Pergerakan 1
Pergerakan 1
Tak
Tak
Arka mengetuk-ngetukkan ujung jarinya pada meja di depannya, matanya tajam menatap layar laptop yang menyala terang, disampingnya duduk Ronald dan Arlita yang sama penasarannya dengan Arka.
"Jadi kesimpulanku, penyerangan yang beberapa hari ini terjadi bukan ditujukan untuk dirimu, tapi pada orang lain." Ucap Arka dengan menopang dagunya diatas meja, lalu menatap tajam pada Ronald dan Arlita.
Lalu ketiganya serempak berucap, "REY!!". Secepat kilat ketiga bangkit dari kursi yang mereka duduki dan berlari menuju ke parkiran.
"Jangan bawa mobil, jam segini jalanan macet, waktu kita tidak banyak, kita pakai motor aja.." Ucap Arka yang langsung diangguki Oleh Ronald dan Arlita.
"Arlita berlari keparkiran motor dinas lalu mengambil salah satu motor disana, lalu memacunya cepat dan berhenti tepat di hadapan Ronald, dengan sigap Ronald mengambil alih kemudi, dan Arlita mundur kebelakang membonceng Ronald, sedangkan Arka telah berangkat lebih dahulu ke lokasi Rey sedang meninjau proyek perumahan.
Jantung mereka bertalu kencang, berpacu dengan waktu demi menyelamatkan nyawa orang yang mereka sayangi, adik dan adik ipar.
Arka mengambil jalan p[intas untuk bisa secepatnya tiba di lokasi, begitu juga dengan Ronald yang berboncengan dengan Arlita.
Arlita terus menekan tombol di ponselnya untuk menghubungi Rey namun tak juga panggilannya diterima oleh Rey, Arlita semakin panic dan jantungnya bertalu lebih cepat.
"Ronald ayo cepat!!" Seru Arlita pada Ronald yang memegang kendali laju motor.
"Pegangan!" Teriak Ronald pada Arlita, seketika Arlita mengeratkan pegangannya pada Ronald dan motor itu melaju lebih cepat menyalip zigzag motor dan mobil yang ada di depan mereka, bahkan mereka tak perduli dengan teriakan dari pengendara lain terhadap kenekatan mereka di jalan raya.
Sedang di tempat lain, dua mobil yang berisikan enam orang penembak jitu juga sedang meluncur ke jalanan menuju ke tempat dimana Rey berada saat ini, mereka adalah anak buah dari Kingdom Crush yang mencurigai Rey sebagai tukang penyabotase data mereka, dank arena dia pula kerja sama dengan Richard Mahendra menjadi kaccau dan membawa dampak untuk kingdom crush menjadi hampir bangkrut seperti sekarang.
Sedangkan Rey masih saja santai dengan berdiri diantara bangunan-bangunan perumahan elit yang baru saja dibangun, bahkan dia tampak berbincang dengan para mandor dan arsitek yang menemaninya berkeliling untuk meninjau proyek bernilai milyaran itu.
"Jadi bagaimana pak Rey?" Tanya sang Arsitek.
"Di depan sana apa tidak bisa jika ditambahkan taman untuk penyegar, atau kolam kecil, mungkin bisa menambah kesan estetik di area tersebut." Ucap Rey sambil menunjuk ke sebuah lahan kosong di antara jalan perumahan.
"Tentu pak Rey, nanti saya akan membuat gambarannya dan saya akan kirimkan secepatnya pada bapak."
"Oke, baiklah, dan tolong musholanya agak di percepat pembangunannya, supaya sang penghuni perumahan bisa segera menggunakannya. Jangan sampai seluruh unit perumahan sudah siap huni tapi musholanya belum selesai, usahakan semua bisa selesai secera bersamaan." Perintah Rey pada mandor dan arsiteknya.
Lalu tak lama asisten jelita yang sekarang menjadi asisten Rey datang menemui mereka.
"Selamat siang Pak Rey." Sapa pak Wahyu sang asiten handal dan kepercayaan Jelita dan mendiang ibunda Danil.
"Selamat siang Pak Wahyu, bagaimana dengan tugas yang saya berikan pada bapak?" Tanya Rey pada sang asisten.
"Semua sudah siap Pak Rey, dan terkondisikan dengan baik, hanya bukan itu yang ingin saya sampaikan." Ucap Wahyu dengan raut wajah yang kebingungan, Rey mencium sesuatu yang tidak beres , kemudian mengajak Wahyu untuk masuk ke kantor pengembang.
"Ada apa Pak wahyu?" Tanya Rey setelah mereka duduk di sofa kantor.
"Tuan Ronald menelpon saya, agar anda berhati-hati, ada yang mengincar anda saat ini, dan juga Tuan Ronald dan Pak Arka sedang menuju kemari."
"maksudnya?"
"Mana ponsel anda?"
"Astaghfirullah, saya lupa membawanya, ponsel saya tertinggal dimobil." Rey baru saja akan bangkit dari duduk nya namun Wahyu mencegahnya.
"Biar saya saja yang mengambil, saya takut para penjahat itu sudah tahu lokasi anda, dan sedang mengincar anda di dekat sini." Kata Wahyu lalu segera menuju ke parkiran di mana mobil Rey terparkir sebelum Rey menjawab ucapannya.
Namun baru saja Wahyu sampai di samping mobil, terdengar bunyi tembakan berkali-kali membuat semua pekerja proyek langsung menundukkan kepalanya bahkan ada yang langsung tiarap, karena ketakutan.
Rey langsung menyelinap keluar dari ruangan dan menuju mobilnya untuk melihat keadaan wahyu. Rey mengendap-endap dan akhirnya sampai dimana wahyu tergetak dengan darah dmengucur di bahu kirinya.
"Wahyu!" Ucap Rey yang langsung berlari hendak mendekat namun terdengar bunyi tembakan yang mengenai mobil Rey, lalu tak lama tempakan bertubi-tubi datang dari beberapa penjuru, membuat Rey langsung menundukkan kepalanya sambil berjalan menghampiri wahyu, yang mulai lemas.
"Pak Rey." Ucap Wahyu dengan nafas yang terengah.
Rey mengeluarkan saputangannya lalu membalut menekan agak keras agar darah yang mengalir tak terlalu banyak.
"Tenang saja, sepertinya Arka dan Arlita sudah sampai disini. Bertahanlah." Ucap Rey sambil memapah Wahyu untuk segera masuk ke dalam mobilnya.
"Bertahanlah Pak Wahyu, kita akan kerumah sakit sekarang." Kata Rey yang panic dengan kondisi asistent nya.
Rey melajukan mobilnya diantara bunyi desingan peluru yang membahana, dan Ia bisa melihat Ronald yan g mengacungkan senjata kearah mobil yang tadi menembak wahyu.
"Rey!!" Teriak Arlita.
"Aku tidak apa-apa. Tapi pak wahyu kena tembakan aku harus kerumah sakit sekarang." Ucap rey pada Arlita yang langsung kembali menjalankan mobilnya setelah mendapat anggukan dari Arlita.
"Pak Rey." Ucap Wahyu sambil terengah, dan matanya melirik kearah Rey yang sibuk menyetir.
"Bapak diam saja dulu." Perintah Rey.
"Apa orang-orang itu musuh mendiang ibunda Danil?" Kata Wahyu sambil mencoba menormalkan deru jantung dan nafasnya.
"Apa maksud bapak?" Tanya Rey tak mengerti dengan maksud ucapan Wahyu.
"Saya sudah dua puluh tahun mengabdikan diri saya pada keluarga Pak Danil, jadi saya tahu persis, ada yang mengincar nyawa pak Danil, namun pak Danil selalu selamat."
"Apa?" Rey tambah tak mengerti dengan ucapan Wahyu.
"Dulu sewaktu masih kecil Pak Danil, menjadi target penculikan tapi selalu gagal, yang terakhir justru malah keponakan saya yang jadi korban penculikan, hingga kini belum di ketemukan, keponakan saya adalah sahabat kecil pak Danil, baru setelah dewasa di aberkawan denagan Tuan Ronald."
"Apa bapak tahu, hubungan Tuan Handoko, Tuan Richard dan papa saya?"
"Setahu saya, Tuan handoko, Papa anda adalah bkolega bisnis yang baik dengan Tuan Frans ayahnya Pak Danil, itu saja."
Rey terus berpikir keras, mengumpulkan keeping demi keeping pazel yang terserak di dalam otaknya, lalu mencoba ia rangkai menjadi sebuah cerita teka-teki yang belum terungkap.
Mobil yang Rey kendarai sampai di halaman rumah sakit dan dengan sigap Rey keluar dari mobil lalu membawa Wahyu ke UGD untuk mendapatkan perawatan.
"Rey!!" Teriak Humaira yang langsung menghambur kepeluka suaminya yang masih terengah, Rey balik memeluk tubuh Humaira yang sedang menangis karena menghawatirkannya.
"Sudah, tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Ucap Rey sambil membelai pungung istrinya.