Menikah dengan Mantan

Bab 234 \"FAKTA YANG MENGEJUTKAN\"



Bab 234 \"FAKTA YANG MENGEJUTKAN\"

1HAPPY READING... MAAF BARU SEMPAT EDIT LAGI.     

Sudah sekitar sebulan lebih berlalu semenjak kejadian kegagalan pernikahannya. Flora tidak bisa hidup dengan nyaman karena kakaknya menghilang begitu saja. Nomor telphonenya saja sudah tidak bisa di hubungi sama sekali. Lintang si musuh bebuyutannya pun sering sekali datang ke kantornya. Entah apa maksud dari perlakuan Lintang padanya dengan memberikan sarapan pagi atau pun untuk makan siang. Si musuhnya yang rasanya sedang ada udang di balik rempeyek itu patut di waspadai.     

Makan yang di berikan padanya sering sekali ia berikan ke orang lain. Dari pada di buang, maka ia akan memberikannya ke pada orang lain. Makanan yang di berikan Lintang padanya itu seringnya di titipkan pada ob atau pun satpam. Bisa di hitung beberapa kali mereka bertemu.     

Pagi ini ia berangkat lebih awal karena ada pekerjaan yang harus ia segera selesaikan jika tidak Kenan akan marah – marah. "Lo lagi," ucap Flora ketika melihat Lintang sedang berbicara dengan satpam.     

"Pagi kebun bunga," sapa Lintang seraya tersenyum.     

"Mau lo apa?" tanya Flora dengan nada sarkatis.     

"Mama lagi masak banyak, jadi wajar aku kasih aja lebihnya ke kamu," jawab Lintang seraya tersenyum.     

"Ck! Lo bisa kasih ke orang – orang di jalan!" kesal Flora.     

"Apa kamu sudah menyiapkan data yang saya minta?" tanya Kenan yang tiba – tiba saja sudah berdiri di belakang tubuh Flora.     

"Pak, Ken," ucap Flora dan segera bergeser ke samping untuk memberi jalan pada Kenan.     

"Maaf pak, kemarin saya sedang tidak enak badan. Jadi saya belum menyelesaikannya."     

"Saya tunggu sampai jam sembilan," ucap Kenan dengan nada suara dinginnya kemudian melangkahkan kakinya masuk ke perusahaan.     

Kenan sekilas bertatapan dengan Lintang dan ia hanya menampilkan raut wajahnya yang begitu dingin dan tidak bersahabat. Ia pun kemudian melangkahkan kakinya masuk ke perusahaan. "Jangan ganggu gua, lagi!" tegas Flora kemudian melangkahkan kakinya masuk ke perusahaan. Lintang hanya tersenyum seraya menatap punggung Flora yang berjalan menjauh.     

Tanpa berkata apapun ia berjalan ke arah parkiran, "Mas, ini sarapannya?" tanya satpam sedikit berteriak.     

"Untuk bapak saja," jawab Lintang tanpa melihat ke arah satpam. Ia terus berjalan ke arah mobil dan masuk ke dalam mobil. Mobip pun melaju meninggalkan area kantor Flora.     

Kenan di ruangannya membereskan semua dokumentnya, hari ini ia akan pulang cepat karena ingin menghabiskan waktu bersama Raka sebelum Raka pergi ke Lombok besok karena ada pekerjaan.     

Jam berdetik begitu saja hingga tidak terasa sudah pukul setengah dua belas siang. Suara pintu di ketuk dari luar membuat Kenan menghentikan kegiatannya dan melihat siapa yang masuk tanpa di zinkan oleh Kenan.     

Kenan kembali melanjutkan aktifitasnya setelah tahu jika Raka yang datang. "Kenapa ke sini? kan udah janjian makam di tempat biasa habis itu pulang ke appart?" tanya Kenan tanpa menatap ke arah Raka.     

"Tadi habis ketemu klien, ya udah mampir aja ke sini," jawab Raka seraya berjalan ke arah meja kerja Kenan.     

Kenan tidak menanggapi lagi, ia pun fokus dengan pekerjaannya.     

Sekitar pukul duabelas lewat enam menit, Kenan menutup dokumentnya dan menyatukan dengan dokument - dokument yang sudah ia baca dan tanda tangani. Ia mengangkat ke dua tangannya ke atas untuk mereganggangkan otot - ototnya yang kaku. "Kita berangkat sekarang?" tanya Kenan yang kini menatap Raka.     

"Ayok," jawab Raka.     

"Tunggu ya, aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kenan yang sudah berdiri dari duduknya.     

"Hum," jawab Raka singkat.     

Kenan pun berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan mengkosongkan kandung kemihnya yang sudah penuh. Selesai dari kamar mandi, Kenan pun kembali ke meja kerjanya untuk mengambip beberapa barangnya sebelum ia pergi dari kantor. Selesai makan siang, ia tidak akan kembalia lagi ke kantor. Jadi, ia mengambil barang - barang yang ia perlukan.     

Kenan kemudian berjalan ke arah Raka yang sudah berdiri dari duduknya. Entah Kenan yang tidak hati - hato ketika berjalan, ia pun hampir terjatuh dan bibirnya akan mencium lantai. Namun, Raka dengan cepat menarik tubu Kenan hingga akhirnya Kenan menubruk tubuhnya yang mundur beberapa langkah karena tubuh Kenan yang besar. Biar bagaimana pun jug, Kenan seorang pria jadi wajar saja benturannya kuat.     

Kenan menundukkan kepalanya menatap Raka yang ia tubruk. Mata mereka saling beradu dan perlahan bibir mereka sudah saling mendekat sampai akhirnya menempel satu sama lain. Bibir mereka kini sudah saling melumat, menyesap dan menghidap sati sama lain. Lidah mereka pun saling membelit.     

Entah siapa yang mulai, tetapi kini kemeja kerja mereka kancingnya sudah terlepas semua. Kenan dan Raka sudah saling membuka kemeja kerja mereka dan tinggalah kaos dalam mereka saja. Ciuman mereka sudah terlepas, kabut gairah sudah menguasai mereka. Tatapan mereka saja sudah tidak fokus.     

"Lanjut atau..." ucap Raka menggantung dan ia tersenyum menatap Kenan.     

Kenan tidak menjawab, ia malah meraup bibir Raka. Raka pun hanya membalas ciumana Kenan begitu panas. Tangan mereka kini sudah memegang ujung kaos dalam yang mereka gunakan. Perlahan Tangan mereka menarik kaos dalam lawan mereka ke atas. Mereka sempat melepaskan ciuman mereka karena harus melepas kaos. Suara ledakan balon tiba - tiba memasuki pendengaran mereka. Saat ini di depan pintu seorang wanita dengan kaos kebesaran berwarna putih lengan panjang dan celan jens berwarna hitam dengan make-up natural dan rambutnya yang separuh di ikat sedang terdiam.     

Seperti balon yang ia bawa tadi, kini hatinya berantakan. "Qia," ucap Raka dengan wajah terkejutnya sedangkan Kenan hanya mampu terdiam.     

Mata Kenan dan Qia saling beradu, tidak lama Qia pun langsung membalikkan tubuhnya dan berlari dari sana. Kenan bisa melihat air mata yang tadi sudah terjatuh dari sudut mata Qia. "Qia, tunggu!" teriak Raka kemudian segera berlari.     

Kenan masih terdiam di tempatnya sebelum teriakan ke dua Raka membuatnya tersadar dan segera mengejar Raka dan Qia. Raka kalan cepat dengan Qia yang menaiki lift. Ia pun tanpa mau menunggu lebih lama langsung berlari ke arah tangga darurat. Air mata sudah membasahi seluruh wajahnya. Untunglah ia datang di saat makan siang, sehingga tidak ada karyawan saat ini. Hanya ada satpam yang berjaga di pintu masuk.     

Qia berjalan santai karena ia tidak mau sampai anak yang ada dalam kandungannya kenapa - napa. Ya, Qia datang untuk memberikan kejutan pada Kenan tentang kehamilannya. Ia membawa sebuah balon yang di dalamnya sudah di isi dengan hasil tes yang menyatakan dirinya sedang mengandung. Beberapa hari terakhir dirinya memang sedang tidak enak badan. Ia juga sedang melakukan konsultasi dengan psikiaternya, sekalian memerikasa keadaanya yang merasa tubuhnya beberapa hari merasa tidak nyaman. Dan ketika ia memeriksakan ke adaannya, ia pun di nyatakan hamil.     

"Qia, tunggu!" panggil Raka membuat Qia menolehkan kepalanya menatap kebelakangnya di mana Raka sedang berlari mengejarnya.     

Qia pun segera berlari karena tidak mau bertemu dengan siapapun. Ia merasa kecewa dengan Raka dan Kenan. Bagaimana bisa mereka melakukan hubungan seperti ini. Lantas bagaimana hubungannya dengan Kenan, kenapa Kenan melakukannya padanya. Jika ia menikahi Qia memang karena cinta, lantas apa yang ia lakukan sekarang?     

Qia terus berlari untuk menghindari Raka. Kenan pun ikut menyusul Raka dan Qia. Qia berlari ke arah halte bus karena ia tadi datang menggukan bus. Ia malas membawa mobil sendiri, sedangkang supirnya sedang cuti jadi tidak ada yang mengantar diriinya.     

Raka akhirnya bisa menarik tubuh Qia dan membawanya ke dalam pelukannya. "Lepasin!" teriak Qia seraya mendorong tubuh Raka.     

"Aku akan jelasin, tapi kamu kasih kesempatan aku dan Kenan untuk mengata--"     

"Lepasin!" teriak Qia yang wajahnya sudah mendonggak sehingga teriakan nyaringnya terdengar.     

"Lepasin gua brengsek!" teriak Qia dengan suara melengking.     

Raka masih belum melepaskan pelukannya, Kenan yang berada di belakang tubuh Raka . Raka berjalan mendekat, ia tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya ingin marah, tetapi melihat air mata Qia yang mengalir membuatnya tidak berani menghadapi Qia.     

"Lepasin!" teriak Qia lagi membuat Raka akhirnya melepaskan pelukannya karena suara Qia yang begitu melengking. Beberapa orang yang melihat pun berhenti berjalan dan menatap mereka.     

Qia membalikan tubuhnya dan kembali berlari. Ia menyebrangi jalan untuk pergi ke halte bis, tetapi Qia yanga hanya berlari tidak memperhatikan ada mobil box yang melaju dengan tidak stabil. "Qia awas!" teriak Raka.     

Qia yang tidak mempedulikan teriakan Raka bahkan suara klakson yang begitu keras terdengar pun ia abaikan. Yang ia pikirkan saat ini adalah pergi menjauh dari Raka dan Kenan. Ia seakan - akan tuli tidak mendengar semuanya.     

Brak...     

Suara benturan yang cukup kuat terdengar, berberapa orang yang di sekitar sana pun menjerit. Raka dan Kenan sama - sama terdiam di tempatnya hingga Raka tersadar terlebih dahulu. Ia pun segera berlari menghampiri Qia, sedangkan Kenan dengan cepat mengambil handhone si saku celananya.     

Entah nomor siapa yang ia telphone hingga seseorang mengangkat sambungannya. ["Kenapa Ken?"]     

"Ambulan, ambulan, ambulan," ucap Kenan.     

"Ambulan, " ucap Kenan lagin yang masih terlihat linglung. Ia hanya menatap kerumunan orang yang mengerumuni tubuh Qia.     

["Kenan, ada apa? katakan sama mama?"] tanya Carla yang terdengar panik mendengar ucapan Kenan.     

"Qia, Qia kecelakaan di depan kantor," ucapnya kemudian ia pun tersadar dari rasa terkejutnya. Ia kemudian menatap layar telphonenya yang menampilkan nama mamanya. Ternyata nomor yang ia panggil adalah nomor mamanya yang memang ada di kontak pangilan terakhir yang masuk.     

"Ma telponin ambulan. Qia kecelakaan di depan perusahaan," setwlah mengatakan itu, Kenan langsung menutup telponnya dan berlari menghampiri kerumunan.     

Qia menatap Raka yang terus berkata tetapi Qia tidak tahi apa yang di katakan Raka. Ia tadi hanya merasakan tubuhnya di tabrak sesuatu yang kuat hingga sekarang kupingnya terasa berdengung dan tubuhnya mulai terasa sakit. Qia kembali meneteskan air matanya mengingat apa yang ia lihat antara Kenan dan Raka. Sakita rasanya tetapi lebih sakit ketika yang berada di sisinya saat ini hanyalah Raka bukan Kenan suaminya.     

Matanya kini sudah terasa berat, ia ingin menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa berat di matanya yang ingin menutup. Sayangnya ia sama sekali tidak bisa menggerakkannya hingga akhirnya ia pun menutup matanya. "Qi, enggak. Kamu hatlrua tetap bangun Qi," ucap Raka dengan wajah begitu khawatirnya. Ia terus menepuk pelan pipi Qia, tetapi nihil. Qia sama sekali tidak merespon.     

TBC....     

WOHOO... APA YANG AKAN TERJADI PADA QIA GUYS... MENINGGALKAH? ATAU TETAP HIDUP DENGAN KONDISI FISIK YANG MUNGKIN TIDAK AKAN BAIK?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.