Masalah Baru
Masalah Baru
"Dokter sudah kembali dari sejak lama? " lalu dia bertanya pada dokter edwin yang kali ini adalah sebagai konsulen yang akan mengajarkannya ilmu baru.
Senyuman terlihat di wajah dokter edwin, "aku belum lama kembali, kebetulan putraku ingin sekali sekolah disini dan aku membawa nya "
"Sebenarnya aku ingin menemui ayah mu, tapi karena tempatku bekerja sekarang sangat jauh aku belum ada waktu untuk bertemu dengan nya " sambung dokter edwin.
Axel berharap dia tidak memutuskan untuk bertemu dengan kedua orang tua nya, karena dia masih ketakutan laki-laki itu akan membawa ibunya pergi sekarang. Walau pun itu adalah sebuah pemikiran yang sangat kekanak-kanakan tapi axel tidak mau keluarga bahagia nya hancur sekarang.
Tapi axel mendengar satu kata yang baru di sadari nya, "dokter sudah memiliki putra? "
Dia menjawabnya dengan senyuman dan anggukkan kepalanya, satu tangannya meraih pundak axel dan mengusap nya dengan lembut. Dia seolah tahu apa yang sedang di pikirkan oleh axel sekarang ini. Dan akan membuat nya percaya bahwa kedatangannya kali ini bukan untuk mencari cinta yang tidak pernah dia dapatkan dulu.
'Kenapa kedua orang ini malah seperti sedang berada di sebuah acara melodi memori? ' nita yang sedari tadi berdiri di belakang mereka ternyata tidak di akui keberadaannya dan sejak awal mereka bertemu nita hanya seperti seorang penonton bisu saja pada pertemuan mereka.
"Aku bangga sekali melihat mu sudah menjadi dokter " pujinya pada axel.
"Terima kasih dokter " axel kali ini merasa malu sekali sudah berpikiran buruk sejak awal dia melihat sosok dokter edwin yang tiba-tiba ada di tempatnya bekerja sekarang ini.
"Aku akan mengajarkanmu menggunakan alat ini " dia lalu memperlihatkan sebuah alat USG portabel yang di berikan oleh dinas kesehatan setempat agar dia bisa mendeteksi sebuah kelainan sejak awal dan tujuan dari pencegahan agar tidak terlambat menolong pasien dapat terwujud.
Dia sengaja mengajarkan axel lebih dulu agar setelah ini mereka bisa mengobrol santai dan membicarakan sesuatu hal yang sangat ingin dia tahu sekarang ini.
"Seperti ini cara menghidupkannya " dia lalu memperlihat kan pada axel cara mengoperasikan alat tersebut di awal penggunaannya.
Dokter edwin menoleh ke arah nita yang sedari tadi berdiri di belakang nya, "apa sekarang ada pasien hamil? " dia bertanya pada nita yang sepertinya sedang melamun karena sedari tadi dia bosan mendengar percakapan mereka.
Wajah nya yang tertutupi masker itu membuat nya tidak bisa melihat wajahnya, dan dia hanya bisa melihat kedua matanya yang berwarna amber itu.
"Saya akan bawa pasiennya dokter " nita dengan cepat keluar dari ruangan untuk membawa seorang pasien pertama yang akan mendapatkan pemeriksaan modern untuk pertama kalinya.
Dokter edwin mengerutkan dahinya, "apa itu bidan? " dia bertanya pada axel.
"Apa dia sedang sakit? " lalu kembali bertanya karena wanita saja yang memakai masker.
"Iya dia bidan dokter " jawab axel dengan senyuman kecilnya mendengar dokter edwin yang mengira wanita usil itu sakit karena selalu menggunakan masker medis di wajahnya.
Tidak lama setelah nita keluar, dia kembali dengan membawa seorang pasien yang tengah hamil, dia membantu pasiennya untuk berbaring dan memakaikan sebuah selimut. Dan lalu mengoleskan gel khusus untuk pemeriksaan USG di perut pasien.
"kamu duduk di sini " dokter edwin beranjak dari tempatnya duduk dan membawa axel agar duduk di tempat yang tadi di pakainya, agar memudahkan axel untuk melakukan sebuah pemeriksaan sekarang ini.
"Pegang ini " dan lalu menyodorkan sebuah probe yang merupakan alat inti dalam pemeriksaan nya terhubung langsung dengan layar USG.
Dia memandu axel untuk menyimpan probe tersebut di perut pasien, "kamu ingat yang harus kita lihat untuk pertama kali pada semua ibu hamil adalah apa yang ada di bagian bawah perut " lalu probe tersebut tersimpan di perut pasien antara supra pubis dan perut ibu.
"Itu kepala " jawab axel, dia bahagia bukan main karena akhirnya bisa mendapatkan sebuah ilmu baru dari seseorang yang beberapa waktu lalu sempat membuat nya tidak nyaman karena harus kembali bertemu.
Dokter edwin mengangguk dan tersenyum, "sekarang berjalan ke samping perut ibu untuk melihat denyut jantung "
Dia melepaskan axel untuk melakukan pemeriksaan itu sendirian karena dia sangat tahu axel adalah seorang anak yang mudah belajar, sewaktu kecil pun ayahnya selalu bercerita padanya tentang kepintaran nya.
"Apa ini jantung dari bayi nya? " lalu dia kembali memastikan bahwa yang dia lakukan sekarang ini benar, dia menunjukkan ke arah bentuk hampir mirip sebuah lingkaran dengan gerakan nya yang seperti memompa air.
"Iya " jawab nya membenarkan, "itu tandanya masih ada kehidupan dari janin tersebut "
Dia lalu menunjukkan pada axel sebuah gambar yang seperti arsiran yang rapi, "ini adalah plasenta, nanti ketika ada pasien hamil dengan perdarahan di atas dua puluh minggu hal yang kamu pastikan adalah letak dari plasenta ini "
"Ini adalah letak normal nya " lalu dia kembali memberitahukannya pada anneth.
Axel dengan cepat mencatatnya dengan baik di dalam pikirannya semua yang sudah di ajarkakn oleh dokter edwin padanya sekarang ini.
"Kamu bisa belajar lebih detail lagi " ucap dokter edwin pada axel, "nanti setelah kamu menjadi residen obgyn "
Dengan kata lain dia sedang mengiming-iming axel hal yang lebih menarik dari sekarang agar axel mau melanjutkan kembali pendidikan kedokterannya agar bisa menjadi seperti ayahnya.
"Saya sedang berusaha dokter, semoga nanti lulus PPDS " ucap axel.
Dokter edwin tersenyum lebar ketika mendengar axel yang akan melanjutkan pendidikannya itu, dia pun membanggakan nya seolah-olah axel adalah putranya sendiri.
Setelah dia selesai mengajarkan axel dia lalu memutuskan untuk membawa axel keluar puskesmas
"Saya sangat berterima kasih pada dokter yang sudah mau memberikan ilmu baru " axel bicara dengan rasa malu nya karena tadi dia sempat berpikiran buruk tentang dokter edwin.
"Jangan sungkan, itu sudah tugasku " jawab dokter edwin.
Dia terlihat memandangi pemandangan alam yang masih penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan membuat udara di tempat itu sangat segar.
"Bagaimana bekerja disini? " lalu dia bertanya pada axel.
Axel tersenyum, "menyenangkan "
"Tapi ayah dan ibu selalu mengkhawatirkan aku " lalu axel memberitahukan nya pada dokter edwin walaupun dia tidak menanyakan nya, tetapi axel yakin dia ingin mendengar kabar tentang kedua orang tua nya sekarang ini.
Dokter edwin mmeperlihatkan senyuman nya, dia lalu kembali terdiam dan hanya memandangi ke arah depan nya.
Axel menoleh dan melihat sosok dokter edwin, dia itu tidak berusia muda sama seperti ayahnya sekarang ini. Tapi dia masih saja terlihat seperti ketika dulu axel kecil melihatnya. Sosok nya masih sangat terlihat bugar dan tentu saja dia masih terlihat sangat berwibawa dan kharismatik.
Walaupun yang dia akui adalah ayahnya itu tidak ada yang menandingi, baginya ayahnya adalah laki-laki yang memiliki kharismatik dan wibawa yang sangat besar dan membuat semua orang yang berada bersama nya memandang takjub dan terpesona. Bahkan pasien-pasien yang jauh lebih muda dari nya mungkin pernah berusaha menggodanya, tetapi sia-sia. Karena ayahnya itu sangat takut pada ibunya sekarang.
Axel ingin sekali tertawa jika mengingat ayah dan ibunya itu sekarang.
Axel dan dokter edwin teraneh ketika melihat nita yang seperti nya tergesa-gesa untuk pergi ke suatu tempat dengan menggunakan helm nya.
"Kamu mau pergi kemana? " axel bertanya pada nita yang sudah bersiap untuk pergi.
"Aku akan ke pasar " jawab nya, "supaya dokter edwin bisa makan siang disini "
"Aku pikir ada pasien melahirkan! " cetus axel dengan sedikit kesal karena tertipu oleh nita yang bersiap-siap untuk pergi.
Dan terlihat dokter edwin yang menertawakan nita yang sedari awal itu sangat aneh dilihatnya tadi ternyata juga sangat lucu, dia memang benar-benar di paksa untuk menjadi seorang yang multi talenta di tempat ini. Apapun bisa di kerjakannya sendirian dan tidak terlalu mengandalkan bantuan yang akan datang dengan lambat.
"Apa masyarakat disini menyusahkanmu? " lalu dokter edwin menanyakan kembali pada axel tentang pekerjaannya.
"Sedikit, tetapi saya di bantu teman-teman yang lain disini dokter " jawab axel.
Kali ini mereka berdua benar-benar sangat canggung ketika berbicara berdua, semua yang mereka bicarakan itu seperti tidak terarah dan sedikit membosankan. Karena setelah berbicara mereka kembali terdiam.
Kali ini axel dari kejauhan melihat nita yang membawa motornya itu dan di belakang nya ada seseorang yang sangat di kenal nya. Motor yang nita kendaraai berjalan menuju ke arah nya dan dokter edwin yang sedang membicarakan pekerjaan mereka.
"Kalau tidak bisa bawa motor jangan ajak aku! "
Axel melihat nita yang di maki-maki oleh wanita yang baru saja turun dari motornya, wanita itu memakai sweater hitam dengan topi yang di pakai nya dan di tutupi oleh hodie sweater yang di pakai nya.
"Aku kan sudah bilang kalau aku bukan tukang ojek! " nita yang menjawabnya dengan nada datar membuka helm nya, tetapi tidak dengan jaket yang di pakai nya.
"Aku tidak percaya kamu bekerja disini! " ucapnya pada nita, lalu terlihat menarik masker yang di pakai oleh nita.
Axel mengamati sosok seseorang yang sedang memarahi nita sekarang ini, dia seperti mengenal suara dan pemilik tubuh itu.
"Yunna! " dengan cepat axel mengahampirimya.
Axel berlari ke arah yunna yang tadi menarik masker yang di pakai oleh nita, dan kali ini dia sedang memaksa nita untuk membuka jaket nya.
"Yunna, dia itu bidan " axel melerai dengan meraih tubuh yunna yang sudah melepaskan jaket yang di pakai oleh nita dan dia seketika terdiam ketika melihat seragam dan nama yang tertulis di seragam itu.
Yunna terlihat mengerutkan dahinya dan menggigit satu jarinya, dia menoleh ke arah axel dan berbisik ke arah axel.
"Aku pikir dia bukan petugas puskesmas " bisik nya pada axel, "Karena jaket yang dia pakai seperti yang di pakai tukang ojek yang kabur tadi! "
"Yunna " axel mengingatkan adiknya itu agar tidak memperolok orang lain dengan penampilannya.
Yunna terlihat menenggelamkan wajahnya di pundak axel, "lalu aku harus bagaimana kak? tadi aku juga sudah sedikit menjambak rambutnya! "
Axel terdiam sebagai bentuk yang memperlihatkan bahwa dia sedang terkejut sekarang, axel bergantian menoleh ke arah yunna dan kali ini ke arah nita yang terlihat dari tatapan matanya yang begitu kesal karena telah di permalukan oleh adiknya kali ini. Sepertinya satu minggu ke depan dia akan berada di dalam masalah yang sangat besar setelah kehadiran yunna sekarang...