Pasien Pertama
Pasien Pertama
"Akhirnya aku bisa tidur dan beristirahat! " dia berkata sangat keras seolah kebahagiaan yang sangat dia nantikan adalah satu hari hari saja lepas dari pekerjaannya dan bukan limpahan uang yang akan di dapatnya.
Nita menoleh ke arah axel yang sedang berjalan ke arah nya.
"Dokter terima kasih sudah mau membantuku " ucap nita masih dengan nada senang.
Axel tersenyum, "justru aku yang seharusnya sangat berterima kasih padamu, karena sudah memberikan aku sebuah kesempatan untuk bisa melakukan pekerjaan yang sama sekali aku belum pernah lakukan "
"Dokter harus terbiasa dengan tindakan itu sekarang ini " lalu nita kembali berucap pada axel, "sekarang dokter istirahat, kita masih punya waktu tiga jam untuk kembali ke puskesmas "
Axel menganggukkan kepalanya, dia sebenarnya hendak mengatakan kembali ucapan terima kasih nya pada nita tapi sepertinya dia sudah menerima sebuah panggilan di ponselnya yang lagi-lagi membuat wajah yang pada awalnya terlihat sangat senang berubah menjadi seperti mendengar berita buruk. Tegang dan kecewa, tetapi axel tidak berani lebih dalam lagi untuk menanyakan nya.
Akhirnya dia pun memutuskan untuk berjalan ke arah rumah dinasnya, dan pergi mandi. Ketika axel tengah membuat sarapannya sendiri dengan membuat segelas kopi dan telur dadar untul sarapan ponsel nya berdering satu kali.
Dia membulatkan kedua matanya, "aku lupa membawa ponselku semalam, dan ellen menelponku sebanyak ini "
Axel mulai merasa tidak hati ketika ponselnya kembali berdering dengan sebuah tulisan nama penelpon 'bos besar ' di ponsel nya yang tidak lain adalah nama ellen yang sengaja dia ganti agar ketika dia mengirim sebuah pesan dan telpon dia akan meresponnya dengan cepat.
"Axel!!! " ketika dia menerima telepon itu suara yang pertama di dengarnya adalah sebuah teriakan ellen yang memanggil namanya dengan ketus.
Axel terlihat menjauhkan sedikit ponsel milik nya dari telinga nya agar tidak mendapatkan serangan yang mendadak pada sistem saraf di telinganya dari teriakan itu.
"Maaf, semalam aku lupa membawa ponsel " ucapnya mencoba menjelaskan pada ellen yang memang memiliki rasa cemburu yang besar.
"Semalam ada yang partus dan tempatnya sangat jauh " sambung axel menjelaskan pada ellen, "dan karena terburu-buru aku jadi lupa membawa ponsel ".
"Dan kalaupun aku bawa tidak akan ada sinyal " dan dia kembali memberikan sebuah penjelasan pada ellen.
"Kenapa terlalu banyak alasan yang kamu buat? " dan seperti itulah tanggapan ellen setelah mendengarkan semua penjelasan axel padanya.
Axel tersenyum tipis, "kamu kan sedang kuliah di jurusan yang sama, nanti juga kamu akan mengerti bagaimana rasanya ketika melakukan sebuah pengabdian "
"Tapi jangan sampai hal sekecil ini membuat kita harus mempermasalahkan hal yang tidak penting " lalu axel berkata secara tidak langsung mengingatkan pada ellen bahwa mereka bukan lagi anak smu yang ketika berpacaran harus selalu berkomunikasi setiap waktu. Karena kali ini keadaan nya sangat berbeda axel hanya mau ellen menjadi pasangan nya yang selalu memiliki pikiran positif padanya, karena jika telah di beri kepercayaan seperti axel akan membuat dirinya membatasi diri untuk terlalu dekat dengan wanita lain.
"Iya, aku minta maaf " lalu ellen berkata denhan manja setelah axel mengingatkannya, "aku janji tidak akan terlalu cemburu pada kesibukan mu "
Axel tersenyum, "jangan berjanji padaku, tapi ucapkan janji kamu pada orang tua mu bahwa kamu akan menyelesaikan kuliahmu dengan baik "
"Dan kita bisa cepat bertemu " sambung axel, walaupun itu akan masih sangat lama dan tidak tahu kapan mereka bisa bertemu berdua seperti pasangan yang lain.
"Aku sudah menghitung di kalender kuliahku " lalu ellen mengatakan sesuatu hal pada axel, "hari dimana tepat perayaan satu tahun hubungan kita adalah waktu selesainya pekerjaan kamu dan aku punya waktu senggang tiga hari "
"Bagaimana kalau sebelum kamu melanjutkan PPDS kita bertemu di suatu tempat? " lalu ellen meminta axel untuk meluangkan waktunya merayakan tepat satu tahun hubungan mereka nanti.
Axel tersenyum mendengar ellen yang begitu bersusah payah untuk mencari sebuah waktu supaya mereka bisa merayakan nya. Dan walaupun dia hanya libur tiga hari dia sangat memaksakan dirinya untuk bisa bertemu dengan axel. Walaupun hari yang sudah di tentukan ellen itu masih harus melalui tiga ratus enam puluh lima hari lagi.
"Mau kan? " lalu ellen kembali bersuara ketika axel hanya terdiam tidak menanggapi apa yang sudah dia rencanakan nanti.
"Tentu saja " lalu axel menjawabnya dengan pasti, dia tidak akan pernah bisa tega membuat ellen yang sudah membuat rencana itu menjadi kecewa.
"Sekarang kamu akan ada kegiatan apa? " lalu axel menanyakan kegiatan ellen di kampusnya hari ini.
"Ya ampun aku lupa hari ini ada test anatomi!! " dia berteriak pada axel, "aku harus pergi sekarang juga "
Axel tertawa hanya dengan mendengarnya saja dia tahu ellen masih belum bisa menghilangkan sikap cerobohnya, tapi dia sadar bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk di rubah dan dia harus membiarkan ellen untuk bisa berhati-hati dan dewasa disana.
"Hati-hati jangan terburu-buru nanti yang kamu ingat lupa semua " lalu axel mengatakan sebuah nasehat pada ellen yang belum menutup telponnya.
"Iya " teriak ellen, "love you "
Axel terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya senyuman nya muncul, "love you too "
Lalu ellen memutuskan panggilannya setelah mendapatkan sebuah jawaban yang dia inginkan dari axel.
Axel lalu melanjutkan kembali sarapan nya yang sudah menjadi dingin karena ellen yang menelponnya tadi. Biarpun dingin dia memakan nya juga karena tubuh nya membutuhkan banyak energi setelah semalaman dia berjuang menolong pasien.
Axel berjalan menuju ke tempat kerjanya dan langkahnya terhenti ketika melihat satu pemandangan aneh yang pertama kali dia lihat setelah satu minggu datang ke tempat ini. Ada banyak orang-orang menduduki kursi yang di sediakan puskesmas dan bahkan penuh terisi.
'Apa puskesmas sedang mengadakan acara? ' dia lalu kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam ruangannya dengan di senyumi oleh orang yang berkumpul di puskesmasnya itu. Itu semakin membuat axel terheran sekarang, dia duduk dengan wajah nya yang penuh tanda tanya.
"Dokter! " suara nita mengejutkannya yang sedang memikirkan sebuah kejanggalan kejadian hari ini.
"Selamat ya " lalu dia berucap pada axel sambil memberik setumpuk kartu berwarna biru di meja nya.
"Apa ini? " axel mengerutkan dahinya ketika nita menambah kembali kebingungannya.
Nita tersenyum lebar ke arah nya, "ini semua pasien-pasien dokter! "
"Mereka semua sengaja datang dari jauh karena ingin di periksa oleh dokter axel yang sudah berhasil menolong pasien bersalin di tengah malam dengan suasana pemadaman lampu " sambung nita sambil mengucapkan nya seperti dia sedang membaca sebuah puisi.
Axel terkejut, tapi jika itu benar sekarang ini dia bukan main sangat senang karena kehadirannya telah dapat di terima oleh masyarakat. Dan itupun karena bukan semata-mata kerja kerasnya saja, ada nita yang ternyata sangat memberi andil di keajaiban yang di temuinya hari ini.
Dia tersenyum memandangi nita yang memanggilkan pasiennya satu persatu pasien nya, karena tempat kerja nya itu di bangun seperti sebuah pos pertama sebelum puskesmas tenaga medis disana sangat terbatas sehingga semua orang menjadi fleksibel dapat melakukan apapun tanpa membatasi dirinya dengan gelar yang ada di belakang nama mereka.
Axel sesekali memandangi nita yang sedari tadi tidak berhenti mengoceh pada semua pasien-pasien yang telah mendapatkan pemeriksaan olehnya, dia tertawa melihat wanita itu yang memiliki sebuah baterai kehidupan yang sangat menakjubkan setelah semalam dia harus terjaga menemani axel untuk bisa melakukan tindakan yang belum pernah dia kerjakan sebelumnya sendirian.
Dia itu membuat nya kesal ketika bertindak usil, tetapi ternyata bisa menjadi teman dan rekan kerja yang sangat baik untuk axel sekarang ini.
"Dokter " panggil nita setelah axel selesai melakuka pemeriksaan pada pasien nya, "besok itu biasanya akan ada kunjungan dari dinas dengan membawa dokter obgyn dari rumah sakit rujukan pusat "
"Jadi besok kita akan banyak kegiatan " sambung nita memberitahukan pada axel.
"Sekarang dokter harus banyak istirahat " ucap nita kembali pada axel yang masih terdiam memikirkan akan seperti apa dokter obgyn yang akan datang ke tempat dia bekerja?.
Apa dia akan seperti ayah nya yang sangat wibawa? atau seperti dokter azka yang pernah menjadi pimpinannya ketika dia bekerja di rumah sakit dulu?.
Dan semua itu justru membuat begitu banyak pertanyaan di pikiran axel sekarang ini, dia berharap sangat besar ketika orang itu adalah ayahnya yang datang dengan begitu mereka bisa bertemu dengan cepat walaupun axel tahu itu sangat tidak mungkin akan sesuai dengan yang ada di pikirannya sekarang...