aku, kamu, and sex

Pillow talk



Pillow talk

0Danil merebahkan kepalanya di atas paha sang istri, sambil membelai perut jelita yang masih rata namun sudah ada kehidupan disana.     

CUP     

CUP     

CUP     

"Anak ayah baik-baik disana, jangan rewel ya kasian bunda." Ucap Danil sambil menciumi perut istrinya.     

"Ga sabar nunggu Sembilan bulan ya mas." Ucap jelita sambil membelai rambut Danil.     

"Iya, anak kita sehat disana dan kamu juga sehat, semoga ga ada halangan selama kehamilan kamu."     

"Amiin, mas."     

"Kalau anak kita sudah lahir, mau dikasih nama siapa mas?"     

"Ehm… aku memberikan nama kakek untuk anak kita?" Tanya Danil sambil menatap wajah istrinya.     

"Boleh, Jhonatan dong namanya."     

"Ya, gimana kamu suka?"     

"suka, namanya bagus, Jhonatan Mahendra, terus kalau anak kita perempuan? Namanya siapa?"     

"Jenita Mahendra, biar mirip sama bundanya." Ucap Danil sambil membelai wajah cantik Jelita.     

"Mas." Panggil Jelita.     

"Apa sayang?"     

"Mas ga apa-apa melihat kak Ronald sama Rena?"     

"Maksud kamu? Cemburu gitu?"     

Jelita mengangguk ragu, Ia takut akan menyingung suaminya.     

Danil menarik nafas panjang, "kaget Iya, aku tak menyangka jika Rena dapat menaklukkan hati Ronald yang kerasnya melebihi batu, cemburu iya bagaimanapun dia dulu pernah ada di setiap hari-hariku, menjadi orang terpenting setelah ibu tapi hidup harus sesuai relita dan sesuai jalan yang di ridhoi Allah bukan? , bahagia iya karena Ronald menikah dengan adikku seseorang yang dekat dengan ku dengan begitu aku bisa memastikan jika Ronald ga akan kecewa karena perempuan, dan jujur saja aku lebih tenang jika Rena bersama Ronald, karena aku tahu betul siapa Ronald,"     

"Aku seneng mas Danil jujur sama aku."     

"Karena dirimu bisa menerimaku apa adanya."     

"karena aku mencintaimu." Ucap Jelita sambil membelai wajah danil yang ada di pangkuannya.     

"Aku lebih mencintaimu, aku memilih menjadi gay selamanya jika tidak bersamamu."     

"Lalu kenapa dulu kau mau menerima perjodohan kita?"     

"Karena aku juga menyayangi ibu, dan aku juga merasa tertantang karena sikapmu, bagaimana kamu bisa menikah dengan laki-laki yang mengakui bahwa dirinya gay."     

"Inilah jodoh dan juga takdir."     

"kalau aku tahu kamu itu jodohku, tentu aku tak akan memperkosamu dulu."     

"Aku selalu berpikir bagaimana kau bisa memperkosaku, dari mana kamu punya ilmu memperkosa?"     

Danil terkekeh, "Sebenarnya aku juga tidak tahu, mungkin itu yang namanya insting laki-laki, tanpa harus mengenal sang perempuan laki-laki dengan mudah bisa bobol perawan anak gadis orang."     

"Bener juga . . . " Jelita ikut terkekeh.     

"Semoga anak kita ga seperti diriku yang cinta mati sama seorang gadis sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya."     

"Dia akan seperti ibunya, yang kalem tapi galak." Ucap Jelita sambil tertawa kecil.     

"Kayak gini dibilang kalem."     

"Lho emang aku kalem kok."     

"Kalem apa? Sering berantem dan menjadi tim cyber, kok dibilang kalem."     

Danil bangkit dari rebahnya, menatap wajah cantik sang istri yang selalu membuatnya rindu setengah mati walau hanya satu jam saja tak berjumpa.     

"Maafkan aku ya,"     

"kenapa minta maaf."     

"Belum bisa menjadi suami yang baik, justru selalu menyusahkan kamu."     

"Siapa yang menyusahkan siapa? Ga ada itu mas. Suami istri itu harus selalu bahu membahu mengatasi segala masalah, dan cobaan atau apapun itu, dan aku merawatmu karena itu kewajibanku, lading surgaku adalah kamu."     

"Trimakasih karena waktu itu kamu tidak menolakku, aku akan menyesali seumur hidupku jika itu terjadi."     

"sudahlah mas, kita jalani hari-hari kita ke depan dengan cerita baru tentang kita berdua dengan episode baru yang lebih baik dan lebih bahagia."     

"Ya, aku pastikan kau dan anak-anak kita kelak akan bahagia dan bangga mempunyai diriku."     

"sekarangpun aku bangga sama Mas Danil."     

"kenapa?"     

"Karena kamu laki-laki yang bertangung jawab dan pemaaf, kamu bisa memaafkan ayah walau dia telah jahat padamu, kau bisa meyakinkan kak Ronald kalau dia bisa berubah, dan aku yakin dia telah berubah, walau aku tahu kamu dan kak Ronald berusaha mati-matian untuk bisa berubah kembali menjadi normal."     

"itu semua karena cinta."     

"Kamu tahu ada rahasia Ronald yang belum aku ceritakan padamu."     

"Mungkin jika sebaiknya aku tak tahu mas."     

"Dan mungkin juga kamu harus tahu, karena ini menyangkut dirimu, sayang."     

"Diriku?" Jelita mengerutkan dahinya.     

"Jauh sebelum kau dijodohkan denganku, Ronald sudah pernah bertemu dengan mu, dan sudah tertarik padamu sejak saat itu."     

"Ha? Denganku, dimana? Kak Ronald ga salah mengenali orang."     

"Sapu tangan yang sering digunakan Ronald adalah sapu tanganmu, yang dulu kau gunakan untuk membalut seekor kucing yang terluka karena masuk ke dalam got."     

Jelita mengorek ingatannya, kapan dan dimana dia melakukannya, kemudian ia mengingatnya.     

"Ya, aku ingat dan aku kembali lagi setelah bertemu dengan Rey untuk mengambil kucing itu, tapi kucing itu tidak ada."     

"Kucing itu masih ada hingga sekarang."     

Jelita terbelalak tak percaya, " Kucing itu di apartemen Ronald."     

"Ronald membawa kucing itu setelah kamu pergi, di daerah itu dia bertemu dengan James, sampai James yang disuruh Ronald mencari dirimu, tapi tak pernah ketemu. Hingga aku memperlihatkan foto kamu padanya, saat kita akan di jodohkan."     

"Tapi kenapa kak Ronald waktu itu ingin membunuhku, bukankah itu karena dia cemburu padaku?"     

"Aku rasa pada waktu itu Ronald sedang bingung dengan dirinya sendiri, dia tak menyadari jika sebenarnya dia menyukaimu, dia bingung apakah sebenarnya dia cemburu padaku, atau cemburu padamu."     

"Ya Allah, berarti selama ini kak Ronald dalam kesulitan."     

"ya, dia kesulitan mengenali dirinya sendiri sejak bertemu denganmu, sama seperti diriku."     

"Kalian berdua benar-benar hebat, mampu mengalahkana diri sendiri dan ego sendiri itu sulitnya luar biasa, tapi kalian berdua bisa melakukan itu."     

"Dua laki-laki yang patut dicintai, maka tak salah jika Rena memilih Ronald sebagai pelabuhan hatinya walau usianya masih belia."     

"Ya, semoga Ronald bisa sabar menghadapi Rena yang masih kekanak-kanakan."     

"Iya mas, tapi aku yakin Rena mampu menjadi istri yang baik."     

"Oya, besok mama dan papa mau pulangkan?"     

"Iya, sama Humaira dan Rey, kasian Rey ga bisa honeymoon, karena harus mengurus dua perusahaan sekaligus walau ada pak wahyu dan Yogi yang bantu sih,"     

"Tenang saja ada Ronald juga."     

"Tapi kak Ronald urusannya banyak, belum lagi masalah C dan R, itu sangat menyita waktunya."     

"Itu sudah menjadi tujuannya, semoga dia selalu dilindungi Allah."     

"Iya mas. Semoga kak Ronald bisa menyelesaikan segalanya dengan baik, dan aku pasti akan membantunya."     

"Boleh, asal ga berantem dan pegang senjata aja bantuinnya."     

"Ih mas Danil, gimana bisa coba, perut aja bentar lagi bengkak, mana bisa berantem."     

"Apa yang tak bisa kamu lakukan coba?"     

"Kalau aku ga lihat, kemarin pasti kamu udah panjat pohon di belakang."     

Jelita nyengir karena kelakuan absurdnya ketahuan oleh sang suami.     

"Jangan bilang kalau itu keinginan anak kita." Ucap Danil yang membuat dia tambah nyengir karena lagi-lagi Danil tahu apa yang dia pikirkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.