan indah, membuat lenguhan panjang istrinya tak terelakkan.     

Ramond menatap lembah indah di hadapannya yang baru saja mengeluarkan lava kenikmatan hasil perbuatannya. Ia tersenyum lalu kembali melanjutkan aksinya mengaduk tempat itu hingga sesuatu yang masih tersegel terlihat dengan jelas dimatanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.