Menikah dengan Mantan

Bab 205 \"PERNIKAHAN ADALAH SALING MENERIMA\"



Bab 205 \"PERNIKAHAN ADALAH SALING MENERIMA\"

2HAI… HELLO…. UP AGAIN GUYS… BTW" GIMANA NIH PART SEBELUMNYA?     

MAAFKAN TYPO YANG BETEBARAN YAN GUYS…     

YUKS RAMAIKAN KOMENTNYA. DAN TOLING BANTU POWER STONE UNTUK CERITAKU PERNIKAHAN SATU MALAM YA GUYS…     

DAN SATU LAGI, ADA TIGA ORANG PEMENANG YANG BELUM HUBUNGI AKU. SO, HUBUNGI AKU VIA DM IG DI CHI_HYO_KI95 ATAU KALIAN BISA KOMENT DI POSTINGAN INI.     

HAPPY READING….     

Kemarahan Kenan membuat ia segera berjalan keluar kamar. Ia menghidupkan lampu utama di appartementna dan segera mengambil kunci mobilnya. Tidak peduli jika ia masih dalam keadaan setengah sadar dan membawa Qia menggunakan mobil. Ia tidak peduli jika nanti Qia bisa mengalami episode, tetapi ia tidak akan membiarkan Qia menyakitinya seperti yang Mamanya lakukan pada almarhum Papanya. Ia tidak akan mengulang sejarah dengan apa yang terjadi pada Papanya. Ia tidak mau menjadi pria bodoh seperti Papanya.     

Kenan segera melangkah dengan langkah lebar-lebar. Ia hanya memakai sandal saja ketika keluar, langkahnya terhenti ketika seseorang jatuh saat ia membuka pintu. "Qia?" tanyanya seraya mengernyitkan dahinya. Qia langsung menatap Kenan yang menundukkan kepalanya untuk menatap Qia.     

Qia segera bangun dan berdiri. Ia menatap Kenan dengan tatapan mata berkca-kacanya. "Kak, Ken!" ucap Qia yang langsung memeluk tubuh Kenan erat.     

"Maafin Qia Kak," ucap Qia yang mulai menjatuhkan air matanya.     

"Qia salah, seharusnya Qia enggak dekat dengan laki-laki itu. Qia minta maaf Kak," ucap Qia dengan suarah terisaknya yang membuat perkataannya tidak begitu jelas.     

"Maafin Qia kak," ucap Qia kemudian membenamkan wajahnya di dada Kenan. Qia menangis di dalam pelukan Kenan. Hatinya yang kembali bermain karena pemikirannya tentang hubungan Kenan dan Chika. Ia menangisi hubungan itu walau mulutnya terus bergumam meminta maaf, nyatanya hatinya menangis untuk perasaan suaminya itu pada mantan calon tunangannya. Atau bahkan, mantan kekasihnya. Karena Qia sendiri tidak tahu apakah ucapan Kenan jika hanya dirinya wanita yang pernah menjadi kekasihnya benar atau tidak. Walau kakek pernah berkata bahwa baru dirinya yang di kenalkan pada Kakek, Qia pun tidak yakin.     

Bisa saja bukan, jika Kakek mengarang cerita hanya supaya wanita yang sedang di iginkan cucunya luluh pada cucunya. Padahal cucunya sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik dari dirinya. Ia hanya mendukung saja siapa wanita yang ingin di nikahi cucunya tanpa pedulu jika cucunya memiliki seorang kekasih.     

Kenan perlahan mendorong tubuh Qia yang masih basah itu agak kesusahan karena Qia terlalu kuat memeluknya. "Aku enggak bisa napas," ucap Kenan berpura-pura agar Qia mau melepaskan pelukannya.     

Qia pun segera melepaskan pelukannya dan memberi jarak pada Kenan. "Maaf, kak," ucap Qia dengan kepalnya yang tertunduk dalam.     

Kenan memperhatikan tubuh Qia yang bawah kuyup, model pakaian Qia yang agak tipis dan menerawang itu memperlihatkan lekukan dalam tubuh Qia yang terekspos di depan Kenan. "Kenapa tubuhmu basah?" tanya Kenan seraya menatap tubuh Qia dari atas sampai bawah yang basah kuyup.     

"Qia kehujanan," jawab Qia yang masih menundukkan kepalanya.     

"Apa pria sialan itu tidak mengantarmu?" tanya Kenan dengan nada kesal.     

"Pria sialan apa kak?" tanya Qia yang kini mendongakkan kepalanya. Ia pun kini menatap Kenan dengan tatapan marah. Lagi-lagi ia tersulut emosi karena Kenan sepertinya akan kembali menuduhnya berselingkuh dengan pria di taman tadi. "Apa maksud kakak pria yang ada di taman tadi?" tanyanya memastikan.     

"Siapa lagi, kalau bukan pria sialan itu?" tanya Kenan dengan nada suara yang meninggi karena Qia pun tanpa sadar sudah meninggikan suaranya.     

Suara guruh yang bersahutan juga kilat yang bersahutan tidak membuat beberapa penghuni appartement terganggu. Karena suara Qia dan Kenan tertelan dengan suara guruh dan petir itu.     

Qia memejamkan matanya mencoba menahan emosinya yang ingin meledak, ia sudah meminta maaf dan ia harus belajar menerima semuanya. "Aku benar-benar enggak tahu siapa dia kak. Qia berani bersumpah kalau Qia sama sekali enggak mengenalnya kak," ucap Qia dengan suara lembutnya menekan segala emosi yang mendera.     

"Bohong! Dia tahu namamu!" tegas Kenan.     

Qia mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Kenan. Ia sama sekali tidak berkenalan denga pria itu, tetapi mengapa orang itu mengetahui namanya. Qia benar-benar tidak percaya jika pria itu mengenalnya. "Dia tahu namaku?"     

"Iya, dia tahu nama kamu. Siapa pria itu?" tanya Kenan dengan nada menuntut.     

Qia menggelengkan kepalanya. "Qia beneran enggak kenal kak, siapa dia,"jawab Qia jujur.     

"Jujur Qia, jangan bohong! Aku tidak suka di bohongi dan jangan menjadi wanita sampah!" ucap Kenan dengan suara penuh penekanan di kata sampah.     

Qia menatap Kenan dengan tatapan mata tidak percaya dengan apa yang baru saja Kenan katakana. Apakah kata-katanya sama sekali tidak pantas untuk di percaya sehingga Kenan mengatakan hal seperti itu. "Qia enggak bohong sama sekali sama kakak. Apa gunanya Qia bohong sama kakak. Enggak ada keuntungannya sama sekali jika Qia bohong sama kakak," ucap Qia dengan suara kecil. Sebisa mungkin Qia menurunkan emosinya, menahan kuat-kuat amarahnya. Ia tahu Kenan orang yang seperti apa, jadi ia pikir sebaiknya ia berusaha menahan emosinya. Jika ia meledakkan amarahnya, kejadian seperti tadi akan terulang.     

Menikah bukanlah sesuatu hal yang aku cinta kamu dan kamu cinta aku. Menikah adalah menggabungkan dua karakter menjadi satu. Dua orang yang memiiki emosi yang berbeda-beda. Jika pasangannya sedang emosi, seharusnya pasangan yang lainnya harus bisa meredahkannya. Bukan malah saling meledakkan emosinya. Jika menjadi pasangan masih egois untuk mempertahankan ego masing-masing, lantas siapa yang akan melerainya. Kita mengalah bukan berarti kita salah, walau di mata mereka kita mengalah karena kita mengakui diri kita memanglah salah. Namun, kita hanya berpikir jika yang terbaik adalah meredam emosi kita supaya hubungan pernikahan itu bisa lebih awet.     

Sebuah hubungan pernikahan itu memanglah rumit, dan inilah konsekuensi dari hubungan yang di pilih oleh seseorang. Ketika kita sudah menetapkan siapa yang akan menjadi pasangan kita, seharusnya kita sudah siap dengan segala konsekuensi yang si dapat. Selagi semua adalah hal wajar. Kecemburuan Kenan memanglah sangat berlebihan dan itu adalan hal yang harus di terima oleh Qia. Dan masalah Chika pun, Kenan tidak bertindak apapun hanya menatap dengan tatapan datar saja tanpa eksresi berarti. Selama Chika dan Kenan tidak menjalin hubungan yang salah, maka tidak seharusnya Qia marah besar. Kecuali jika Kenan dan Chika melakukan hubungan yang tidak baik, maka Qia boleh marah dengan hal itu.     

TBC…     

YO YO YO… APA YANG AKAN TERJADI GUYS… BAGAIMANA SEMUA INI AKAN BERAKHIR GUYS… KENAN BENAR-BENAR PECEMBURU AKUT SAMPAI BERPIKIR SEPERTI ITU PADA QIA.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.