aku, kamu, and sex

Pernikahan Rey dan Humaira 4



Pernikahan Rey dan Humaira 4

1Arka memperhatikan pisau yang menancap dipintu, kemudian mengambil sapu tangannya untuk mencabut pisau itu. Rey dan Arka membuka lembaran kertas itu namun hanya berisi kode yang tak mereka pahami, akhirnya Arka menyimpan kertas itu untuk di lakukan penyelidikan nanti seussai acara selesai.     

"Kira-kira siapa yang mengirimkannya?"Tanya Rey pada Arka.     

"Aku belum bisa menebaknya Rey, sebaiknya kalian segera ke Aula, Aku akan menyisir sekitar tempat ini dulu."     

"Baiklah, Ayo Ra."     

"Tapia bang?" Humaira khawatir pada abangnya.     

"Mereka tak akan membuat kekacauan disini, percayalah. Abang akan baik-baik saja."     

Humaira mengangguk dan melangkah ke aula dengan mengapit lengan Rey.     

"Jangan dikhawatirkan, semua akan baik-baik saja." Ucap Rey pada Humaira.     

Akhirnya mereka sampai di aula, dan disambut dengan ucapan selamat dari orang tua Rey dan tamu yang hadir.     

"Selamat ya Sayang, semoga bahagia, dan cepet kasih cucu sama papa dan mama." Ucap mama sambil mencium kening Humaira.     

"Sekarang sudah sah menjadi menantu papa, Selamat ya, Nak. Kalau Rey nakal bilang sama papa biar papa yang jewer."     

"Iya pa."     

"Sayang, kenalin ini ayah kandungku." Ucap Rey pada Humaira.     

Humaira mencium tangan Tuan Handoko yang dibalas belaian di kepala Humaira.     

"Maafkan ayah baru bisa bertemu denganmu sekarang, semoga kalian bahagia, sakinah mawadah warahmah, Cepet kasih ayah cucu, ayah ingin pensiun dan hanya akan main dengan cucu-cucu ayah saja, tanpa mau bekerja lagi."     

"Doakan kami ya ayah."     

"Selalu, ayah selalu mendoakan kalian, apa pun yang terbaik untuk kalian."     

"Trimakasih ayah."     

Acara demi acara telah mereka lalui hingga resepsi yang penuh kehangatan dan canda tawapun telah mereka lalui.     

Kini saatnya mereka merenda hari esok dengan status dan tangung jawab yang berbeda, sebagai pasangan halal suami dan istri, menebar cinta di setiap sendi hidup mereka.     

Semua keluarga telah kembali ke rumah, Tuan Handoko pulang ke rumah yang dulu ia tempati dengan mendiang istrinya ditemani sang putra bujangnya, Ronald. Sedangkan Tuan Sanjaya dan istrinya kembali ke rumah mereka bersama Arlita dan Ramond, mala mini Arlita menginap di rumah keluarga Sanjaya karena Ramond yang selalu merajuk ingin tinggal bersama opa namun masih rindu pada mommy nya, maka tak ada pilihan lain kecuali menuruti apa yang diinginkan oleh putra tersayangnya.     

Sementara pasangan pengantin baru, langsung meluncur ke Villa milik keluarganya di pinggir kota, Villa yang asri dan sejuk dengan pemandangan kebun teh yang terhampar luas bagaikan permadani. Ini bukanlah sesi bulan madu, hanya sesi liburan untuk pasangan yang berbahagia itu, mereka akan berbulan madu ke Maldives setelah pekerjaan kantor dan kuliah Humaira tak terlalu padat.     

Humaira keluar dari mobil yang di kendarai sendiri oleh Rey, kali ini Rey mau tak mau diganggu oleh siapapun, bahkan penjaga villa hanya di suruh untuk membersihkan villa sebelum mereka datang, selebihnya mereka akan mengurusnya sendiri. Mereka memang ingin menikmati waktu berdua tak ingin terganggu oleh kehadiran siapapun.     

"Alhamdulilah sampai juga." Humaira berujar.     

Rey tersenyum, "Kamu suka tempatnya?"     

"Suka banget, pemandangannya bagus, hawanya sejuk."     

"Aku mencintaimu, Humaira." Rey memeluk Humaira dari belakang, di hadapan mereka hamparan kebun teh memukau mata yang melihatnya.     

"Aku juga mencintaimu, Rey. Maaf baru bisa mengatakannya sekarang."     

"Walaupun kau tak mencintaiku aku akan tetap menikahimu."     

"Kenapa."     

"Karena cintaku cukup untuk membuat keluarga kecil kita hidup."     

Humaira tersenyum, "Ternyata aku menikahi pria tampan dan berhati pujangga,"     

"Ya, dan kau akan bosan dengan kata pujanggaku tiap hari."     

"Tidak akan, aku tidak akan bosan."     

"Permisi, Den." Rey dan Humaira menoleh ke belakang terlihat seorang ibu-ibu sedang menatap mereka dengan sedikit membungkuk.     

"Bik Narsih."     

"Barang-barangnya sudah saya masukkan ke dalam, ke kamar aden, bibik sudah menyiapkan segala keperluan aden, sebelum nya selamat atas pernikahan aden sama non Humaira, semoga bahagia sampai kakek nenek."     

"Amiin, trimakasih, Bik."     

"Kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa, rumah saya ada di sebelah sana, deket kebun teh."Ucap Bik Narsih sambil     

"Iya, Bik trimakasih."     

"Ayo, masuk sebentar lagi gelap." Ajak Rey sambil mengandeng tangan Humaira.     

Rey membuka pintu villa dan mengajak Humaira ke kamar mereka. Kamar yang luas dan terdapat foto-foto Rey bersama Jelita.     

"kenapa semua foto-foto di kamar ini hanya ada foto kamu dan Jelita?"     

"jelita yang memasang semua foto-foto ini, aku sering menghabiskan waktu bersama Jelita di kamar ini, mulai dari main game, monopoli, dan mengotak-atik computer, sebenarnya tadinya di kamar ini ada dua ranjang, satu untuk Jelita dan satu lagi untuk aku, tapi karena Jelita sudah menikah jadi dibuat satu ranjang dengan ukuran besar."     

"Oh, kalian berdua sangat dekat."     

"Tentu, aku sangat menyayanginya, bukankah dia adik yang manis?"     

"Ya, dan jahil."     

Humaira dan Rey tertawa, "Untung saja saat ini dia tak ada di sini, kalau sampai dia ada disini aku yakin dia akan mengacaukan malam pertama kita."     

"Yang benar?"     

"Itu bisa aku pastikan, bahkan mungkin kita bisa melakukan malam pertama kita setelah satu atau dua minggu pernikahan kita."     

"kenapa begitu?"     

"Karena dia jahil, pasti dia akan memasang seribu jebakan di kamar pengantinku."     

Humaira tertawa seolah tak percaya dengan kejahilan Jelita yang luar biasa.     

"Bagaimana kau bisa tahu?"     

"Karena dia pernah berjanji kalu dia akan mengacaukannya,"     

"Aku tak percaya kalian seperti anak kecil,"     

"Iya, Jelita anak kecil yang bentar lagi punya anak."     

"Lalu kamu?"     

"Aku anak kecil yang pandai__" Rey menatap Humaira lekat, Humaira melangkah mundur namun ternyata persis di belakangnya ada ranjang besar yang membuatnya jatuh terduduk dan Rey semakin mendekat, Dan…     

CUP     

Satu ciuman hinggap di kening sang istri.     

CUP     

Satu lagi ciuman itu hinggap di pipi sebelah kanan.     

CUP     

Satu lagi ciuman itu hinggap di pipi sebelah kiri.     

Lalu, "Adzan Maghrib, kita sholat dulu." Ucap Humaira saat bibir Rey hampir menyentuh bibirnya.     

CUP     

"Ayo kita sholat." Ucap Rey setelah mencium bibir istrinya sekilas dengan senyum yang mengembang, sedangkan sang istri jangan ditanya, wajahnya yang putih sudah berubah merah seperti buah cherry merah yang ranum.     

Rey beranjak dari hadapan sang istri, kemudian membuka lemari yang tak jauh dari ranjang menarik satu handuk putih yang telah disiapkan oleh bik narsih dan memberikannya pada Humaira.     

"Mandilah dulu, sekalian wudhu, aku mau ngunci pintu dan jendela sebentar." Ucap Rey mengecup kening istrinya sekilas lalu pergi keluar dari kamarnya untuk mengunci pintu dan jendela villa.     

Humaira mengatur debaran jantungannya yang bertalu dengan kencang, ini kali pertama ia bisa sedekat ini dengan seorang laki-laki kecuali Arka kakaknya.     

Humaira melangkah ke kamar mandi yang ada di kamarnya, baru saja ia melepas jilbab yang ia kenakan, pintu kamar mandi sudah kembali terbuka karena dia lupa tak menguncinya. Dipintu kamar mandi sudah berdiri Rey yang Nampak terpesona dengan wajah dan rambut panjang yang menjuntai hingga kepingang milik istrinya.     

"Ehm__R_Rey kamu mau apa?" Tanya Humaira gugup.     

"Mau mandi." Rey langsung masuk ke kamar mandi kemudian mengunci pintunya.     

DEG     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.