Harapan dan Cinta 1
Harapan dan Cinta 1
Sebelum Richard masuk ke dalam kantor dan menemui Arka, Richard lebih dulu berbicara dengan Aldo dan Ronald.
"Aldo, selama aku tidak ada aku serahkan segala urusan padamu, jalankan semua perintahku yang dulu aku sampaikan padamu, namun jika Ronald menemui kesulitan tolong segeralah kau bantu dia." Ucap Richard pada Aldo yang hanya menunduk tak berani menatap wajah sang bos, yang sudah ia anggap sebagai ayahnya ini.
"Baik, Tuan. Saya akan melaksanakan semua perintah tuan." Jawab Aldo singkat.
"Ronald saya harap kamu segera menyelesaikan segera urusanmu, dan berhati-hatilah, bagaimanapun kau sekarang adalah menantuku, suami dari anakku, aku tak mau anakku bersedih jika sesuatu terjadi padamu."
"Baik ayah. Rena akan baik-baik saja, aku dan Danil akan menjaga dia dengan baik." Ucap Ronald pada Richard.
Richard menarik nafas berat menatap kea rah putrinya yang raut wajahnya terlihat sendu. Richard merangkul pundak sang anak lalu mengajaknya masuk kedalam kantor polisi dimana Arka dan pengacaranya sudah menunggu.
"Selamat datang Tuan Richard, silahkan masuk." Ucap Arka pada Richard kemudian mereka masuk ke dalam ruangan. Sampai disini Ronald, Rena dan Aldo tak diperkenankan masuk, Richard hanya didampingi oleh pengacaranya saja.
"Pulanglah sayang, ayah tidak akan apa-apa." Ucap Richard pada Rena, Namun anak perempuannya justru mengeleng, tanda ia menolak suruhan ayahnya.
"Kamu akan kelelahan jika harus menunggu ayah disini selama pemeriksaan berlangsung."
"Nona, pulanglah, saya akan disini menunggu tuan, anda tak perlu khawatir." Ucap Aldo membujuk Rena.
Rena tetap diam tak bergeming, akhirnya Richard menatap Ronald tanda ia menyerah. Ronald merangkul pundak Rena kemudian membelai rambutnya dengan sayang, seraya berucap. "Ayo kita pulang, kita menunggu kabar ayah dari Aldo, kamu sudah berjanji untuk menuruti perintah suamimu inikan, sekarang suamimu memintamu untuk pulang dengannya."
Akhirnya Rena menyerah, lalu mencium pungung tangan ayahnya, dengan menahan air mata yang hampir tumpah, lalu Rena mendekap tubuh ayahnya erat, Richard mencium kepala sang anak berulang kali penuh sayang, jujus dia pun berat harus berpisah dengan anak kandungnya yang baru ia temukan satu bulan ini.
Ronald berganti memeluk Richard, "Ayah selesaikan saja urusan ayah, aku sudah minta Arka memberikan tempat yang nyaman untuk ayah selama proses pemeriksaan." Ucap Ronald lalu melepaskan pelukannya.
"Ayah masuk dulu." Ucap Richard kemudian berbalik menuju ke ruangan yang disediakan oleh Arka untuk proses pemeriksaan.
"Arka, saya pamit." Ucap Ronald sambil menjabat tangan Arka.
"Baiklah, jangan khawatir kami sangat menghargai itikad baik Tuan Richard, tentu kami akan memperlakukannya dengan baik." Ucap Arka pada Ronald.
"Aldo." Panggil Ronlad.
"Saya akan tetap disini Tuan muda, hingga proses pemeriksaannya selesai." Ucap Aldo.
"Baiklah, kabari aku jika ada sesuatu." Kata Ronald dengan seulas senyum.
"Baik, Tuan Muda." Ucap Aldo seraya menunduk.
Setelah Richard masuk ke dalam ruangan ditemani Arka dan sang pengacara, Rena dan Ronald pergi meninggalkan kantor kepolisian.
"Mau langsung pulang? Atau mau kemana dulu?" Tanya Ronald pada Rena yang duduk bersandar pada bahunya.
"Kepantai boleh?" Tanya Rena.
"Siang-siang begini?" Dahi Ronald mengerut.
"Ya udah ga usah." Ucap Rena yang suasana hatinya memang sedang tidak baik.
"oke, jangan cemberut dong sayang, nanti cantiknya ilang." Ucap Ronald sambil mencubit dagu Rena gemas.
"Konsen nyetirnya, ga usah cubit-cubit segala." Kata Rena sambil balas mencubit pingang Ronald.
"Lho kenapa sekarang justru kamu yang main cubit?" Tanya Ronald sambil melirik Rena yang mulai bisa tersenyum.
"Lagian Om duluan yang nyubit Rena, ini tuh Cuma sekedar pembalasan aja, tauk." Ucap Rena sambil duduk bersandar pada jok mobil.
"Om,"
"Hm." Jawab Ronald sambil melirik Rena.
"Om."
Apa sayang."
"Gitu dong, masa dipanggil Cuma hm_hm, apaan coba?" Ucap Rena sambil mengerucutkan bibirnya.
Ronald terkekeh, "Iya, ada apa, kamu mau apa?"
"Om ga kerja? Kok mau aja sih Rena ajakin ke pantai." Kata Rena sambil melirik Ronald yang juga meliriknya disela-sela aktifitas menyetirnya.
"Mana aku bisa kerja kalau lihat wajah kamu mendung, tinggal turun aja tuh hujan."
"Kalau Rena ga lagi sedih berarti Om kerja?"
"Iya lah, nanti siapa yang mau menjalankan perusahaan kalau aku bolos terus?"
"Tapi om aja bentar lagi mau ke negara C, sama aja Om bolos kerja." Tandas Rena.
"Itu beda urusan nanti akan ada ayah juga yang akan membantu,"
"lalu bagaimana dengan perusahaan ayah Richard?"
"Perusahaan ayah kan di pegang semua oleh Danil, lalu soal rumah di pulau dan asset yang lain, bukannya kamu sudah mendengar sendiri apa perintah ayah pada Aldo?"
"Oh, tapi kak Danilkan di luar negeri."
"Kakakmu bukan orang yang bodoh, ayahmu saja kalah telak dengan Danil kalau soal urusan bisnis, secara raga dia diluar negeri, tapi secara kinerja otaknya dia ada dimana-mana, jangan khawatir."
"Rena tidak khawatir, hanya saja Rena tak mengerti bagaimana orang macam dan kakak bisa hidup padahal setiap harinya hanya berkutat dengan laporan-laporan dan kunjungan ke proyek, bikin pusing tau ga sih om."
Ronald kembali terkekeh, memang istrinya ini masih belum paham dengan tangung jawab pengelolaan perusahaan."
"Makanya kamu lebih suka nanem bunga, tapi bukannya bisnis bunga juga harus menggunakan strategi?
"iya, tapi ga ribet kayak kalian."
"Hahahaha" Ronald tertawa terbahak, "Ga apa-apa asal kamu bahagia, ga kekurangan apapun."
"Siapa bilang Rena ga kekurangan apapun?"
"memang kamu kurang apa?"
"Kurang ena-ena, hahahah." Kata Rena yang langsung terbahak.
"kamu mesum."
"Om yang ngajarin."
"Kok aku?"
"Lha terus siapa yang ngajarin Rena ngerek-ngrepek?" Kata Rena seraya memainkan alisnya.
"Oke, aku kalah."
"Ren,"
"Apa?"
"Sampai kapan kamu mau panggil aku om?"
"Kenapa memangnya?"
"Nanti kalau yang ga tahu disangka kamu cewek yang doyan sama om-om lho."
"Emang iya, kalau ga doyan sama Om, ngapain Rena minta dinikahin sama Om?" Tandas Rena dengan cueknya.
"Bukan gitu maksud om."
"Aku takut dikira bawa gadis dibawah umur."
"Emang begitu kan?" Jawab Rena lagi.
Ronald mmenepuk dahinya pelan, "Maksud aku, mereka akan salah paham dengan status kita kalau kamu terus panggil aku om, padahal aku ini suami kamu lho, Ren."
"Ow gitu, emmm__gimana ya, Rena harus panggil om siapa dong?"
"Siapa kek gitu, asal jangan om."
"Akang boleh?" Ucap Rena sambil cekikikan.
"Astaghfirullah."