Menikah dengan Mantan

Bab 214 \"MUSAFIR CINTA\"



Bab 214 \"MUSAFIR CINTA\"

1HAPPY READING…     

YANG TIDAK SUKA BOLEH TINGGALKAN LAPAK YA GUYS… DAN TERIMAKASIH YANG MASIH BERTAHAN SAMPAI SEJAUH INI. HEHEHEHE…     

GUYS... MAAF YA, BARU KEBEBERIN.     

HAPPY READING....     

Kenan mengambil pakaian dari lemari dan memakainya. Ia keluar dari kamar dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum dan juga obat pereda rasa pusing akibat alkohol. Baru juga ia akan meminum obat, suara bel kemudian ketukan di pintu membuatnya segera meminum obatnya. "Siapa?" tanya Kenan dengan suara sedikit meninggi.     

Tidak ada jawaban dari luar membuat Kenan menghentikan langkahnya. "Apa unit sebelah?" tanya Kenan entah pada siapa.     

Suara ketukan puntu dan juga bel kembali terdengar, Kenan pun membukakan pintunya. "Sia—" ucapan Kenan terhenti ketika melihat siapa orang yang sedang ada di hadapannya saat ini.     

"Mau apa anda kesini?" tanya Kenan dengan suara dinginnya.     

"Ah, saya hanya mau melihat ke adaan istri anda karena seharusnya hari ini ia berada di rumah sakit untuk urusan pekerjaan. Saya pikir istri anda sakit karena mendapat perlakuan kasar dari pria mabuk gila semalam," jawab si dokter urakan yang tidak lain adalah Lintang.     

"Apa maksud anda, hah!" marah Kenan tidak suka dengan apa yang baru saja di katakana Lintang.     

"Apa anda lupa jika semalam anda membuat kekacauan di club malam yang anda kunjungi. Beruntung anda, karean si pemilik mengenal anda," ucap Lintang dengan nada malas.     

Lintang tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam karena ia merasa memiliki cela untuk masuk. Kenan kesal dan ia segera berdiri di hadapan Lintang. "Apa anda tidak memiliki sopan santun?" tanya Kenan menatap kesal Lintang.     

"Ah, saya pikir anda tadi mengizinkan saya masuk. Jadi, saya langsung masuk saja," jawab Lintang dengan santainya. Ia benar-benar tidak ada rasa akut sedikitpun, apalagi jika sudah berkaitan dengan Qia. Ia benar-benar tidak mempedulikan status Qia yang sudah menikah.     

Lintang menyukai yang namanya sebuah tantangan. Jadi, ia tidak peduli jika wanita itu sudah menikah atau belum yang pasti jika baginya itu membuatnya tertantang maka ia akan mencoba menaklukannya. "Lebih baik anda ke luar dari appartement saya. Atau saya akan menyurush satpam untuk menarik anda ke luar dari appartement saya!" tegas Kenan menatap tajam Lintang.     

"Oke-oke, baiklah," ucap Lintang seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. Ia meletakkan papper bag yang ia bawa ke lantai kemudian segera berjalan ke luar dari appartement. Kenan mengambil papper bag itu kemudian membawana ke luar.     

"Tunggu," panggil Kenan ketika Lintang baru saja berada di depan pintu appartement. "Bawa sampah ini!" ketus Kenan seraya memberikan papper bag itu dengan memberturkan tangannya serta papper bag ke dada Lintang.     

Lintang memegang papperbagnya menatap malas Kenan. "Ini makanan, bukan sampah. Aduh, mata anada apa buta enggak bisa bedain makanan sama sampah?"     

"Ke luar lo!" marah Kenan dan mendorong kuat tubuh Lintang agar ke luar dari appartementnya. Dengan kasar ia menutup pintunya membuat Lintang yang ingin protes terdiam karena pintu itu akan mencium wajahnya.     

"Huh! Dasar! Pria tidak ada sopan santun," ucap Lintang seraya terkekeh.     

Lintang pun pergi dari sana seraya bersiul dan senyuman yang mengukir di wajah indahnya. Ia pun memasuki lift kemudian meraih handphonenya yang berdering di saku kemeja yang ia pakai. "Hallo honey…"     

["Fuck! Jangan panggil gua honey!"} marah orang di sebrang sana. Lintang malah terkekeh mendengar umpatan seorang wanita di sebrang telephone.     

["Enggak usah ketawa lo! Gua santet online, mau!"]     

"Hahaha… Lov..Lov, gitu aja marah. Kenapa? Lo mau tanya perkembangannya?Gua yakin bisa dapetan Qia," ucap Lintang penuh percaya diri.     

["Yakin lo bisa? Kok gua enggak yakin ya, apalagi sewaktu kejadian di rumah sakit ketika lo pergi gitu aja,"] ucap orang itu tidak percaya dengan ucapan Lintang yang penuh percaya diri.     

"Hahah…. Jangan panggil gua Lintang si musafir cinta, kalau hanya dapetin wanita seperti Qia itu enggak bisa. Gua aja bisa buat simpanan Papa lo ngejer-ngejer gua. Apalagi wanita miskin dan yatim seperti Qia. Ah… mudah buat gua naklukin wanita seperti itu," ucap Lintang dengan percaya dirinya dan kata-katanya yang begitu sombong.     

Lintang si musafir cinta, itulah yang selalu ia katakana. Padahal musfir cinta tidak cocok untuk dirinya. Ia lebih pantas di sebut sang Casanova atau mungkin si bajingan karena sering berganti-ganti wanita dan juga sering mennggoda wanita-wanita yang sudah bersuami.     

["Buktiin saja, karena kali ini orang yang lo hadapin bukan pria tua Bangka. Tetapi pria muda yang umurnya bahkan lebih muda dari pada lo!"] ucap wanita itu.     

"Oke, gua akan buktiin ke lo. Kalau wanita seperti Qia itu bisa gua taklukin!" ucap Lintang yang sudah berdiri di samping pintu mobilnya.     

"Ya, udahlah. Gua mau pulang dulu. Bye!" ucap Lintang kemudian mematikan sambungan telphonenya begitu saja tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Lintang masuk ke mobil kemudian ia menghidupkan mobilnya bersiap melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran appartement Kenan dan Qia.     

Kenan kini sudah duduk di sofa kamar menunggu Qia selesai dengan acara mandinya. Sudah cukup lama dari Qia masuk ke kamar mandi. Padahal biasanya Qia tidak selama ini jika mandi. Jika keramas ia hanya butuh waktu lima belas menit sampai dua puluh menitan.     

Sudah sekita 40 menit Qia berada di dalam kamar mandi dan masih belun ke luar. Ia pun dengan cepat melangkahkan kakinya ke kamar mandi karena takut ada apa-apa dengan Qia. Ia juga takut jika episode Qia kambuh sehingga Qia masih belum ke luar dari kamar.     

Ketika ia akan mengetuk pintu, Qia membuka pintunya dan tangan Kenan yang akan mengetuk pintu itu mengenai wajah Qia. "Aduh!"     

Kenan pun segera menjauhkan tangannya dan juga tubuhnya dari Qia. Qia pun menatap ke arah Kenan dengan kesal. Segitu enggak sukanya kak, sama kejadian semalam. Kalai enggak suka, lebih baik enggak usah pulang kak!" kesal Qia.     

Ia pun dengan cepat melangkahkan kakinya ke lemari pakaian dan mengambil pakaiannya. Ia berjalan dengan menahan sakit di bagian intinya. Ia berusaha kuat di depan Kenan. Kakinya sudah terasa kaku karena harus menahan rasa sakitnya. Qia mengambil asal pakaiannya dan kembali melangkah cepat untuk ke kamar mandi guna mengganti pakaiannya. Namun, langkahnya terhwnti ketika ia sudah tidak tahan menahannya.     

"Kak, keluar dari kamar. Aku mau ganti baju!" tegas Qia tanpa menatap Kenan.     

Ia menundukkan kepalanya dan mengigit bibir bawahnya untuk meredahkan rasa sakitnya. Kenan tidak berkata apa-apa, ia pun keluar dari kamar dan Qia pun mulai melangkah perlahan ke tepi tempat tidur.     

Ia mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur. Kemudian satu tangannya ia tumpukan di atas pahanya karena rasanya benar-benar masih sakit.     

TBC…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.