Cinta dan Harapan 2
Cinta dan Harapan 2
Selama mengenal Rena banyak hal yang Ronald dapatkan salah satunya adalah cara untuk bahagia walau dalam kesulitan sekalipun, Rena mengajarkan bagaimana dia harus terus berjuang tanpa mengandalkan siapapun, Rena juga mengajarkan bagaimana harus selalu tersenyum walau kondisinya sesulit apapun, dan dengan Rena Ronald tahu bagaimana cara dia untuk meresakan hidup yang sebenarnya.
Ronald mencium jemari Rena yang ia gengam erat dalam gandengan tangannya, suasana pantai Nampak begitu sepi, terlihat hanya beberapa pengunjung saja yang datang dan berlalu lalang di bibir pantai, selebihnya adalah warga yang tinggal dekat pantai atau mereka yang memang mempunyai usaha dipinggir pantai tersebut.
Sebelum sampai dipantai mereka sengaja singgah di sebuah mall yang searah dengan pantai, sekedar membeli baju santai yang mereka gunakan saat ini, serta beberapa cemilan dan minuman untuk menemani perjalanan mereka, maklum saja Rena sangat mengemari cemilan mungkin karena umurnya yang masih sangat muda maka ia masih seperti bocah yang suka jajan, Dan Ronald sama sekali tak keberatan tentang hal itu, justru dia senang jika Rena banyak makan dan ngemil, agar badanya tak terlalu kurus, walau sebenarnya Rena memiliki tubuh yang proporsional namun Ronald tak menyukai jika Rena harus menahan lapar demi sebuah bentuk tubuh, Ronald lebih menyukai Rena apa adanya walau dia gemuk atau kurus, namun untuk saat ini tubuh Rena memang bisa dikatakanb kurus, karena jarang makan teratur semenjak orang tuannya tiada.
Makanya selama ini setiap datang ke rumah Rena, Ronald akan membawa banyak bahan makanan dan selalu membuat alasan supaya Rena memasak untuk nya, padahal yang sebenarnya adalah supaya Rena makan tepat waktu dan tidak terlambat makan, karena paksaan Ronald yang harus selalu menemaninya makan.
Rena melepas sendak jepit yang ia kenakan dan berlari kecil menuju bibir pantai, Ronald hanya tersenyum melihat istri kecilnya Nampak begitu bahagia menikmati desiran angin pantai yang sejuk walau matahari mulai terasa terik, untunglah dipinggir pantai masih banyak terdapat pohon kelapa yang dapat meneduhkan kepala dari sengatan matahari.
Ronald tertawa ketika melihat Rena bermain kejar-kejaran dengan ombak bahkan sandal jepitnya ia lempar asal di atas pasir agar dia lebih leluasa bermain ombak pantai.
"Om sini!" Panggil Rena.
Ronald tersenyum namun kepalanya mengeleng, seumur hidup dia tak pernah main ombak pantai. Dia lebih senang berlayar menggunakan kapal kecil bersama Danil kala mereka lelah, atau mengikuti perjalanan di kapal pesiar.
"Om!!!Sini!! Asik tauk!!!" Ucap Rena sekali lagi, lagi-lagi Ronald menggeleng, tapi saat ada dua laki-laki yang datang kea rah Rena, Ronald langsung berjalan cepat untuk sampai di samping Rena, namun sialannya dia masih kalah cepat dengan dua pria itu.
"Hai cantik, sendirian aja." Ucap salah satu laki-laki muda berbadan tegap.
"Boleh main bareng ga?" Tanya satu laki-laki lainnya.
Rena menatap dua laki-laki dihadapannya dengan hati berdebar karena di belakang mereka sudah berdiri Ronald dengan tampang mengerikan.
"Kalian pergilah jangan ganggu dia." Ucap Ronald dingin, ingin sekali ia langsung menghajar dua laki-laki itu tapi dia masih sadar dimana mereka berada, jadi denganterpaksa dia harus menahan kemarahannya.
"Kau siapa?" Tanya salah satu lelaki itu.
"Aku suaminya." Jawab Ronald tegas dan penuh penekanan.
"Suami? Yang benar saja? Kau lebih tepat jadi om atau ayahnya, lihat lah gadis ini nmasih begitu muda." Ujar laki-laki lainnya.
"Tak penting kalian percaya atau tidak yang jelas aku suaminya, ayo Rena." Ajak Ronald dan langsung meraih tangan Ronald untuk digengamnya, namun salah satu tangan laki-laki itu menahan Ronald.
"Jangan seenaknya bawa-bawa buruan kami ya bung?"
Mendengar apa yang diucap kan laki-laki itu yang menganggap Rena sebagai binatang buruan amarah Ronald tak lagi bisa ia kendalikan, Ronald langsung melayangkan pukulannya pada laki-laki tersebut.
"Kau bilang apa tadi? Buruan? Dia istriku bukan buruan."
BUGH
BUGH
BUGH
Ronald berulang kali melayangkan tinjunya pada laki-laki itu dan tiba-tiba saja penjaga pantai datang untuk melerai mereka. Namunketika penjaga pantai itu melihat siapa yang sedang menghajar laki-laki yang menggoda Rena, sang penjaga pantai tak bisa berbuat apa-apa, karena ia tahu sedang berhadapan dengan siapa.
"Keluarkan dia dari area pantai ini, aku tak suka melihatnya." Ucap Ronald pada penjaga pantai itu dan mengangguk dengan sopan.
"Hai pak, pria telah memukul temanku, kenapa kau malah mengikuti perintahnya?"
"Maaf bung, anda telah berbuat kurang ajar dengan atasan kami."
"Maksudnya apa?"
"Sebenarnya ini kawasan pantai ini telah dibeli oleh tuan Ronald, untuk pembangunan hotel dan apartemen, tapi karena Tuan Ronald kasian terhadap warga pinggir pantai, maka beliau menghibahkan pabtai inin untuk dikelola kembali oleh warga sini."
"Lalu perempuan itu?"
"Aku memang istrinya." Ucap Rena yang membuat orang yang berada disitu tampak kaget dan tercengang.
"Usiaku dua puluh delapan tahun ucap Rena, hanya wajahku memang terlihat muda, permisi. Ayo sayang." Karena kejadian ini untuk pertama kalinya Rena memanggil suaminya dengan sebutan sayang.
Ronald tersenyum melihat Rena yang Nampak percaya diri saat berbicara dengan lelaki yang menggodanya itu, lalu segera mengandeng tangan sang suami dan diajak pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Sini biar aku yang pegang." Ucap Ronald lembut, saat meminta sandal jepit Rena.
"Terimakasih, kamu manis deh."Ucap Rena dengan mengerlingkan matanya, yang membuat Ronald tertawa kecil.
"Kok kamu sih, ga panggil om lagi?" Goda Ronald.
"Ga ah, kapok!! Ntar disangka kamu sama aku sama-sama masih single, padahal kita couple." Kata Rena sambil menyandarkan kepalanya dilengan suami sambil mereka berjalan menyusuri pantai.
Wajah Ronald yang tampan dan berwibawa serta wajah Rena yang imut denga rambut panjang sepingang membuat mereka menjadi bahan perhatian orang yang berpapasan dengan mereka.
"Jangan pergi ke pantai kalau tidak pergi dengan ku, mengerti?" Ucap Ronald sambil menatap Rena yang berjalan mengapit lengannya.
"Kenapa?"
"Karena aku tak ingin ada yang menganggumu lagi seperti tadi."
"Oke, maaf ya sayangku."
Ronald menghentikan langkah mereka kala ia mendengar Rena menyebutnya dengan sebutan sayang. Kedua tangannya membingkai wajah imut Rena dan Ronald segera menanamkan ciumannya di bibir sang istri dengan mesra, Renapun dengan senang hati merespon ciuman dari suaminya.
Setelah beberapa menit Ronald melepaskan pagutannya lalu membersihkan saliva yang menempel diujung bibir Rena dengan jari tangannya.
"I love you my little wife." Ucap Ronald mesra yang membuat Rena tersipu dibuatnya, karena baru kali ini Ronald menyatakan perasaannya dengan begitu jelas tepat dihadapannya.
"I love you too my lovely uncle." Jawab Rena sambil tersenyum lebar, lalu memberikan satu kecupan singkat pada bibir Ronald.