cinta dalam jas putih

Hadiah Ulang Tahun



Hadiah Ulang Tahun

2Bibir axel telah menyentuh ujung bibir ellen dan hampir berhasil memberikan sebuah ciuman pada ellen, tetapi dengan tiba-tiba suara bel apartemen ellen berbunyi terus menerus.     

Dari bunyinya terdengar seperti di luar sana adalah orang yang tidak penyabar, dengan menekan bel nya terus menerus.     

"Kamu menunggu seseorang? " tanya axel pada ellen.     

Dia menahan tawanya melihat wajah ellen yang kecewa karena ciuman pertama mereka yang hampir saja terwujud harus terganggu juga oleh tamu yang tidak di undang itu.     

"Aku tidak mengundang siapa-siapa " ucap ellen dengan nada kesalnya kali ini.     

"Biar aku yang buka " axel tersenyum menanggapi kekesalan ellen, sebelum dia beranjak dari duduknya dia memberikan kecupan di bibir ellen untuk mengobati kekesalannya. Dan lalu beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.     

Wajah ellen memerah, dengan satu tangannya yang memegangi bibirnya yang baru saja di beri ciuman singkat oleh axel. Senyumannya pun muncul, tiba-tiba dia merasakan kebahagiaan walaupun axel memberikannya tanpa acara romantis terlebih dulu. Dia senang sudah mendapatkan ciuman pertamanya dari axel, walaupun saat ini axel belum sepenuhnya mencintai dengan hatinya ellen yakin dia bisa merebut seluruh hati axel.     

"Yunna " dahi axel berkerut ketika melihat sosok adik perempuannya itu bersama sahabat paling dekatnya raiyya dan alvar.     

Ketiga adik pembawa kebahagiaan itu masuk tanpa axel suruh, dan yunna berdiri di depannya lalu berbisik.     

"Kalau berduaan itu, biasanya ditemani setan! "      

Yunna menyipitkan matanya ke arah axel, "aku sebagai adik yang baik tidak akan membiarkan kakak mengahancurkan masa depan kak ellen yang akan melanjutkan kuliahnya! "     

"Merusak bagaimana? " axel bertanya sambil tertawa kecil, dia lalu mengusap rambut yunna.     

Axel tahu adik perempuannya itu sangat menyayanginya dengan mengingatkannya pada sesuatu hal jika axel tiba-tiba lupa ketika sedang berdua dengan ellen, karena tadi mereka hampir saja lupa diri.     

"Aku tahu kakak pasti sedang pacaran dengan kak ellen! " yunna masuk ke dalam dan menatap tajam axel, melihat dari ujung kepala sampai kaki sosok kakaknya itu.     

"Kenapa? " axel salah tingkah di pandangi yunna seperti itu, dia kembali melakukan pemeriksaan pada penampilannya.     

Yunna mengenduskan hidungnya ke baju axel, "tercium aroma orang jatuh cinta! "     

Axel tertawa mendengar yunna mengatakan hal seperti itu, dia sama sekali tidak tahu ada aroma seperti itu.     

"Kakak bukannya mau membuat acara untuk ayah yang ulang tahun besok! " ucap yunna, "sudah beli kue nya belum? sudah beli hadiahnya belum? "     

"Terus kita pakai cara apa memberi kejutan pada ayah " sambung yunna yang terus menerus berceloteh.     

Axel menggelengkan kepalanya, bahkan ibunya saja tidak secerewet itu ketika memarahinya. Tapi adiknya itu benar-benar berbeda dari semua penghuni rumah, dia satu-satunya yang bisa membuat suasana rumah menjadi seperti di penuhi oleh banyak orang.     

"Kamu sendiri mau apa kesini? " axel lalu bertanya pada yunna, "pakai bawa rombongan segala "     

"Kak ellen yang menyuruh kami datang kesini " jawab yunna, "karena dia bilang akan pergi besok pagi "     

"Kenapa sih kakak itu nggak jatuh cinta sama kak ellen dari dulu, kenapa baru sekarang,,, " yunna tidak melanjutkan perkataannya karena axel dengan cepat menutup mulutnya sehingga dia tidak hanya bisa terdiam dan memandangi kakaknya itu dengan kedua matanya yang menyipit.     

"Bukan waktunya menyalahkan " ucap axel mengusap rambut yunna, "nanti kamu akan tahu kalau sudah besar nanti, bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan dan selalu datang di waktu yang tidak pernah terduga "     

Axel meraih bahu yunna dengan satu tangannya, dia sebenarnya sedikit kecewa juga. Karena mengetahui dari yunna bahwa ellen akan pergi besok pagi, sedari tadi ellen sama sekali tidak membicarakan hal itu padanya.     

Dia sedikit merasa bersalah karena menyatakan perasaannya di saat ellen akan pergi itu seperti sebuah bentuk rasa kasihannya pada ellen atas semua kejadian yang membuatnya harus memutuskan untuk pergi. Axel terlambat mengakui perasaannya selama ini, walaupun sebenarnya sudah muncul sejak lama. Hanya karena tidak ingin merusak persahabatannya dia terus menerus menolak perasaannya pada ellen.     

"Ibu " panggil axel ketika dia dan yunna pulang kerumah dan melihat suasana rumah yang sepi.     

"Mas axel cari ibu sama pak dokter? " mbak mumu muncul dari arah dapur.     

Axel dan yunna menjawab dengan anggukkan kepala.     

"Ibu antar pak dokter ke rumah sakit " jawab mba mumu.     

"Ayah kenapa? " yunna langsung bicara tinggi dan seketika mengkhawatirkan ayahnya.     

"Pak dokter sehat " jawab mbak mumu, "tadi katanya ada operasi sinto kalau tidak salah "     

"Cito mbak! " axel membenarkan perkataan mbak mumu.     

Dia menoleh ke arah yunna dan tersenyum jahat, "kebetulan kan, ayo kita masuk ke kamar ayah! "     

Yunna tertawa kecil, "asikkk!! " dia lalu bergegas mengikuti axel yang masuk lebih dulu ke kamar ayahnya itu.     

Karena hanya mereka berdua saja yang menjadi anggota keluarga, axel dan yunna harus bersusah payah memasang semua hiasan di dinding kamar ayahnya itu sebelum mereka datang. Ayahnya tidak mengijinkan lagi supaya mereka mendapatkan satu orang adik lagi dengan alasan yang tidak bisa mereka mengerti. Padahal ibunya pun masih bersemangat untuk mempunyai seorang bayi, tapi karena tidak mendapatkan persetujuan dari ayahnya mereka hanya bisa mengubur impian untuk mempunyai seorang bayi.     

"Kak, ayah lama sekali! " yunna menguap untuk kesekian kalinya setelah lelah memasang semua hiasan di kamarnya ayahnya.      

Dia lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur seraya melihat ke arah jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul dua belas malam.     

"Iya, aku juga lelah seharian menemani ellen belanja! " axel pun ikut terbaring di samping yunna.     

"Kakak sudah simpan hadiahnya? " tanya yunna.     

"Sudah, disamping hadiahmu " jawab axel sambil memejamkan matanya.     

Yunna beranjak sebentar untuk melihat kado yang axel berikan untuk ayahnya dan mengerutkan dahinya lalu kembali terbaring.     

"Kakak kasih hadiah amplop untuk ayah? " lalu yunna bertanya padanya, "apa isinya? jangan-jangan sebuah cek kosong? atau tiket liburan untuk ayah dan ibu ke korea? "     

"Curang nih, aku nggak diajak! " sambung yunna, "tapi kalau cek kosong buat apa? uang ayah kan lebih banyak dari kakak, jadi kayaknya salah deh kak! "     

Axel tertawa ketika dia memejamkan matanya, menanggapi adiknya itu yang memiliki tenaga super walaupun sedang merasa lelah dia masih sempat terus-menerus bertanya pada axel.     

"Kepo! " hanya jawaban seperti itu yang keluar dari mulut axel menjawab semua pertanyaan yunna yang begitu panjang.     

Dan yunna menanggapinya dengan tawa kecil sebelum akhirnya dia pun tertidur karena sudah terlalu lelah. Dia lalu berharap sedikit sesuatu yang paling aneh dalam pikirannya untuk bertemu dengan sosok yang pernah dia lihat ketika sedang menjemput temannya keydee. Ujung bibirnya melengkung dan terlelap dalam tidurnya.     

Mereka berdua tertidur di kamar orang tua mereka ketika akan memberikan sebuah kejutan ulang tahun pada sang ayah, karena ternyata ada sesuatu pekerjaan yang mengharuskan ayahnya itu pulang begitu larut malam.     

"Axel, yunna! " nita yang telah lebih dulu masuk ke dalam ruang tidurnya mendapati dua kesayangannya telah tertidur di atas tempat tidur. Dan memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang telah mereka hias.     

"Sebaiknya kamu tidur karena pasti lelah " yoga yang muncul dari belakang nita pun terdiam ketika mendapati ruang tidurnya telah di sulap menjadi begitu ramai dengan hiasan di setiap sudut kamarnya. Dan juga dia melihat sebuah kue yang lilinnya belum mereka nyalakan karena tertidur, mereka terlalu lama menunggu sampai kelelahan seperti itu.     

"Jangan bangunkan mereka " ucap yoga pada nita, "mereka pasti lelah "     

Yoga lalu berjalan ke arah meja yang menarik perhatiannya dimana tersimpan hadiah yang di berikan oleh axel dan yunna.     

Dia tersenyum ketika melihat sebuah kotak berukuran besar berwarna biru yang dia tahu pasti putrinya itu yang memberikannya.     

"Coba aku lihat hadiah dari putriku " ucap yoga membuka kotak hadiah yang yunna berikan padanya dengan nita yang berdiri di sampingnya.     

Tawa tanpa suara yoga dan nita muncul ketika melihat hadiah dari yunna yang adalah sebuah bantal leher.     

"Baca apa yang dia tulis " ucap nita ketika melihat yoga memegang secarik kertas kecil dengan tulisan yunna di dalamnya.     

'Ayah selamat ulang tahun, semoga diberi kesehatan selalu dan selalu menjadi ayah, dokter dan sahabat terbaikku. Karena aku masih sekolah jadi aku hanya bisa membelikan ayah sebuah bantal yang bisa ayah pakai di tempat kerja, tapi digunakan ketika istirahat! ayah tidak boleh tidur ketika bekerja. Yunna sayang ayah,,, '      

Yoga tidak bisa menutupi rasa bahagianya mendapatkan sebuah hadiah yang begitu bernilai baginya, semua ucapan yang yunna tulis seketika menghilangkan rasa lelahnya.     

Dia sangat beruntung mendapatkan keluarga yang begitu penuh dengan kasih sayang.     

Lalu dia menoleh ke arah sebuah amplop yang yang bertuliskan nama axel di sudut amplopnya, dia meraihnya dan membukanya lalu membaca isinya dengan begitu serius.     

Nita yang sedari tadi memperhatikannya begitu serius membaca mengerutkan dahinya, terlebih ketika tiba-tiba kedua mata yoga berkaca ketika membaca surat dari axel itu.     

"Ada apa? " suara nita membuat yoga tersadar dan tersenyum ke arahnya.     

Dia tidak lantas menjawabnya, setelah begitu lama memandangi surat itu dia lalu memeluk nita tanpa bicara apapun dan membuat nita merasa khawatir dan bingung dengan reaksi yoga setelah membaca surat dari axel...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.