Menikah dengan Mantan

Bab 220 \"TEPATI JANJI\"



Bab 220 \"TEPATI JANJI\"

0HAI SEMUA... MAAF YA.. AKU KAYAK BEGINI.     

HAPPY READING...     

Qia bangun dari tidurnya karena tiba-tiba perutnya terasa mual. Baru juga ia berdiri dan akan melangkah kakinya tiba-tiba saja menjadi lemas tidak bertenaga sehingga ia pun terjatuh. Qia memijit kakikinya supaya tidak lemas lagi. Ia menutup mulutnya rapat-rapat berharap bisa membuat dirinya tidak muntah. Setelah di rasa kakinya cukup kuat, ia pun bangun dan melangkahkan kakiknya sedikit cepat menuju kamar mandi.     

Sampai di kamar mandi, ia berjongkok di lubang pembuangan air karena ia jijik jika di lubang kloset walau klosetnya bersih. Qia memukuli dadanya yang begitu mual, hingga akhirnya ia pun memuntahkan isi perutnya. Beberapa kali ia memuntahkan isi perutnya sampai air matanya keluar dan rasa pahit di tenggorokannya. "Hikks, hikss,,, mama," ucap Qia yang menangis ketika ia sudah berhenti memuntahkan isi perutnya.     

Ia kemudian bangun kemudian menyiram muntahannya. Setelah selesai ia pun menyikat giginya kemudian mencuci wajahnya. Baru setelah itu ia pun ke luar dari kamar mandi kemudian ia berjalan ke arah tempat tidur. Ia duduk di pinggiran tempat tidur kemudian menatap makanan yang sudah mendingin. Qia pun kemudian membawa nampan berisi makanan dan minum itu ke luar dari kamar. Dengan langkah pelan dan kepalanya yang rasanya terus-terusan ingin terjatuh itu pun ke luar kamar dan pergi ke dapur.     

Ia memasukkan sayur sopnya ke dalan microwave agar bisa di panaskan. Kemudian meletakkan orek sosis dan telurnya ia letakkan ke dalam lemari makanan. Ia pun mengambil nasi hangat kemudian memasukkan nasinya yang tadi di siapkan ke dalam magicom lagi. Ia pun memasak tehnya dan menambahkan air lagi ke dalam tehnya. Ia memang sengaja tidak terlalu manis membuat tehnya karena jika sedang pusing begini meminum teh hangat tetapi tidak terlalu manis bisa sedikit meredahkan rasa pusingnya.     

Selagi menunggu air tehnya yang ia panaskan itu setengah mendidih, ia mengambil sop yang tadi ia hangatkan di microwave. Ia kemudian mengambil kain untuk mengambil wadah mangkuk sopnya. Ia pun bawa ke meja makan, sete;ah itu ia kembali ke dapur mengambil gelas lebih besar karena the yang tadi ia buat airntya sudah di tambahkan. Ia menuangkan tehnya yang barus setengah mendidih ke dalam gelas yang baru saja ia ambil. Setelah itu, ia pun membawa tehnya ke meja makan. Qia pun mulai memakasn makannya, rasa sopnya menurutnya sedikit kurang garam tetapi ya sudahlah, ia malas mau mengambil garamnya.     

Ia makan dengan satu tangannya yang menyangga kepalanya karena rasanya ia ingin meletakkan kepalanya dan kembali tidur. Namun, ia tidak mungkin bisa seperti ini. Ia harus makan supaya tubuhnya memiliki tenaga. Sepertinya akibat kehujanan lagi, tubuhnya menjadi seperti ini.     

Qia makan cukup banyak dan ia juga meminum tehnya cukup banyak. Walau keoalanya masih berdenyut, tetapi tidak seperti tadi. Dan keadaannya juga jauh kebih baik dari sebelumnya. Qia berjalan membawa piring dan mangkuk kotor ke wastafel. Ia mencucui peralatan makannya kemudian ia berjalan ke ruang televise untuk mengambil obat di kotak obat. Tidak lupa ia juga membawa tehnya . Ia mengambil kotak p3k kemudian duduk di sofa . Ia mulai mencari obat yang ia butuhkan. Ia mengambil paracetamol dan obat sakit kepala.     

Meminumnya bersamaan kemudian ia merebahkan tubuhnya di sofa. Ia juga mengambil selimut karena tubuhnya terasa kedinginan. Padahal Ac-nya tidak sedang ia hidupkan. Ia kembali memejamkan matanya tanpa menghabiskan teh yang sedang ia buat. Kepalanya masih berdenyut sakit, itu sebabnya ia memilih untuk tidur. Handphonenya ia tinggal di kamar hingga panggilan dan pesan yang di kirimkan seseorang itu pun tidak di balas.     

Di tempat lain, Kenan saat ini sedang bersama Raka di salah sau hotel bintang lima. Kenan tadi langsung masuk ke mobil Raka dan tidak mau ke luar. Ia menitipkan mobilnya pada satpam restorant tersebut. Lagi pula ia pelanggan tetap jadi tidak masalah jika menitipkan mobilnya di restorant. Raka dengan tegas menyuruhnya ke luar tetapi Kean tidak mau ke luar sama seklai. Ketika Raka aakan membuka pintu mobil dan ke luar dari mobil, dengan cepat Kenan menahannya dan menutup pintu mobil dengan kuat.     

"Kita selesai urusan kita, baru kalau kamu mau pergi!" tegas Kenan.     

Raka pun pada akhirnya mengikuti apa mau Kenan. Ia kemudian melajukan mobilnya dan pergi ke mana Kenan mau. Dan sampailah mereka di sini, Kenan tadi memesan dua kamar, tetapi satu kamar hanya untuk menutupi jika mereka tidak sedang dalam satu kamar. Raka sedang berdiri di depan kaca besar dan memperlihatkan mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan teriknya matahari yang begitu menyengat.     

Kenan meraih pinggang Raka dan memeluknya, menyandarkan dagunya di bahu Raka. "Apa yang ingin kamu bicarakan, bukankah semua sudah jelas?" tanya Raka dengan suara dinginnya.     

"Kalau semua sudah jelas seharusnya kamu tidak marah." Kenan membalikkan tubuh Raka kemudian menangkup ke dua pipi Raka.     

"Bicaralah, apa yang ingin kamu katakana," ucap Kenan dengan suara lembutnya.     

"Aku sudha mengatakannya, jadi untuk apa lagi aku mengatakannya?"     

"Kamu enggak suka jika aku lebih memperhatikan Qia. Aku melakukannya karena Qia sedang sakit, jika tidak sakit aku tidak akan meperlakukannya seperti ini. Jadi, aku mau kamu sedikit mengerti."     

"Aku enggak suka karena kamu membatalkan acara makan siang kita begitu ddakan. Seharusnya jika tahu Qia sakit, kamu bisamenyiapkan semua keperluannya dan berusaha datang menemuiku. Aku selalu menomor satukan kamu jika aku memilki janji padamu. Padahal aku sendiri ada janji dengan kekasihku sebelum aku menikah dengan Chika. Apa kamu enggak bisamenomor satukan aku lagi Ken?" tanya Raka menatap tepat ke manik mata Kenan.     

"Lain kali aku akan mementingkan kamu di bandingkan dia, jadi kamu jangan marah lagi."     

"Kita buat peraturan Ken," ucap Raka yang menatap serius Kenan.     

"Peraturan apa itu?"     

"Peraturan pertama ketika kita sudah membuat janji bertemu, kita harus menepatinya. Mau jam berapa pun itu kita harus bertemu," ucap Raka.     

"Oke," jawab Kenan singkat.     

"Apa ada lagi?" tanya Kenan karena mereka hanya diam saja.     

"Untuk sekarang itu dulu, nanti aku pikirkan lagi. Sekarang—" Raka sengaja menjeda perkataannya seraya tersenyum penuh arti.     

"Mau melakukannya?" tanya Kenan yang ikut tersenyum.     

Tanpa menjawab mereka berdua langsung saling memagut bibir lawan mereka. Ciuman yang begitu brutal, lidah mereka saling berbelit dan menghisap satu sama lain. Tangan Kenan dan Raka sudah bergerak ke bagian bawahnya pakaian yang mereka kenakan . Raka menarik ujung kaos yang di kenakan Kenan sedangkan Kenan sedang membuka kancing kemeja bagian atasnya. Kenan mengangkat ke dua tangannya karena Raka mau melepaskan pakaiannya. Setelah itu gentian dirinya yang melepaskan pakaiannya yang di kenakan Raka. Kini hanya tersisa singlet dan kaos dalam yang di kenakan mereka berdua. Kenan melepaskan ikat pinggang Raka kemudian melepaskan kancing celana dan reseleting celana bahan berwarna navy itu.     

Ia melepaskan pagutan kemudian berongkok untuk melepaskan celana bahan yang Raka kenakan. Iamendongak seraya tersenyum menatap Raka. Raka pun tersenyum dan tanpa berkata apa-apa lagi Kenan melepaskan celana pendek sekaligus celana dalam milik Raka. Pedang pusaka Raka yang masih belum tegak berdiri itu pun kini terpampang nyata di hadapan Kenan. Tangan Kenan pun meraih milik Raka dan lidahnya mulai menyentuh ujung pedang Raka. Ia mulai memasukkan pedang Raka secara perlahan ke dalam mulutnya. Ia melakukannya secara perlahan dab temponya dari perlahan mulai cepat. Milik Raka pun sudah mulai mengeras dan Kenan bisa merasakannya. Kini Kenan sudah melepaskan pedang Raka tetapi permaiannya kini berubah melumat ke dua buah telur Raka. Satu tangannya pun aktif bergerak naik turun di pedang tumpul Raka.     

Ia menghisap telur Raka bergantian dan warna telurnya sudah merah. Pedang Raka juga suda sipa untuk bertempur dengan pedang Kenan. Rasanya Raka sudah ingin meledak. Ia pun kini memegang ke dua bahu Kenan agar Kenan berdiri.     

Ia memagut bibir Kenan dengan tangan yang ia lingkarkan ke leher Kenan. Perlahan ia ia mendorong tubuh Kenan dna berjalan menuju tempat tidur. Tubuh Raka tingal kaos saja yang tersisa sedangkan Kenan masih memakai singlet dan celana jensnya. Raka mendorong tubuh Kenan ke atas tempat tidur. Dengan sigap ia melepaskan kancing celana dan reseleting celan jens Kenan. Dalam satu tarikan ia menarik celana jens,celana pendek dan celana dalam Kenan.     

Miliki Kenan masih setengah tegak belum tegak sempurna seperti miliknya. Tangannya bergera menyentuh milik Kenan dan ia pun menggerakkan naik turun miliki Kenan. Tubuhnya kini sudah naik ke atas tubuh Kenan kemudian satu tangannya yang lain menarik singlet Kenan ke atas. Ia memainkan lidahnya di ujung dada Kenan kemudian menghisapnya membuat desahan itu keluar dari bibir Kenan. Satu tangannya yang tadi memainkan pedang Kenan kini bermain di satu dada Kenan. Ia menegakkan tubunya, kemudian menatap Kenan. "Aku yang gerak," ucap Kenan.     

Kenan hanya tersenyum saja sebagai jawabannya. "Buka mulutmu," ucap Raka kemudian ia memasukkan tangan kirinya ke dalam mulut Kenan. Kenan pun mulai melumat jari-jari Raka yang berada di dalam mulutnya.     

Satu tangan Raka bernain di ujung dada Kenan kemudia ia pun menunduk untuk memainkan lidahnya di ujung dada Kenan. Jarinya yang sudah basah itu kini ia tarik kemudian ia mengarah ke lubang kenikmatan Kenan. Mereka tidak membawa gel, jadi air liur yang mereka gunakan sebagai pelumas. Satu jari Raka sudah masuk ke lubang kenikmatan Kenana. Kenan memejamkan matanya dan mengigit bibir bagian bawahnya karena sedikit sakit. Mereka sudah lama tidak pernahmelakukannya jadi sedikit sakit ketika satu jari Raka masuk ke lubang kenikmatannya.     

Lidah Kenan masih bermain di ke dua ujunga dada menjilat dan menghisapnya bagaikan memakan sebuah permen. Raka menambahkan lagi satu jarinya masuk ke lubang kenikmatan milik Kenan. Kini Kenan menarik kepala Raka untuk menghilangkan rasa sakit di lubangnya. Ia masih butuh waktu untuk menyesuaikan lubangnya.     

TBC…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.