cinta dalam jas putih

Dia Aline



Dia Aline

2"Kamu yakin dia bilang apa tentang pak adit? " yoga bertanya pada nita di dalam mobilnya ketika ditengah perjalanan menjemput aline.     

"Aku tidak jelas mendengarnya karena suara mobil yang lalu lalang " jawab nita, "dia hanya mengatakan kalau pak adit mati! "     

"Kalau terjadi kecelakaan, kenapa aline menunggu di halte bis? " yoga teraneh, "setahuku daerah halte itu tidak ada rumah sakit, itukan tempat makan dan penginapan saja "     

Nita mengangkat kedua bahunya, "mungkin aku salah dengar, mudah-mudahan aline dan pak adit baik-baik saja.. "     

Lalu dia tersenyum ke arah yoga, "terima kasih sudah mau membantuku menjemput aline, padahal ini sudah malam "     

"Belum larut malam juga " ucap yoga, "aline juga kan staf kita jadi kalau aku bisa membantunya kenapa tidak dilakukan "     

"Dan yang meminta kan ibu hamil, aku turuti saja " sambungnya.     

Nita tertawa senang, karena hamil menjadikan hal yang sedikit menguntungkan untuknya saat ini.     

"Pakai jaketmu dengan benar " yoga melirik ke arah nita yang tidak mengancingkan jaket yang dipakainya.     

"Cuaca malam pasti dingin "     

Nita tersenyum lebar dan melihat kancing-kancing jaketnya yang masih terbuka.     

"Iya.. " lalu dia menuruti semua yang dikatakan oleh suaminya itu.     

Setelah memakan waktu beberapa menit mereka memutarkan pandangan mereka mencari sosok aline, akhirnya dia melihat aline yang masih terduduk di kursi halte sendirian dengan wajahnya yang sangat tidak enak dipandang begitu kusut dan lusuh.     

Nita dengan cepat menghampiri aline yang terduduk dengan pandangannya yang kosong ketika beberapa detik dia berada di hadapannya.     

"Aline kamu baik-baik saja "      

Satu tangan nita mengusap pundak aline, membuatnya tersadar dengan kehadiran nita dan memeluknya sambil menangis.     

"Aku mau pulang " ucapnya dalam tangisannya.     

"Aku antar kamu pulang.. " dia lalu membawa aline untuk masuk kedalam mobil dimana yoga tengah menunggunya.     

Aline duduk di kursi kedua bersama dengan nita yang duduk disampingnya membantu sahabatnya itu merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan seperti tidak terawat.     

Kedua mata nita memandanginya, dalam pikirannya tadi ketika aline mengirimkan pesan padanya adalah sahabatnya itu dapat bersenang-senang dan saling mengenal dengan aditya. Tapi melihat ekspresi sahabatnya seperti ini bisa dipastikan ada sesuatu hal yang terjadi, tapi dia begitu ragu untuk menanyakannya pada aline saat ini.     

"Aku sudah tahu seperti apa pak adit itu " bisiknya pada nita, "tapi aku tidak bisa bercerita dengan baik saat ini, karena... "     

Nita mengernyit dia lalu menatap wajah aline, "kenapa? "     

"Sekarang aku lapar.. " rengek aline masih dalam bisikannya, "tadi itu walaupun kami makan di tempat yang bagus tapi tidak ada makanan yang cocok dengan perutku jadi aku tidak kenyang "     

Mata nita membulat dia terlihat menahan tawanya menanggapi ucapan aline.     

"Kamu ini bukan anak remaja lagi aline, masa sampai hal makanan kamu sampai pura-pura seperti itu "     

"Kamu sendiri yang bilang kita harus selalu berperilaku baik walaupun kita tidak menyukainya "      

Nita tertawa kecil, "bukan seperti itu juga aline, masa harus aku kasih contoh juga. Kamu kan pasti tahu yang aku sebutkan tadi itu "     

Aline merengut, "aku tidak dapat mengambil keputusan ketika perutku lapar "     

Yoga yang sedang fokus menyetir pun tertawa tanpa suara, aline itu bicara berbisik pada nita tapi volume suaranya masih bisa di dengar jelas olehnya.     

"Kamu mau makan dimana, line? " tiba-tiba yoga mengeluarkan pertanyaannya.     

Aline terkejut karena yoga dapat mendengar ceritanya itu.     

"Tapi dokter, jangan saya hanya bercanda saja. Saya akan pulang dan baik-baik saja "      

Yoga tersenyum, "tapi dari wajah kamu memperlihatkan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja "     

"Aku yang bayar kamu tenang saja " sambung yoga.     

Aline nyengir ke arah nita karena rasa malunya, dia sudah tidak berani memandangi wajah konsulennya itu. Setelah dia membuatnya yoga harus mencari dan memberikannya tumpangan gratis  ditambah dia akan memberikan traktiran untuknya. Dalam pikirannya terlintas keberuntungan nita mendapatkan seorang suami yang terkenal dan selalu mendukungnya, dan itu membuatnya iri yang teramat sangat.     

"Kamu mau makan dimana? " kali ini nita yang melontarkan pertanyaan pada aline, dia melirik ke arah yoga yang tersenyum ke arahnya dan menganggukan kepalanya.     

"Kita makan nasi goreng abang rumah sakit ya " aline memegang satu tangan nita, dengan wajahnya yang terlihat memelas ke arah nita.     

"Baiklah kita makan disana saja " yoga menyela untuk memberikan jawaban mendahului nita.     

Yoga pun menghentikan mobilnya tepat di sebuah warung nasi goreng tepat di depan tempat mereka bekerja.     

"Kamu mau aku pesankan juga? " tanya yoga pada nita yang duduk disampingnya.     

Nita menggelengkan kepalanya dan berbisik ke arah yoga, "aku sedikit tidak percaya melihat aline setenang ini ketika bilang kalau pak adit mati "     

"Mungkin dia harus menenangkan dirinya terlebih dulu " yoga menanggapi, "dia kan bilang kalau sedang lapar tidak dapat memutuskan apapun "     

Yoga terlihat merapikan rambut nita yang teracak-acak oleh angin malam, "kamu tidak merasa lapar melihat aline makan seperti itu? "     

Nita menoleh ke arah aline yang begitu lahap memakan semua makanan yang dipesannya. Hanya dengan melihatnya makan seperti saja sudah membuatnya kenyang.     

"Kamu tidak bertanya pada aline apa yang terjadi padanya? " tanya yoga kembali.     

"Tidak perlu " jawab nita, "jika dia membutuhkan seorang teman untuk menceritakan semua kesulitannya dia akan menceritakannya sendiri kita tidak perlu memaksanya "     

Yoga tersenyum memandangi wajah nita, "apa yang tidak aku sukai dari kamu, ternyata semua aku suka... "     

Nita mengernyit, sempat-sempatnya suaminya itu mengucapkan rayuan gombal ketika berada di situasi seperti ini.     

"Terima kasih " nita membalasnya dengan senyuman.     

Aline yang sedang begitu lahap memakan semua pesanannya, menoleh ke arah sampingnya. Menangkap dua sosok yang membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu dengan laki-laki yang dalam waktu sekejap dia benci.     

Dia menghentikan bibirnya yang mengunyah dan memegang tangan nita yang duduk di dekatnya.     

"Setelah ini, aku akan bilang pada orang tuaku untuk membatalkan pertunangan ini " ucapnya dengan nada marah dan matanya yang berapi-api.     

"Iya, itu kan hak kamu. lakukan saja apa yang menurutmu baik untuk hidupmu " nita hanya bisa memberikan sebuah dukungan saja pada sahabatnya itu.     

"Jangan seperti itu " rengek aline, "harusnya bertanya dulu kenapa aku tidak mau bertunangan dengan pak adit! "     

Nita sedikit terkejut ketika aline justru membentaknya karena dia mendukung semua keputusannya.     

Membuat yoga yang mendengarnya pun terlihat menahan tawanya, dia mengusap punggung nita dengan lembut ketika melihat ekspresi istrinya itu yang terkejut.     

"Dia, laki-laki yang terlihat baik, keren,  dan menghormati wanita itu melakukan perbuatan yang tidak sopan terhadapku! " cetus aline masih dengan nada kerasnya.     

Nita dan yoga hanya bisa mendengarkan aline yang berbicara dengan semua nada-nada ketusnya, dan dia terlihat emosi jika dilihat dari tarikan dinding dadanya yang begitu dalam.     

"Dia pikir aku itu perempuan yang seperti itu, berciuman di lorong hotel dengan pria tua! lalu dia membohongiku membicarakan tentang bisnis..  "     

Retraksi dinding dada aline semakin terlihat karena kedua matanya mulai berkaca.     

"Ternyata bisnis yang mau dia bicarakan itu bisnis birahi... "     

Aline menyembunyikan wajahnya di pundak nita, dia sudah tidak bisa membendung rasa malunya.     

"Dia menganggap aku wanita rendah seperti itu karena dia sudah terbiasa seperti itu ketika di luar negeri " ucap aline, "aku tidak suka dengan laki-laki seperti itu, ingatkan aku kalau aku tidak akan pernah mengenalnya lagi... "     

Nita dan yoga saling memandang, mereka berdua tidak dapat berkata apa-apa. Hal yang sangat mereka tidak percaya ketika aline membicarakan aditya seperti itu, tetapi melihat reaksinya begitu serius mau tidak mau mereka harus mempercayainya.     

"Jangan paksa aku lagi menjadi wanita baik seperti nita, jika yang harus kudapatkan laki-laki menyebalkan seperti itu! " aline masih menenggelamkan wajahnya di pundak nita.     

Hal yang sangat membuat nita kebingungan pada apa yang harus diucapkannya, sepertinya aline salah menafsirkan ketika dia pernah memberitahukannya tentang cara untuk mengambil hati seorang laki-laki yang disukai.     

"Iya, baiklah kamu tenangkan dulu pikiranmu " nita mengusap punggung aline yang sepertinya masih penuh dengan kemarahan.     

"Tidak baik mengambil keputusan ketika emosi, karena ini sudah larut malam sebaiknya kita pulang dan kamu istirahatkan terlebih dahulu pikiranmu.... "     

Aline terdiam untuk beberapa saat, dia lalu mengangkat wajahnya dan segera beranjak dari duduknya.     

Nita tersenyum lembut, dia dan yoga pun mengikutinya beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke arah mobil.     

"Dokter, jangan lihat aku seperti itu " ucap aline, "aku sudah menceritakan sesuatu yang membuat diriku sendiri malu "     

Yoga tersenyum lebar, "tidak apa-apa, rahasia ini kan hanya kita bertiga yang tahu "     

"Janji ya dokter " rengek aline.     

"iya.. " yoga menjawab seraya tertawa kecil dengan tingkah laku stafnya itu yang sudah seperti anak kecil yang merengek di hadapannya.     

Nita pun ikut menertawakan tingkah aline yang memang sangat lucu.     

Karena dia adalah aline,  sahabatnya yang paling berbeda. Pertama kalinya dia mendapatkan jodoh ini pula yang menjadi awal sakit hatinya oleh seorang laki-laki. Dalam hati kecil nita hanya memiliki harapan semoga apa yang dipikirkan oleh sahabatnya tentang aditya itu adalah salah, karena dia masih berharap aline adalah wanita yang akan memenangkan hati aditya sekarang ini walaupun setelah kejadian ini kemungkinannya akan sangat kecil...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.