Menikah dengan Mantan

Bab 148 \" SAPU TANGAN (MAMPIR SEBENTAR)\"



Bab 148 \" SAPU TANGAN (MAMPIR SEBENTAR)\"

1YEY… HULA-HULA… UP GUYS… SEKUYLAH MERAPAT.     

YUKS IKUTAN CHALEGE YANG BANYAK – BANYAKIN POWER STONE + HADIAH. YANG MAU IKUTAN, SEKUY LANGSUNG KOMENT DI PARAGRAF INI KALAU MAU IKUTAN.     

MAAFKAN TYPO YANG MASIH BETEBURAN YA GUYS…     

HAPPY READING…     

"Udah deh, lo. Enggak usah nangis. Kasihan sama anak lo kalau lo nangis aja," hibur Flora seraya memeluk tubuh Sabana yang bergetar akibat menangis seraya menepuk-nepuk pelan pundak Sabana.     

Dirasa Sabana sudah lebih tenang Flora mengurai pelukannya. Ia menangkup pipi Sabana kemudian mengusap air mata yang membasahiwajah Sabana. "Duh, bumil satu ini. Sensi banget sih," ucap Flora kemudian mencubit pipi Sabana kesal.     

"Rese!" kesal Sabana sambil memukul lengan Flora hingga Flora melepaskan cubitannya.. Flora pun hanya terkekeh saja.     

"Udah deh, lo. Enggak usah nangis. Lebih baik, lo sekarang pulang tapi jangan lupa bawa mobil gua. Ini kuncinya," ucap Flora seraya menyerahkan kunci mobilnya pada Sabana.     

"Oh, iya. Bukan hanya ban yang di benerin, kacanya juga tolong benerin ya bumil," ucap Flora kembali mencubit gemas satu pipi Sabana.     

"Sakit Flora Fauna!" kesal Sabana yang akan memukul lengan Flora tetapi Flora dengan cepat melepaskan cubitan di pipi Sabana. Flora pun terkekeh melihat raut wajah kesal Sabana.     

"Udah, gih. Sana lo pulang!" usir Flora.     

"Memangnya lo enggak pulang bareng gua?" tanya Sabana mengernyitkan dahinya.     

"Gua pulang sama kak Janu," jawab Flora seraya menatap ke arah Janu yang masih terdiam di tempatnya.     

"Kak Janu?" tanya Sabana mengernyitkan dahinya seraya menatap ke araha Janu yang keberadaannya baru Sabana sadari.     

Sedari turun dari mobil yang ia perhatikan hanya Flora saja. Ia tidak menyadari keberadaan Janu yang jelas-jelas berada di sebelah Flora. Yang ia pikirkan dari rumah sampai di tempat ini hanya memikirkan suaminya. Dan melihat Flora yang duduk di pinggir jalan pun ia hanya fokus ke Flora saja.     

Sabana kini menatap Flora dan Jany bergantian, "Dia itu—" Sabana menunjuk Janu seraya menghentikan ucapannya dan menatap ke araha Flora.     

"Udah malam, lo balik gih. Enggak baik angin malam untuk bumil," ucap Dlora dan memegang kedua bahu Sabana dan membalikkan tubuh Sabana.     

Flora mengantarkan Sabana sampai ia masuk ke dalam mobil. "Flo, dia abang lo kan?" tanya Sabana dengan suara kecil ketika Flora memasangkan sabuk pengaman ke Flora.     

"Hum," jawab Flora yang kini mentap wajah Sabana tepat di depannya.     

"Apa dia udah tahu tentang lo dan keluarga lo?" tanya Sabana seraya mendongakkan kepalanya menatap Flora yang sudah berdiri di depan pinta dan akan menutupnya.     

"Gua enggak ada hak untuk meberitahukan semuanya. Gua enggak mau nantinya kak Janu malah menjauhi aku dan tidak mau menemuiku. Kamu tahu sendiri betapa jahatanya kedua orang tuaku. Mana mungkin Kak Janu akan menerima semuanya," ucap Flora di akhiri dengan wajah sedihnya.     

"Hum, gua ngerti," jawab Sabana seraya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.     

Sabana adalah sahabat dekat Flora, tentu saja hal ini ia pun tahu. Bahkan tanpa basa-basi ia menyebut orang tua Flora breng***, enggak punya hati , dak*** dan segala hal yang buruk-buruk karena bisa-bisanya merek tidak mengakui Janu.     

Flora yang mendengar hal itu hanya diam dan menangis. Orang tuanya yang begitu tegas dan terlihat sempurna, nyatanya memiliki ke busukan yang sangat busuk sekali. Orang tua, tetapi tidak pantas di sebut orang tua karena dirinya yang tidak mau mengakui anak kandungnya sendiri di depan umum.     

Segala umpatan Sabana memang pantas untuk orang tuanya. Ia yang menyayangi ke dua orang tuanya dan ia ingin seperti orang tuanya, tetapi untuk ia tidak akan seperti orang tuanya dalam urusan pendamping anaknya. Karena anak sudah memiliki tanggung jawab sendiri untuk masalah psangan. Jika suatu saat pasangannya bersikap tidak baik, semua itu sudah menjadi tanggung jawab dari si anak yang memilih pasangannya.     

Kecewa, Flora begitu kecewa dengan orang tuanya. Hingga rasanya ia ingin ke luar dari rumah dan memutuskan semuanya dari apapun dari orang tuanya. Namun, ia sadar ia tidak bisa melakukan semua ini. Bukan karena harta, hanya saja selama ini hidupnya sudah di beri kecukupan oleh ke dua orang tuanya. Tanpa orang tuanya pun mungkin dirinya bukanlah siap-siapa. Dan dirinya juga tidak mau menyesal di kemudian hari jika suatu saat ke dua orang tuanya tidak bisa ia temukan lagi di dunia yang sama. Entah dirinya yang lebih dulu meninggalkan dunia fana ini, atau ke dua orang tuanya yang lebih dulu meninggalkan dunia fana ini.     

Flora melambaikan tangannya ketika mobil Sabana sudah pergi menjauh. Mobil Flora sudah naik ke mobil Derek. Kini Flora menatap kea rah Janu. "Kak, mau kan, anterin aku pulang?" tanya Flora seraya tersenyum menatap Janu.     

"Hum," jawab Janu sedikit gelagapan karena tadi ia sempat terdiam.     

Mereka berdua berjalan kea rah mobil Janu. Janu membuka box yang ada di motornya kemudian mengambil helem yang ada di dalam bos itu. Ia memberikan helem itu pada Flora, Flora pun menerimanya kemudian memakainya. Ketika niak Janu megulurkan tangannya untuk membatu Flora naik ke atas motorya. Baru setelah itu, Janu naik ke motornya.     

Tanpa malu, Flora memeluk pinggang Janu membuat sang empunya yang di pegang pinggangnya itu menegang seketika. Setiap kali Flora naik motor bersamanya, dirinya pasti akan memeluk pinggang Janu. Awalnya Janu memang risih, tetapi ketika ia sering di peluk seperti itu oleh Flora ia pun terbiasa.     

Tubuhnya menegang saat ini karena ia terkejut, tetapi perlahan ia pun rilex kembali dan membiarkan Flora memeluk pinggangnya. Motor itu melaju dengan kecepatan cepat karena hari sudah semakin malam dan angin malam pun tidak baik. Apalagi saat ini Flora hanya memakai kemeja tipis saja. Karena masaih terkejut, Janu sampai lupa memberikan jaketnya pada Flora.     

Semakin Janu melajukan motoronya dengan cepat, semakin Flora memeluk pinggang Janu erat dan kepala Flora pun bersandar di punggung Janu. Sekitar 30 menit akhirnya motor pun sudah berhenti di depan pintu gerbang rumah keluarga Flora. Flora pun turun dari motor setelah itu baru Janu yang turun dari motor. Flora memberikan helemnya pada Janu dan Janu pun menerimanya.     

"Kak, mampir dulu," ucap Flora ketika Janu menerima helemnya.     

"Udah malam, aku langsung pulang saja."     

"Yakin, kak?" tanya Flora dan dalam hati ia berharap Janu mau menginap. Ia malas jika di beri pertanyaan lagi oleh mamanya.     

"Iya, yakin. Udah sana, kamu masuk ke rumah," ujar Janu seraya tersenyum.     

"Enggak mau ngobrol-ngobrol dulu, kak. Sama mama Papa?" tanya Flora dengan wajah penuh harap.     

Janu pun menatap Flora yang wajahnya penuh harap. Ia ingin saja mampir barang sebentar, hanya saja ini sudah malam. Tidak enak jika berkunjung ke rumah pada pukul segini. Namun, melihat wajah penuh harap Flora, dirinya akhirnya menyerah.     

"Baiklah, aku akan menyapa om dan tante," ucap Janu pada akhirnya.     

Wajah Flora seketika berbinar senang mendengar jawaban dari Janu. "Pak, buka pintunya," uca[ Flora membalikkan tubunya untuk menatap ke gerbang.     

"Baik non Flora," jawab si satpam yang berusia sekitar 40 tahun itu kemudian ia pun membukakan pintunya.     

"Naiklah," ucap Janu yang sudah duduk di atas motor. Tanpa berkata apa-apa, Flora pun langsung naik ke ata motor. Janu pun menghidupkan motornya dan membawa masuk motornya.     

Di depan pintu besar berwarna putih itu Mama Flora suah menunggu seraya berkacang pinggang. Melihat sebuah motor yang masuk ke halaman rumahnya, mama Flora pun langsung menurunkan tangannya. Flora turun dari motor serya tersenyum kemudian Janu pun turun dari motornya. "Malem tante," saoa Janu seraya tersenyum ketika dirinya dan Flora baru saja sampai di depan pintu masuk.     

"Malem Janu," jawab Mama Flora seraya tersenyum.     

"Kak Flora masuk duluan ya," ucap Flora seraya tersenyum.     

"Iya," jawab Janu singkat.     

"Ayo nak Janu masuk," ucap Mama Flora dengan ramah.     

"Ah, iya tante," jawab Janu seraya tersenyum.     

Janu pun ikut masuk ke dalam, Mama Flora membawa masuk Janu ke ruang keluarga. Di ruang keluarga Papa dan adik kedua Flora sedang menonton televisi. " Pa, ada nak Janu," ucap Mama seraya tersenyum menatap sang suami.     

Papa menoleh, begitu pun dengan adiknya Flora. "Eh, Janu. Sini-sini," ucap Papa seraya tersenyum dan satu tangannya melambai agar Janu mendekat ke arahnya.     

"Iya, pak," jawab Janu seray tersenyum dan berjalan menghampiri Papa Flora atau bisa di sebut Papanya.     

"Habis dari mana kamu, kok jam segini ke sini?" tanya Papa Flora seraya menatap Janu.     

"Habis dari main om," jawab Janu sedikit canggung.     

Padahal selama papa dan mama Flora terlihat welcome pada Janu. Namun, entah mengapa Janu masih merasa begitu canggung dengan pasangan suami istri itu. Mereka mengobrol-ngobrol ringan dan sesekali Papa Flora tertawa dan Janu yang tersenyum canggung.     

Mama Flora datang seraya membawakan cemilan dan juga minuman untuk Papa, Mama dan juga Janu. "Di minum dan di makan itu cemilannya nak Janu," ucap Mama Flora seraya tersenyum.     

"Ah, iya tante. Maaf, jadi ngerepotin," ucap Janu yang tidak enak hati karena sudah membuat wanita paruh baya itu sedikit repot karena membuatkan minum untuknya.     

"Oh, iya. Kamu kok, bisa pulang bareng dengan Flora?" tanya Mama Flora denga tatapan penuh tanda tanya.     

"Iya tante, tadi ketika mau pulang aku melihat orang mabuk yang tertawa sambil menunjuk ke arah kaca mobil Flora yang pecah.     

"Hah, kaca mobil Flora pecah?" tanya Mama Flora sedikit terkejut. "Kok bisa pecah?" tanya Mama Flora yang begutu penasanran.     

"Saya enggak tahu pastinya om, tante," ucap Janu karena memang ia tidak tahu kenapa bisa kaca mobil Flora pecah, tapi sepertinya kaca mobil itu memang di pecahkan oleh orang yang tertawa itu.     

"Untung ada kamu nak Janu. Kalau sampai tidak ada, entah bagaimana nasib Flora saat ini," ucap Mama Flora.     

"Hanya kebetulan saya sedang melintasi jalan itu. Jadi saya pun bisa menolong Flora" jawab Janu seraya tersenyum.     

TBC…     

YO YO YO… GUYS… BANYAKIN KOMENT DAN POWER STONENYA YA GUYS…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.