cinta dalam jas putih

Remuk



Remuk

0"Hah_ " axel menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang walaupun tidak senyaman yang dimilikinya di rumah tetapi itu bisa membuatnya melepas lelah sejenak kepenatannya.     

"Mereka seperti baru melihat laki-laki yang datang dari kota saja! " axel mengingat kejadian ketika dia menemani nita yang sedang melakukan posyandu di desa yang terkenal masih menggunakan hal mistis itu.     

Desa yang penduduknya pun ternyata sangat pintar membuat banyak alasan ketika anak-anak balita dan ibu hamil di sana harus mendapatkan pelayanan kesehatan.     

"Bu bidan " seseorang wanita yang sedang berdiri di ujung jalan melambaikan tangannya ke arah nita dan axel, dari cara berpakaiannya yang memakai batik axel tahu wanita itu pasti adalah seorang kader dari desa tersebut.     

"Posyandu nya sepi seperti biasa tidak ada orang " ucapnya ketika nita sudah dekat dengannya.     

"Seperti biasa juga kita harus pergi ke rumah-rumah penduduk! " ucap nita, dia sudah kelelahan untuk berjalan lagi ke setiap rumah penduduk yang tidak memiliki kesadaran untuk mendapatkan hak dalam pelayanan kesehatan.     

"Kenapa mereka tidak mau imunisasi? " axel bertanya dengan langkahnya yang terseret-seret karena nita berjalan dengan cepat.     

"Biasanya balita yang demam setelah mendapatkan imunisasi itu mereka bilang sudah di masukan benda asing oleh petugas kesehatan " jawab nita, "kalau seperti ini mereka selalu banyak alasan "     

"Alasan apa? " lagi-lagi axel bertanya pada nita.     

"Kesatu mereka bilang anaknya sedang pilek " jawab nita, "kedua karena orang tua nya sedang bekerja, dan ketiga mereka menolak imunisasi anak mereka karena orang tua nya pun sehat-sehat saja tanpa di beri vaksin "     

Axel menganggukkan kepalanya, ternyata dia baru menyadari bahwa pekerjaan di kota lebih mudah dia kerjakan dengan pemikiran masyarakatnya yang sudah luas. Di bandingkan nita yang harus bekerja keras membujuk semua masyarakat sampai harus mendatangi setiap rumah penduduk yang memiliki balita dan ibu hamil, dia hanya tinggal menunggu saja pasien datang ke tempatnya bekerja.      

Dia hanya perlu menjelaskan sedikit saja tentang tindakan yang akan di lakukannya, dan kebanyakan dari pasien-pasien nya sangat kooperatif dan tidak menyusahkan semua tindakan yang harus di lakukan olehnya.     

'Dan kenapa semua ibu-ibu ini berkerumun disini? ' axel kebingungan ketika dia dan nita yang mengunjungi setiap rumah diikuti oleh seluruh penduduk desa berjenis kelamin wanita yang menggendong anak-anak kecil mereka. Axel merasa seperti mainan ondel-ondel yang sedang berkeliling dan meminta saweran dari semua orang yang melihatnya.     

"Dokter sudah menikah belum? " lalu salah satu wanita dari kerumunan itu bertanya pada axel.     

"Saya ada anak gadis dokter di rumah " satu lagi wanita berteriak pada axel, dan lalu terdengar tawa yang menggema.     

Axel sudah seperti artis tenar yang diikuti oleh semua penduduk, yang rela berjubel di luar rumah hanya untuk meminta tanda tangannya sekarang. Itu sangat lebih baik dibandingkan pemikirannya tentang ondel-ondel tadi.     

"Apa mereka sama seperti yang kamu ceritakan tadi? " bisiknya pada nita sebelum memberikan sebuah jawabannya.     

"Dokter ini lain, bu " nita yang menjawabkan nya, "jadi dokter sudah menikah dan ada tiga anak di rumahnya yang harus diberi makan, sudah itu dia galak! "     

Axel membulatkan kedua matanya mendengar nita yang mengatakannya seperti itu, tetapi ibu-ibu disana malah menertawakannya dengan senang.     

"Kalau ibu-ibu senang, bulan depan posyandu saya bawa dokter ini lagi! " lalu nita mengatakan sebuah janji pada mereka semua.      

Jika dengan membawa orang menyegarkana seperti axel supaya posyandunya selalu ramai dia akan senang sekali sepertinya membawa dokter baru itu.      

Karena dia tahu kepala desa disini tidak memiliki anak perempuan jadi axel akan aman jika ikut dengannya.     

'Bisa-bisa dia menjadikan  aku sebagai alat supaya posyandunya ramai! ' axel kembali berkata dalam tidurnya itu, karena dia merasa tubuhnya sekarang ini begitu kesakitan dia tidak memiliki banyak tenaga untuk melakukan hal apapun lagi.     

Tetapi sepertinya dia tidak bisa menutup matanya ketika ponselnya berbunyi.     

"Ayah " axel menarik nafasnya dalam-dalam, dia merasa ayahnya itu masih menganggapnya seorang anak kecil. Karena setiap hari dia selalu mendapat telepon dari yoga.     

"Ada apa yah? " axel menerima telpon dengan nada yang tidak bersemangat.     

"Kamu kenapa? " yoga bertanya di telpon mengetahui bahwa putranya itu sedang tidak baik-baik saja.     

"Aku lelah yah, baru pulang dari sebuah desa yang jauh sekali dan kami hanya bisa berjalan kaki untuk bisa sampai kesana " lalu axel memberitahukannya pada yoga, dengan harapan ayahnya itu akan membiarkannya untuk beristirahat dulu sejenak agar badannya yang terasa remuk itu bisa segar kembali.     

"Jangan terlalu memaksakan diri " ucap yoga tidak sesuai dengan ekspektasi axel.     

"Aku cuma mau memberitahumu kalau ibumu sedang di rawat di rumah sakit " lalu yoga pun mengatakan alasannya menghubungi axel sekarang ini.      

Axel dengan cepat bangun dari tidurnya karena mendengar kabar tentang ibunya, dia tahu itu akan terjadi pada nita ketika memutuskan untuk hamil di usianya yang telah beresiko. Tetapi dia pernah menemukan wanita di usia kepala empat yang masih bisa hamil dan sehat. Dia lupa bahwa ibunya itu memiliki riwayat yang tidak baik ketika hamil dulu.     

"Aku mau bicara dengan ibu " lalu axel berucap pada ayahnya itu.     

"Hallo axel " dari suara nita ibunya kali ini sama sekali tidak terdengar lemah atau bahkan tidak bisa berkata sedikitpun, suaranya masih terdengar sangat bersemangat.     

"Ibu sakit apa sampai harus dirawat? " axel bertanya dengan nada yang begitu khawatir,  dia berjalan menuju ke arah belakang rumahnya untuk mendapatkan sinyal yang bagus.     

"Ibu tidak sakit apa-apa " jawabnya, "ayahmu saja yang ingin ibu di rawat karena takut ada apa-apa dengan ibu gara-gara kehamilan ini! "     

"Dia bilang dulu ibu selalu mengalami perdarahan jadi ayahmu takut terjadi lagi " sambung ibunya.     

Dan axel bereaksi dengan tawa lega, karena tidak terjadi sesuatu hal yang serius pada ibunya itu.      

Ayahnya terlalu memiliki kecemasan tingkat tinggi pada ibunya sekarang, axel senang karena walaupun telah menjalani kehidupan bersama begitu lama ayahnya itu tetap menjadi lelaki yang selalu tergila-gila pada ibunya dan selalu peduli dengan apapun yang menyangkut dengan kehidupan ibu sambungnya. Sesosok pasangan yang sangat axel kagumi dan menjadi panutannya.     

Walaupun ayahnya pernah mengalami kegagalan dan pernikahan yang di lalui nya bersama ibu kandungnya begitu dramatis. Pada akhirnya mereka mendapatkan kebahagiaan sampai dengan sekarang ini.     

"Ayah, terima kasih karena masih selalu memedulikan ibu " ucap axel pada ayahnya itu.     

"Ayah tenang saja ibu akan baik-baik saja di kehamilan ini karena ayah selalu menjaganya " lalu axel mengatakan sebuah pujian pada yoga.     

"Ayah merindukan kamu " lalu yoga mengatakan nya secara jelas, bahwa dia sedang memikirkan keadaan putranya yang untuk pertama kalinya pergi begitu lama dan jauh darinya.     

"Aku juga rindu ayah " axel pun mengatakan hal yang sama sebelum dia mengakhiri pembicaraannya dengan yoga karena terputus dengan sendirinya oleh sinyal yang kurang baik.     

Axel memutuskan untuk berbalik dan masuk ke dalam rumahnya terhenti ketika melihat sosok nita yang sembunyi-sembunyi menelpon seseorang, tetapi ternyata dia menelpon dengan kedua matanya yang mengeluarkan deraian air mata.     

Axel terheran dan penasaran dengan apa yang sedanh dibicarakan oleh nita sekarang sampai membuat wanita lucu itu menangis, di wajahnya pun sudah terlihat sangat lelah seharian ini memiliki kegiatan posyandu bersama dengan axel ke tempat yang jauh..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.