Pertemuan Ronald dan Rena 3
Pertemuan Ronald dan Rena 3
Namun itu semua sudah cukup dengan selalu bersama dan saling memberi perhatian dan rasa sayang satu sama lain.
"Jadi Om Ronald itu sahabatan sama kak Danil dari masih sekolah?" Tanya Rena sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulut Ronald.
"Hm." Jawab Ronald dengan gentian menyuapi Rena.
"Kenapa Om Ronald kemarin bilang menyukai Rena?" Tanya Rena pelan karena sedikit rasa takut jikan Ronald marah.
"Karena aku memang menyukaimu."
"Kenapa?"
"Karena kamu keras kepala dan susah diatur."
"Kenapa begitu?"
"Karena membuat aku jadi selalu ingin mengaturmu."
"Kok."
"Dengarkan aku baik-baik, kau tinggal disini bersama kakakmu, selesaikan pendidikanmu dengan baik disini, aku akan selalu mengunjungimu jika ada waktu, dan jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain selain aku, kakakmu dan dua pria tua yang ada di dalam."
Rena terkekeh, "Maksud om pria tua itu, ayah?" Rena tertawa.
"Hm, itu maksudku."
"Kenapa Rena ga boleh dekat dengan laki-laki lain selain mereka?"
"Karena hanya aku yang boleh dekat denganmu, apa kau paham?" Jawab Ronald sambil mencubit hidung Rena gemas.
"Aduuhh Om sakit." Keluh Rena sambil memegang hidungnya yang memerah.
"Memangnya kapan om pulang?"
"Besok."
"Ha! Besok?"
"Hm."
"kenapa cepat sekali?"
"Adikku mau menikah dua hari lagi, apa kau mau ikut pulang?"
Rena mengeleng, "Cukup sudah bisa bertemu om disini, Rena sudah senang, paling tidak om sudah tahu kalau Rena baik-baik saja."
"Bener ga mau pulang? Ga rindu sama rumah?"
"Aku rindu sama Om, dan sekarang Om sudah disini, ya udah deh, lagian Rena mau kumpul sama keluarga Rena, sama ayah dan kakak." Ucap rena polos.
"Bener rindu sama aku?" Tanya Ronald sambil membersihkan sisa makanan di ujung bibir Rena.
Rena mengangguk tegas.
CUP
Ronald mengecup kening Rena sekilas, kemudian pergi ke dalam menaruh piring sisa mereka sarapan.
Rena terbengong merasakan kecupan singkat tapi anehnya membuat jantungnya seakan mau copot, hingga ia kembali melihat Ronald kembali ke arahnya sambil membawa gelas berisi air putih di tangannya.
"Minumlah." Ronald memberikan gelas itu pada Rena, kemudian mengacak rambut Rena gemas.
"Kan rambut Rena jadi berantakan Om."
"Sini om sisir."
"Mana sisirnya?"
"Ini sisirnya." Ronald memperlihatkan kelima jarinya tepat didepan wajah Rena.
Ronald bangkit dan berdiri di belakang Rena, menyisir rambut Rena menggunakan jari-jari tangannya, kemudian menguncirnya di atas kepala. Merepikan poninya dan …
"Coba lihat apa hasil sisiranku bagus?" Tanya Ronald sambil menatap lekat wajah Rena.
"Bagaimana caranya Rena bisa lihat?" Tanya Rena polos.
"Tatap mataku, bukankah disana hanya ada gambar wajahmu?" Ronald menangkup kedua pipi Rena agar dia dapat melihat dirinya didalam bola mata Ronald.
"Benar juga, hanya ada Rena disana."
"Disini juga Cuma ada Rena." Kata Ronald sambil meletakkan tangan Rena dimana jantungnya sedang berdetak. Wajah Rena memerah mendengar ucapan dari pria di depannya.
"EHEMM!!" Suara itu mengagetkan keduanya, Rena spontan melepas gengaman tangan Ronald ketika melihat sang ayah dengan wajah garang berdiri di belakang Ronald.
"Ayah." Sapa Rena lalu menunduk takut.
"Ayah mau bicara dengan Ronald sebentar, boleh?" Tanya Richard lembut pada sang anak, Rena mengangguk dan masuk ke dalam rumah setelah mendapat anggukan dari Ronald.
Setelah memastikan sang anak sudah benar-benar masuk ke dalam rumah, Richard menarik nafas panjang kemudian duduk di bangku panjang tempat Rena tadi duduk.
"Ada apa, Om?" Tanya Ronald sopan.
"Danil sudah mengatakan semua pada om, tentang dirimu, dan tentang apa yang harus kamu lakukan jika ingin memiliki Rena." Ucap Richard pelan.
"Om hanya ingin memberikanmu ini," Richard memberikan flash disk pada Ronald.
Dahi Ronald mengernyit, "Apa ini, Om?"
"Semua data-data yang kau perlukan untuk mengetahui siapa dalang dari orang yang menculikmu, dan juga menghancurkan keluargamu."
"Dari mana om mendapatkan ini?"
"Kau tentu tahu, jika om lebih banyak terjun di dunia hitam bukan? Jadi tak sulit om bagi om untuk mendapatkan ini, anggap saja ini adalah bagian terimakasih om, karena kamu sudah meledakkan gudang dan pabrik obat terlarang om, dan menghanguskan bukti-bukti itu, kalau tidak om akan mendapat hukuman lebih berat lagi, ketika om menyerahkan diri ke polisi setelah ini."
"maafkan saya om."
"Om tahu kamu orang yang baik dan bisa di percaya, tadinya om ragu saat melihatmu di rumah sakit begitu dekat dengan Rena, tapi setelah Danil menceritakan segalanya, Om jadi paham kenapa kau bisa terlibat di dunia hitam, karena Om juga sama sepertimu."
"Maksud Om?"
"Sejak dulu, Om mengira bahwa anak laki-laki om yang diculik dan dibawa kabur oleh mafia itu, ternyata Laila ibunya Danil menyelamatkan Danil tepat waktu dan yang dibawa oleh penculik itu bukan Danil tapi Regan, anak dari asisten Laila, ibunya Danil."
"Regan?"
"Apa kamu tahu tentang Regan?"
"Aku tahu dimana dia kalau tebakanku tidak salah, tapi aku juga belum yakin apa yang dimaksud om Regan itu apa bukan."
"Dimana kau melihatnya?"
"Beberapa waktu yang lalu ada ketua mafia dari negara C datang kenegara kita untuk menemui polisi bernama Arlita."
"Arlita?"
"Ya, polisi yang om tembak saat pengerebekan gudang om."
"Ketua mafia itu adalah mantan pacar Arlita dan mereka mempunyai anak bernama Ramond, dan anak itu menjadi anak angkat saja."
"Ketua mafia itu ingin membawa Arlita dan Ramond, namun mereka berdua tak bersedia, dan ketua mafia itu tertangkap, namun dua orang yang ada bersamanya lolos kembali ke negara asal mereka, dan salah satu dari mereka bernama Regan, yang memang asli berasal dari negara yang sama dengan kita."
"Om akan berterimakasih jika kamu menyelidiki tentang orang itu,"
"Baiklah om, karena Ronald juga mencari Regan."
"Untuk?"
"Reganlah yang menyelamatkan saya, dan mengeluarkan saya dari penampungan para penculik itu."
"Oh begitu rupanya."
"Benar om, dari dulu saya mencari keberadaannya, tapi memang tidak mudah, karena sekarang kami sudah dewasa dan cukup sulit untuk mengenalinya bukan?"
"Kau benar Ronald."
"Kau bisa menngunakan fasilitasku di negara C dan R jika kau datang kesana, karena aku yakin, mereka ada di sana."
"Terimakasih banyak om, setelah acara pernikahan Rey selesai, saya akan segera berangkat ke negara C dan R untuk menyelesaikan semuanya."
"Apa kau benar-benar mencintai Rena?" Tanya Richard sambil melirik Ronald dengan ekor matanya.
"Ya, tentu saja."
Richard terkekeh, kemudian berkata, "Kalau begitu kau harus secepatnya menyelesaikan urusan itu, kalau tidak ingin Rena jatuh cinta pada pria lain."
"Apa?!"
"Jaga hati anakku, dan jaga raganya dengan baik, Om hanya ingin memberitahumu, bahwa ada pria lain yang mencintai Rena, bukan hanya kau." Richard tersenyum meisterius lalu pergi meninggalkan Ronald yang sedang tertegun karena ucapannya.