Maunya berapa?
Maunya berapa?
"Kamu kenapa sayang?"
"Pingin hamil."
Ronald terkekeh, lalu membelai pipi sang istri dengan lembut. "Oke, aku juga ingin punya anak. Kamu ingin punya anak berapa?"
"Ehm…. Empat, lima atau delapan."
"Ha?! Serius?" Tanya Ronald sambil tersenyum seolah Rena sedang mengeluarkan sebuah lelucon. Padahal tidak sama sekali, istrinya ini sungguh-sungguh ingin mempunyai anak yang banyak, tidak ingin seperti dirinya yang terlalu lama menjadi anak tunggal sekalinya punya saudara itu pun hanya satu, Danil. Dia ingin rumahnya ramai tawa dan tangis anak-anak mereka, mungkin itu salah satu sebab Rena menikah menikah, agar dia lebih banyak bisa memproduksi anak tidak terganggu oleh usianya yang semakin menua.
"Aku serius, usia ku masih sangat muda, jadi banyak waktu dan kesempatan untuk aku melahirkan, bagaimana? Apa kau keberatan, sayang?"
"Tentu saja tidak, hanya saja aku takut perhatianmu akan teralihkan pada anak-anak dan melupakanku jika kita mempunyai banyak anak."
"Kamu terlalu ketakutan sayang. Lagipula ayah macam apa yang cemburu pada anak sendiri, hm…" Ucap Rena sambil menoel pipi suaminya.
"Macam akulah, aku bukannya cemburu tapi aku ingin selalu kamu perhatikan."
"memangnya selama ini. Rena ga perhatiin Om?"
"Perhatiin, banget malah, ya udah kita punya anak sepuluh, gimana?"
"Tadi keberatan, sekarang nantangin minta anak sepuluh." Cibir Rena.
Ronald tertawa, tak berapa lama mereka sampai di rumah papa dan mamanya. Penjaga rumah langsung dengan sigap membukakan pintu untuk Ronald dan Rena.
Dengan senyum yang masih mengembang, Rena turun dari mobil lalu menunggu sang suami yang sedang berbicara pada pak Atmo, sang penjaga rumah.
"Yuk masuk."
"Ada apa?"
"Pak Atmo bilang tadi ada teman papa kesini, tapi karena rumah kosong terus beliau balik."
"Oh, mama sama papa kapan pulang ya, kangen nih sama masakan mama."
"Masih lama kayaknya, aku jauga kangen sama masakan mama, apalgi semur dagingnya."
"Iya, masakan mama enak banget, Rena kan belum selesai belajar masak Semurnya sama mama."
"Ya, kapan-kapan kita ke villa, nengokin papa dan mama."
"Oke, akhir minggu aja gimana? Kan Om libur."
"Ehm…boleh juga."
Ronald dan Rena masuk kedalam kamar mereka, Ronald mencuci kakinya ke kamar mandi lalu mengganti pakaiannya dengan piyaman tidur. Begitu juga dengan Rena, yang langsung bergantian ke kamar mandi lalu mengganti pakaiannya dengan lingeri yang ia beli tadi siang.
Demi apa mala mini Rena terlihat makin seksi dengan pakaian berwarna hitam itu, kedua gunung kembarnya terlihat begitu menggoda terlihat padat dan berisi, belum lagi bentuk tubuh Rena yang memang indah dengan bongkahan di belakangnya yang menonjol seksi karena hanya tertutup lingeri yang ia pakai.
Perut ratanya terlihat mulus dan halus, di tambah rambut panjang Rena yang sengaja digerai, menambah kesan seksi pada diri Rena. Hanya dengan melihat pemandangan seperti itu saja sesuatu di bawah sana terasa sesak memberontak minta di lepaskan dari segi tiga yang mengungkungnya.
Rena mendekati Ronald yang sedang duduk di sofa menghadap ke halaman samping rumahnya, dengan penerangan yang redup Rena duduk mengangkang di atas pangkuan sang suami, kedua tangannya melingkari indah di leher suami yang sedang menatapnya sambil memeluk pingangnya.
"Lagi-lagi kau menggodaku, sayang." Ujar Ronald lalu mencubit hidung sang istri gemas.
"Sepuluh." Jawab Rena singkat dan bibirnya menyungingkan senyuman.
"Baiklah sayang, dengan senang hati, akan ku berikan kau sepuluh anak." Ucap Ronald sambil tertawa lebar.
"Sayang, tapi aku tetep boleh kuliahkan walau aku hamil?"
"Selama itu tak membuatmu sulit, maka kau boleh melakukan kegiatan apapun, asal tidak membahayakan dirimu dan anak-anak kita."
"Oke, terimakasih sayang."
"Apapun untuk mu." Balas Ronald lalu mulai mencium bibir mungil sang istri yang begitu ia sukai.
"Ehmmmm…" Suara merdu pengundang gairah meluncur indah dari mulut keduanya.
Perlahan tangan Rena meraba dada bidang sang suami dan melepaskan ikatan piyamanya. Ronald bangkit dari sofa sambil mengendong istri mungilnya seperti bayi koala.
Perlahan menurunkan tubuh seksi sang istri ke atas ranjang, dan membenamkan wajahnya kedalam dada sang istri yang membuatnya lupa segalanya. Entah berapa lama mereka bermadu cinta dimalam itu hingga mereka tertidur karena lelah yang mendera.
Tepat setelah bunyi adzan subuh berkumandang, Rena bangun dari tidurnya, mengucek matanya lalu meregangkan tubuhnya. Rena menatap sang suami yang masih tertidur pulas. Mata coklatnya menelusuri tubuh sang suami yang penuh bercak merah karena ulahnya semalam.
Rena tersenyum, tubuh itu yang selalu ia rindukan, wajah tampan itu yang selalu ada dalam ingatannya. Tangan Rena menelusuri lekukan tubuh sang suami lalu berhenti di benda pusaka yang menegak menantang dirinya untuk segera melahap benda itu.
Tanpa aba-aba Rena menyibak selimut yang berada di atas tubuh sang suami lalu melumat benda yang menjadi kegemarannya itu. Perlahan tubuh sang suami mulai bereaksi.
"Aggghhhh…" Erang Ronald.
"Rennnnaaa apppah yang kauuu lakkkuukkkan sayyyang?" Tanya Ronald dengan suara tertahan karena gairah yang semakin memuncak.
Rena terus melumat, dan mengocok pelan benda pusaka sang suami membuat Ronald semakin melebarkan kedua pahanya agar sang istri lebih nyaman berada di tengah-tengah selangkangannya.
"Kammmuuu…nakkkallll sayang." Ronal mengeram nikmat, matanya terbuka dan menatap sang istri yang sedang mengulum benda pusakanya dengan nikmat.
"Aggghhhh…ini nikmat sayang." Ronald meracau karena deraan nikmat imbas permainan sang istri.
Ronald sudah tak tahan benda pusakanya berkedut tanda ia ingin mencapai puncaknya, lalu Rena mempercepat gerakan tangannya mengocok benda pusaka milik sang suami, dan tak berapa lama cairan kental berwarna putih itu menyembur membasahi tangan Rena.
Rena berjalan ke kamar mandi untuk mencuci tangannya yang terkena lelehan cairan milik sang suami, lalu diikuti oleh Ronald yang sudah berdiri dibelakangnya sambil memeluk tubuhnya erat.
Rena merasakan sesuatu masih mengeras dibawah sana, lalu ia menyalakan shower dengan air hangat yang seketika menyiram tubuh keduanya.
Tangan Ronald bergerak agresif membalas perlakuan sang istri, perlahan remasan tangan besar didada istri beralih menyusuri lekukan indah tubuh sang istri, lalu berhenti diantara lembah lembab dan basah mengaduk benda mungil yang menggoda untuk selalu ia jamah.
"Euugggghhh…OM….ahhhhh…" Rena terus mendesah menyebut sang suami, hingga ia mendapatkan pelepasannya. Ronald membalik tubuh sang istri dan melesakkan benda pusaka tegangnya pada lubang surgawi kegilaannya.
Ronald terus memompa gerakannya dengan tempo cepat, membuat sang istri makin gila dan melenguh nikmat karena gempuran yang bertubu-tubi dari sang suami. Sampai akhirnya ia mendapatkan pelepasannya lalu beberapa menit kemudian di susul oleh lenguhan panjang keduanya yang bersama-sama memperoleh kenikmatan surgawi.